Rombongan melanjutkan perjalanan dengan perasaan campur aduk. Bisa saja mereka berputar arah kembali pulang. Tapi melihat wajah memelas Jaka agar mau membantu mereka menemukan Barong. Dengan berat hati menyetujui meski tahu bahwa membantu tripel J+R sama dengan mengorbankan nyawa.
"Apakah masih jauh sahabat?" tanya Bima merasakan lututnya sudah pegal.
"Mas Angga tuh yang tau" jawab Rian."Bentar lagi sampai pos 2" sahut Angga seadanya. Bima menghela nafas pasrah, ia ingin duduk tapi melihat teman - temannya masih semangat, ya mau tidak mau juga harus semangat. "Em, ini lewat kanan apa kiri?", pertanyaan Angga membuat semua menatap kearah jalan bercabang didepan sana.
"Mana saya tau, saya kan ikan" gurau Bima mendapat delikkan tajam Angga. "Kan mas Angga yang udah pernah kesini. Kenapa malah nanya ke kita?", itu dia masalahnya. Angga tidak ingat bila ada jalan bercabang di gunung ini.
"Atuh jangan bilang sampeyan gak tau" panik Tio dibalas tatapan bersalah Angga.
"Mas Angga ihh!! Ini gunung udah kayak rumah setan malah pake bingung segala, orang tampan gak mau ilang" rengek Haikal menarik - narik pelan jaket Angga. "Gue lupa jalan atau sebenernya jalan bercabang harusnya gak ada?" monolog Angga membuat anggota lain langsung duduk lemas."Ini dari kalian gak ada yang tau jalan apa?" Mahen memandang penuh harap pada tripel J+R.
"Enggak, kita baru pertama kesini. Makannya kita berempat minta bantuan kalian yang udah berpengalaman naik gunung" jawab Rendi. Bahu Mahen merosot, harapannya pupus.
"Katanya anak perguruan sini, kok gak tau sih" cibir Yudha. "Maaf mas, perguruan kami bukan dari sini. Tapi makhluk yang kita cari ditahan disini" Rendi mencoba sabar agar tidak terjadi pertengkaran disini.
"Ya ampun, lelah batin ini. Niatnya mau liburan malah jadi uji nyali" Juan merana, mereka semua duduk dipinggiran jalan. Angga tengah berfikir jalan mana yang harus diambil. Seingat dia, jalan bercabang memang tidak ada. Dari pos 1, berjalan lurus sekitar setengah jam sampai di pos 2. Tapi sudah satu jam berjalan, papan tanda jalan penunjuk ke pos 2 tidak terlihat.
"Gue pernah baca, katanya kalo ada jalan bercabang di gunung jangan pernah ambil jalur kiri, itu jalur sesat" sela Rian, Angga menimbang ucapan Rian. Memang ada benarnya jika jalur kiri itu bisa menyebabkan pendaki tersesat.
"Itu jalur kiri keliatan gelap banget gak sih?" Tian bergidik ngeri, jalur kiri terlihat sangat gelap, banyak rumput - rumput tinggi dan mungkin udaranya lebih lembab. "Tolong banget ini mah jangan sampe salah ambil keputusan" pinta Doni. Angga memijat pelan pelipisnya. Sangat sulit untuk mengambil keputusan.
"Jangan lewat jalur kiri" saran Rian.
"Jalur kiri gak papa kali, gak usah terlalu percaya sama mitos" pikir Haikal pendek.
"Semua setuju gak kalo lewat jalur kiri?" tanya Angga pada akhirnya. Bima, Haikal, Wisnu, Juan, Mahen, Dimas, Jaka, Juna, Yudha, dan Rendi setuju. Sedangkan sisanya tengah bimbang. Takut jika ternyata mereka salah pilih jalan. "Sisanya gimana? Jangan bikin gue makin pusing" desak Angga tidak sabar.
"Jangan lewat situ, perasaan gue gak enak" ujar Rian. "Mas Rian, dalam posisi kayak gini gak usah bawa - bawa perasaan. Setau gue juga, jalur kiri itu bisa lebih cepet sampai puncak" sangkal Haikal tidak setuju dengan perkataan Rian.
"Jangan!! Gue mohon jangan lewat kiri", Rian tetap kekeuh. "Ya udah, sok atuh mas Rian aja yang lewat kanan" sinis Haikal, seperti nya perdebatan ini sudah membuat perpecahan.
"Terserahlah, sisanya pada mau ikut siapa?", Rian bangkit dari duduk sambil menggendong carrier, yang ditanya sudah pasti yang belum mengiyakan pilihan mengambil jalur kiri.
"Gue ikut Rian aja" final Tio, Doni, dan Tian. "Alah penakut" entah mengapa Haikal menjadi sangat sensitif, mungkin karena ingin segera mengakhiri misi.
"Johan, kamu ikut siapa?", Johan sedikit kikuk ditanya Jaka. "Saya mau ikut mas Rian aja", jawaban Johan membuat Jaka tidak percaya.
"Kamu mau pisah dari kita Han? Ingat, kita ada satu tugas yang sama" ujar Jaka, Johan menggeleng pelan. "Saya juga gak yakin sama jalur kiri", Jaka mendengus kesal.
"Terserah. Tapi kalau kalian ketemu Barong. Besar kemungkinan kalian berlima akan mati, karena jimat ada sama kita" tunjuk Jaka pada kantong yang digantung di tas Juna dan Rendi.
Tidak ingin basa - basi lagi dengan kubu Rian. Rombongan yang dipimpin Angga berlalu pergi. "Mas Angga jangan kesana!! Jangan!! Gue mohon jangan!!" sekali lagi Rian memperingati.
Sayang, ucapannya hanya dianggap sebagai angin lalu. Rombongan Angga terus berjalan masuk ke jalur kiri. Semakin masuk hingga hilang dari pandangan lima pria yang masih berdiri dibawah rindangnya pohon jati.
"Perasaan gue gak enak banget tentang mereka" lirih Rian. Tio menepuk bahu Rian, "Biarin, itu udah keputusan mereka. Kalau terjadi sesuatu yang buruk. Itu salah mereka sendiri gak mau dengerin ucapan lo".
Rian mengangguk pasrah, setelah meyakinkan diri bahwa keputusan yang ia ambil tidak salah. Rian mengajak Tio, Tian, Doni dan Johan melanjutkan perjalanan lewat jalur kanan. Tanpa mereka semua sadari, sebuah tanaman rambat terjatuh karena tertiup angin. Bukan, bukan tentang tanaman rambat yang jatuh. Tapi karena papan usang dengan tulisan–Jangan Masuk !!–yang ditunjuk untuk salah satu jalur.
°°nama karakter baru°°
• Taeil as Tian
• Johnny as Doni
• Taeyong as Tio
• Yuta as Yudha
• Doyoung as Dimas
• Jaehyun as Rian
• Jungwoo as Juan
• Mark as Mahen
• Haechan as Haikal
• Winwin as Wisnu
• Kun as Angga
• Lucas as Bima
• Renjun as Rendi
• Jaemin as Jaka
• Jeno as Juna
• Jisung as Johan
• Chenle as Dito
• Ten as Tegar
• Hendery as Derry
• Xiaojun as Arjun
• Yangyang as Yoga
KAMU SEDANG MEMBACA
Merapi [NCT]
Mystery / Thriller[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA!!] Semula hanya sebatas acara naik gunung untuk mengisi liburan musim panas. Tapi, semua menjadi berantakan ketika bertemu empat lelaki asing, yang mengatakan bahwa ada siluman pemangsa manus...