"tunggu" Seorang perempuan menahan tanganku. Aku berbalik melihat ke arahnya.
Sepertinya, aku pernah bertemu dengan dia. Wajah dia tidaklah asing. Namun siapa ya? Aku mencoba mengingat-ingat kembali isi otakku. Ah! Orang yang tadi aku tabrak saat di minimarket.
"kenapa ya?" tanyaku sedikit ragu. Jangan-jangan dia minta ganti rugi karena tak sengaja aku menyenggol tubuhnya.
"Nama lo.. Viona?" ada apa sih dengan namaku? Kok dia seakan berat sekali saat menyebutkan kata 'viona'
"Viona adnan sari, kenapa?" Kataku.
Dia sedikit melamun, namun kembali tersadar, "Ah engga.. Salam kenal ya gue feli"
"Salam kenal juga hehe, btw gue gak pernah liat lo deh. Lo jurusan mana?"
"oh.. Gue emang bukan anak sini. Tapi baru mau rencana pindah ke kampus ini, niatnya sih mau ambil hukum"
"ohh gitu.." aku mengangguk-anggukan wajahku.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi. Bukan berasal dari ponselku. Feli merogoh sakunya, mengangkat telepon yang entah dari siapa didepanku. Aku tak tahu harus melakukan apa, niatnya aku ingin pergi saja, namun terasa sangat tidak sopan jika tanpa basa basi. Setelah berbincang singkat di telepon, feli mematikan ponselnya. Menaruh kembali di dalam sakunya.
"lo tau rooftop kampus ini dimana gak?" tanya feli sehabis menaruh ponselnya di saku.
"tau lah.. Kenapa?"
"anter gue kesana ya"
"hmm okey"
Karena aku orang yang baik hati serta tidak sombong, aku antarkan saja orang baru ini ke rooftop kampus ku. Berada di lantai 6. Untung saja kampus ku difasilitasi lift, jadi tidak akan pegal jika harus berjalan sampai ke lantai 6. Aku sebenarnya tidak tahu ada urusan apa feli ini ke rooftop, tapi aku tetap mengantarkan saja.
Sampailah di depan pintu rooftop, aku berhenti, "ini lo tinggal buka udah keliatan alamnya hehe" kataku.
"Makasih banyak ya, gue duluan"
Dia masuk ke rooftop tersebut. Awalnya aku berniat meninggalkan begitu saja. Tetapi terbesit rasa penasaran ku yang muncul secara tiba tiba. Aku urungkan niatku untuk meninggalkan tempat itu. Aku mendorong sedikit pintu rooftop agar terlihat celah untuk aku mengintip.
Aku mengintip, melihat tiga orang berdiri di ujung sana. Aku mengernyitkan dahi memfokuskan pandangan. Aku mengenal mereka. Tapi aku jauh lebih mengenal satu orang, idamanku, Rio.
"mereka saling kenal?" batinku.
Terlihat Rio, Feli, Dan fito—ah kalau gak salah namanya fito, aku tidak terlalu mengenalnya. Mereka tampak berbincang satu sama lain. Sangat akrab seperti teman lama. Aku masih memperhatikan mereka dari jarak jauh. Tiba-tiba saja aku mendapati rencana berlian, Jika ingin dekat dengan Rio, maka aku harus dekati temannya dahulu.
Yaitu Fito dan feli.
...
"Lo yakin gak salah liat?" tanya temanku yang sekarang berada di depanku. Aku sudah mengenalnya dari semestes pertama, walaupun kami berbeda Fakultas tapi kami kenal lewat MOS pertama kali yang diadakan disini.
Aku sangat dekat dengannya, dia teman baikku, Namanya Nita. Aku tidak terlalu dekat dengan orang orang di falkutasku, kecuali Sonya, ada satu lagi teman akrabku yaitu sonya, dia satu falkutas denganku. Jujur saja, aku ini adalah orang yang susah bergaul kalau tidak benar-benar nyambung dengan arah hidupku. Dan syukurlah, Nita ini sangat nyambung dengan alur hidupku, makanya aku dan dia menjadi sangat dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Boy [HIATUS]
Teen Fiction[Sequel cerita dari my devil prince] [WARNING BAPER ALERT!] "Sebelum kamu membuat orang lain bahagia, kamu haruslah membuat kebahagiaan untuk dirimu terlebih dahulu." -Rio, 23 agustus 2021. Dua tahun setelah kamu meninggalkanku. [CERITA INI LANJUT...