Chapter 15.

46 8 0
                                    

Rio sedikit terkejut ketika ada sebuah kotak makan berada diatas mejanya. Rio memang selalu datang paling awal diantara mahasiswa lainnya, dan sudah pasti dia datang saat kampus masih sepi. Namun sekarang, ada yang rela bangun pagi-pagi untuk mengambil kelas yang sama dengan Rio dan memberinya sekotak makanan.

Rio menatap makanan itu, diatasnya terdapat sepucuk surat dengan tulisan tangan yang rapih disana.

Maafin gue soal kejadian kemarin, Jangan lupa dimakan^^
-viona

Rio masih terdiam, menatap kotak itu dengan lekat. Setelah itu, matanya melirik meja viona yang sudah terisi tas disana. Entah kemana orang itu, tapi yang jelas Rio ingin berterimakasih secara langsung. Rio membuka kotak makan itu, perlahan ia suapkan makanan itu ke mulutnya.

Rio mengunyah perlahan, lalu sedikit terdiam beberapa saat. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

"enak.." batin Rio. Dengan rasa semangat, Rio pun menyuapkan kembali makanan itu ke dalam mulutnya dengan lahap.

•••

Kelas pagi berjalan sangat lesu. Nita dan sonya juga tidak ada disini, mereka pasti memilih kelas siang. Biasanya akupun juga sama, tetapi aku melakukan ini agar bisa bertemu Rio dikampus. Aku melirik Rio sedikit, wajahnya masih datar dan fokus ke laptop yang berada didepannya. Jarinya yang lentik dengan lihai menari diatas keyboard laptop tersebut.

Aku penasaran, apa dia sudah makan bekal dariku?

Atau dia membuang semua makanannya?

Ah membosankan sekali, tidak ada yang aku kenal dekat difakultas ku selain nita dan sonya. Berkali-kali mulutku menguap karna rasa kantuk yang sangat berat. Kelas pagi bukanlah pilihan yang tepat bagiku yang bekerja dimalam hari.

Akhirnya jam kelas ini sudah berakhir. Mataku yang tadinya sayu langsung berubah menjadi segar kembali. Aku meregangkan otot-otot tanganku dengan melayangkannya diudara.

"Viona."

Suara ini. Khas suara yang sangat aku kenal. Ini suara Rio. Dia memanggilku? Oh tidak, apa aku terlalu berhalusinasi? Tidak mungkin Rio memanggil namaku!

Bahkan sekarang, aku tidak berani menoleh karena saking takut dengan fakta bahwa aku sedang halu.

"Viona." panggilnya kembali, akhirnya akupun menoleh juga.

Dengan sembrang meja yang berjarak tidak terlalu jauh, Rio duduk menyamping ke arahku dan menatapku. Tatapannya sangat lembut saat itu. Tiba-tiba pipiku panas begitu saja, akupun langsung memalingkan wajah karena saking groginya. Selama beberapa detik aku sedikit mengatur napasku, dan menenangkan diriku. Setelah berpaling seperti itu, aku kembali mengarahkan wajahku ke Rio.

"ke-kenapa?" Tanyaku.

"Mau pulang bareng?"

Itu bukan sekedar tawaran atau sekedar haluku saja. Ini benar adanya. Dan ya.. Sekarang aku duduk diatas motor Rio dengan Rio yang menyetir didepanku. Hatiku terasa campur aduk saat ini, antara kaget, senang, dan juga bingung. Entah ekspresi macam apa yang pantas aku keluarkan.

"lo udah sdjdha?" Tanya Rio, suaranya tidak jelas karena diterpa oleh angin udara.

"Hah?"

The Cold Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang