"Gak.. Gausah.. Ngerepotin lu nanti" tolaknya.
"yailah gak papa, anggep aja bentuk terimakasih gue." kataku.
Dia pun akhirnya menurut dan mengikuti ku dari belakang sampai ke ruang tamu rumahku. Aku menyuruh ia duduk, lalu meninggalkannya sebentar untuk membuat minuman.
"eh btw, tau rumah gue gimana?" tanyaku sembari membawa segelas teh ke depan mejanya.
"itu ada di Ktp.. Awalny gue kesasar beberapa rumah, tapi akhirnya ketemu juga." jawabnya. "ngomong-ngomong.. Makasih ya tehnya"
"iya santai aja kali.. Gue kudu manggil lu siapa nih? Hehe" kataku.
"Devan aja. Lo?"
"viona." aku meminum air putih yang tadi aku bawa juga berbarengan dengan teh, "hari ini lu gak kerja?" tanyaku.
"kerja kok, gue part time shift malem." jawab devan.
"ohh.. Gue sih lagi libur hari ini, btw lu masih kuliah atau gimana?"
"iya masih. Lo sendiri?"
"sama kok."
"kuliah dimana? Ngambil apa?"
"Di UMJ ambil fakultas kedokteran."
"Oalah disitu.. Gue sih di UI. Ambil hukum" kata devan sambil menyeruput teh yang aku berikan.
"wow.. Mau jadi apa nih kira-kira?"
"Jaksa sih, doain ya hehe"
"pasti dong"
Obrolan kami tidak berlanjut lama, devan pamit pulang karena sedikit lagi memasuki jam kerjanya. Aku mengucapkan terimakasih untuk kesekian kalinya karena ia telah benar-benar niat untuk mengantarkan KTP-ku. Aku dan devan sempat bertukar nomer telepon, sepertinya kami memiliki hubungan baik sekarang.
Esoknya entah bagaimana caranya, Alex sudah berada didepan rumahku. Saat aku keluar untuk kuliah, Alex dengan sangat siap menungguku disana. Aku terteguk heran, tidak ada janji apapun aku dengan Alex.
"Naik yuk, gue anter" kata alex sambil menyodorkan sebuah helm padaku.
Dengan langkah berat, akupun menaiki motor Alex. Entah ada maksud apa dia mengantarku seperti ini terus. Sesampai di kampus, beberapa mahasiswa memperhatikkan kami, Alex memang cukup terkenal di kampus dibawahnya Levi. Jadi tidak heran kami pun menjadi pusat perhatian mereka—dan termasuk Rio yang sudah menatap kami sedari tadi. Entah apa arti dari tatapan itu, aku tidak bisa menebaknya.
"Ciee.. Sekarang udah beralih nih dari Rio?" Goda sonya ketika aku sampai dikelas, untung saja nita berbeda fakultas denganku, jadi aku tidak akan diledek secara bersamaan oleh mereka saat ini.
"apaan si.. Engga ya! My prince honey Rio gak akan pernah tergantikan!" kataku dengan prinsip yang teguh.
"Hahaha.. Masa sihhh, eh eh itu orangnya muncul." kata sonya sembari mengasih kode padaku. Aku melihat ke arah sana, Rio datang dengan wajah dinginnya lalu langsung duduk dibangkunya.
Akupun langsung meninggalkan sonya dan berjalan ke tempat dudukku yang bersebelahan dengan Rio. Aku menaruh tasku disana, lalu perlahan melirik Rio. Rio masih cuek terhadapku, dia memasang earphone dan membaca sebuah buku disana.
Aku melirik buku itu, "Oh.. Lu lagi baca novel mariposa, Bagus tau jalan ceritanya, gue udah baca sampai akhir. "
Rio masih terdiam tanpa ada pergerakan sedikitpun.
"cewenya mirip ya sama gue, pejuang cinta hehe" kataku sambil tercengir.
Rio menatap ku tajam, lalu tiba-tiba tubuhku kaku, pipiku mulai memerah, dan jantungku berdetak cukup kencang.
"Ehmm... Lu suka novel fantasi gak?" tanyaku.
Masih sama, rio hanya diam saja.
"Gue punya buku novel bagus banget. Dan itu best seller." ucapku.
Rio masih fokus membaca novelnya.
"The little magacal piya judulnya." kataku. Entah mengapa ketika aku menyebutkan judul buku itu, rio langsung melihat ke arahku.
Sepertinya dia mulai tertarik dengn obrolan ini. Ahh.. Aku jadi sangat senang haha.
"Serius?" tanya Rio, raut wajahnya saat itu menggemaskan sekali, rasanya ingin aku bungkus dan bawa pulang.
"iya dong" jawabku dengan sombong.
"keren.. " ucap Rio, "mau pinjem?" tanyaku.
"boleh?" Rio menjawab dengan ekspresi senang yang dia tahan.
Ya aku tahu, dia pasti gengsi ingin menunjukkan rasa senang itu.
"boleh dong, besok gue bawa ya."
"oke"
Kalau bukan dikelas.. Mungkin aku sudah berteriak kegirangan daritadi. Untuk pertama kalinya Rio menanggapi pembicaraanku, uhuyyy. Aku mencium bau bau jodohku disini hahaha. Untung saja aku mempunyai buku itu, dan kebetulan Rio pun juga tertarik membacanya. Memang susah mencari buku itu, selalu kehabisan disetiap toko buku. Ah pokoknya, aku sangat bahagia hari ini.
..
Jam istirahat, Rio tidak keluar kelas. Ya aku pun juga sama, itung itung modus dengan dia. Sonya dan nita sudah aku suruh untuk duluan saja tanpa diriku. Aku melirik Rio yang melanjutkan mencatat materi tadi. Sepertinya dia ketinggalan beberapa karena dia pergi ke toilet cukup lama. Aku memperhatikkan dia dari segala sisi, benar benar sempurna! Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya indah! Kenapa bisa ya tuhan sebaik ini menciptakan manusia. Ah tapi gapapa, itung-itung tuhan memberikan aku rezeki penglihatan yang indah.
Saat sedang asik melihat ke arah Rio, seseorang datang kepadaku dan menaruh sebungkus roti dan susu dimejaku. Aku mendongak, ternyata Alex. Dia tersenyum padaku.
"kenapa gak ke kantin?" tanya Alex.
"gapapa.. Lagi gak pengen aja hehe."
"oh gitu,dimakan ya.. Kalau kurang nanti gue beliin lagi. " kata Alex lalu duduk didepanku.
"gausah kok gapapa, ini juga udah cukup. Makasih ya" kataku.
Aku melirik Rio sebentar, karena aku merasa ia memperhatikkan aku. Dan benar saja, ketika aku melihat dia, Rio langsung memalingkan wajah dan kembali menulis catatannya. Entah apa yang kamu pikirkan Rio, kamu harus percaya bahwa neng viona akan selalu setia dengan akang Rio. Hehe.
"Lex.. Bisa tinggalin gue dulu gak? Gue lagi pengen sendiri hehe" kataku kepada Alex yang sedari tadi tidak pergi dari kelasku.
"oh oke deh, see ya" jawabnya.
Ketika Alex pergi, aku langsung menggeser tempat dudukku agar menghadap ke arah Rio. Kini Rio sedang tertidur sepertinya—Rio menyembunyikan wajahnya dibalik kedua tangannya. Aku pun mengambil sekotak tempat makan dari tasku, lalu dengan diam-diam memasukkannya ke tas Rio. Tiba-tiba ketika aku ingin menutup tasnya, Rio terbangun.
Mampus! Aku ketahuan.
Rio menatap ku tajam, "ngapain lo?!" bentaknya.
Aku tergagap, "E.. Engga kok" aku tidak ingin Rio tahu bahwa aku memberikan dia pancake bikinanku saat itu, karna takutnya dia akan langsung menolak ditempat.
Rio bangkit dari duduknya dan berdiri tepat didepan ku, "ngapain? Jawab gue!" Tanya dia semakin membentakku.
Entah mengapa aku diam saat itu. Aku paling tidak bisa dibentak, aku gugup, tidak tahu harus menjawab apa. Seisi kelas mulai melihat ke arahku.
"Selain jadi cewe gatel, lo juga suka maling, ya!" Kata Rio.
Jleb.
Hatiku sakit saat itu. "cewe gatel" dan "maling" kata kata sederhana itu cukup menghancurkan hatiku.
✨✨✨
Jangan lupa di vote woii.
Don't forget to smile!
Salam,From Author Ceo of gabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Boy [HIATUS]
Teen Fiction[Sequel cerita dari my devil prince] [WARNING BAPER ALERT!] "Sebelum kamu membuat orang lain bahagia, kamu haruslah membuat kebahagiaan untuk dirimu terlebih dahulu." -Rio, 23 agustus 2021. Dua tahun setelah kamu meninggalkanku. [CERITA INI LANJUT...