Chapter 13.

44 9 0
                                    

"Gue gak minat. Udah ada si bocah tengil kenapa harus gue?" ucap devan,  matanya memandang ke arah luar jendela mobil.

"maksud anda tuan Alex?" Tanya laki-laki itu, matanya melirik devan lewat spion mobilnya. "Dia tidak pantas menduduki jabatan itu, perusahaan bagaikan sebatas taman bermain untuknya." lanjutnya.

"sekertaris jo.." Devan menghela napas, "Apakah ayah yang nyuruh lo kesini?"

Sekertaris jo diam saja tidak menjawab, matanya fokus melihat ke depan jalan.

"Cih. Mudah ditebak banget." gumam devan.

"turunin gue didepan situ." perintah devan. Sekertaris jo pun menurut lalu meminggirkan mobil ditempat yang devan tunjukkan barusan.

Devan turun dari mobil, sebelum ia pergi devan mengetuk kaca mobil sekertaris jo itu, lalu berkata, "bilang sama pak tua itu, gue gak minat."

Lalu devan pergi begitu saja.

--000--

Hari ini aku masuk kuliah. Setelah sekian lama tidak kuliah aku langsung dipanggil oleh dosen. Aku mendapat 3 peringatan dihari pertama ini, pertama tentang skripsi mata kuliah yang sedikit lagi deadline, kedua tentang cuti kuliahku yang terlalu lama, ketiga tentang bayaran kuliahku yang sudah menunggak berbulan-bulan. Tidak apa-apa aku mendapat peringatan seperti itu, yang penting sekarang aku sudah merasa sedikit lega karena kakakku bisa dipulangkan karena biayanya sudah lunas semua.

"OMO OMO! VIONAAAA!!" teriak sonya, terlihat nita juga mengekorinya dari belakang. Hari ini kami bertiga mendapat kelas bersamaan.

"KANGEN BANGETTTT!" sonya dan nita memelukku dengan erat. Mahasiswa lain hanya menatap kami dengan aneh dan beberapa dari mereka ada yang tertawa.

"ish apaan sih kalian, lebay banget!" aku melepaskan pelukan mereka.

"lo mah gitu.." ucap nita dengan kecewa.

"yaudah ah gue mau duduk." kataku lalu berlalu pergi dari hadapan mereka.

Pas sekali kursi disebelah Rio belum terisi. Ini adalah rejeki untukku.

"Siang Rioo..." sapaku dengan senyum manis sembari menaruh Tas ke meja.

Rio tidak bergeming, matanya masih fokus menatap layar ponsel ditangannya.

"Rio..." panggil ku dengan manja.

Rio mengambil sesuatu di tasnya, dia menyumpal telinganya dengan earphone.

Dia kenapa lagi sih?

Padahal baru kemarin dia sangat ramah dan terlihat hangat padaku, kenapa sekarang berubah lagi?

Apa jangan-jangan dia punya dua kepribadian?

Setelah merasa diabaikan sangat lama oleh Rio, akupun beralih menatap ke depan kelas ini dan menyibukkan diri disini. Dia pikir hanya dia saja yang bisa sok sibuk seperti itu? Aku juga bisa!

--000--

Jam mata kuliah hari ini sudah habis. Aku kembali ke kelas untuk mengambil tas serta barang-barangku dan segera pulang. Aku mendekat ke arah tas ku, ada yang aneh.

Seperti ada sesuatu barang tambahan yang mengisi tasku itu. Padahal aku ingat isinya tidak terlalu banyak, tapi kenapa seperti memiliki tambahan isi seperti ini?

The Cold Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang