Rian membuka tenda, kepalanya menyembul keluar sambil menguap. Ia mengusap mata, melakukan sedikit peregangan. Udara pagi ini sangat sejuk, namun ia tidak lama menikmatinya lantaran terdengar sebuah pekikan wanita yang bersahut-sahutan.
"AKHHHHHHH"
"LEPAS...PANAS...ARGHHHH"
"AKHHHHHH...LEPAS... TOLONG...HIKS"
"TOLONG AKU...AKU GAK MAU IKUT... PERGI!! PERGI!!"Rian menoleh ke kanan dan ke kiri, baru ia sadari bahwa tempat ini kacau. Beberapa orang berlarian, kabut sangat pekat, awan mendung di atas sana, tempat ini seperti berubah.
"Mas! Mas!" Rian sedikit berteriak ketika seorang laki-laki bertubuh gempal lewat beberapa langkah dari tendanya.
"Ada apa mas?" tanya laki-laki itu dengan tubuh banjir keringat.
"Ada apa ini mas? Kenapa semua kelihatan panik?" Rian bertanya dengan pandangan terus menelisik sekitar.
Laki-laki itu terlihat menarik nafas, "Kesurupan massal mas, sudah dari tadi subuh sampai sekarang belum membaik" jelasnya.
Rian terdiam beberapa saat, "Terimakasih ya mas, maaf jadi menganggu." Laki-laki gempal tadi mengangguk kemudian pergi tergesa-gesa menuju tenda berwarna kuning.
Rian masuk kedalam, "Mas bangun, bangun buruan" ia membangunkan Tio dan Doni. Mereka berdua menggeliat, menguap lebar kemudian perlahan mulai membuka mata.
Tio berdecak pelan, "Apasih Ian? Masih ngantuk gue"
"Kesurupan massal, buruan bangun" Rian mengguncang tubuh Tio.
"Hah? Kesurupan? Dimana?" Doni terduduk, ia menatap Rian meminta jawaban.
"Disini mas, makannya buruan bangun. Kita cek kondisinya" ajak Rian. Doni mengangguk, ia membereskan kantung tidurnya. Meraih jaket dan kupluk yang ia jadikan bantal semalam.
"Kenapa harus ngecek segala sih, kurang kerjaan lu" meskipun bibirnya menggerutu, namun Tio tetap bergerak bersiap diri.
Doni membuka pintu tenda, lalu disambut dengan teriakan mengerikan yang menggema di seluruh tempat ini.
"PERGI!!PERGI!!HIKS...GAK!!AKU GAK MAU!!"
Tidak hanya satu teriakan, melainkan banyak. Mereka bertiga keluar, menutup tenda, lalu pergi menuju tenda Tian dan Johan. Sampai di sana, tenda itu sudah terbuka, tidak ada siapa-siapa didalam sana.
"Mas Tian! Johan! Kalian dimana?!" Tio berteriak, memandang keseluruh tempat yang bisa ia jangkau.
"Kemana mereka berdua?" gumam Doni gelisah. Akhirnya mereka bertiga berkeliling, mencari keberadaan Tian dan Johan.
Sampai pada akhirnya Tio menemukan Tian tengah duduk dengan mata terpejam di atas batu pinggir jurang. Ia terkejut, buru-buru Tio berlari mendekat kearah Tian.
"Mas Tian! Astaga mas! Ngapain duduk disitu! Turun mas! Bahaya nanti bisa jatuh!" Tio berteriak, memanggil Tian yang sepertinya tampak tidak terganggu.
Rian dan Doni yang mendengar suara panik Tio kemudian menyusul. Mereka berdua sama-sama dibuat terkejut ketika melihat keadaan Tian.
"Mas Tian kenapa itu?!" panik Doni, ia melirik ke arah Tio.
"Dari pertama gue liat, posisi dia udah kayak gitu" jawab Tio.
"Ya ampun mas!! Turun mas turun, bahaya mas!!" teriak Doni, mereka semua berusaha meraih lengan Tian agar dapat di tarik turun.
Anehnya, badan Tian kaku sekali. Keras seperti kayu, suhu tubuhnya dingin. Memang sepertinya ada yang tidak beres ditempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merapi [NCT]
Mystery / Thriller[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA!!] Semula hanya sebatas acara naik gunung untuk mengisi liburan musim panas. Tapi, semua menjadi berantakan ketika bertemu empat lelaki asing, yang mengatakan bahwa ada siluman pemangsa manus...