Chapter. 8

52 7 0
                                    

Terlihat sonya bangkit dari duduknya ketika kalimat menyakitkan yang rio ucapkan itu keluar dari mulutnya. Aku hanya menunduk menahan malu, apalagi diliat oleh seisi kelas. Sonya berjalan ke arah kami berdua dengan perasaan emosi.

"KEBANGETAN BANGET LO!" sonya berdiri didepanku, sungguh malang nasibku saat itu, seperti tikus yang sedang terpojok oleh kucing. Tidak bisa membela diriku sama sekali.

Rio hanya melirik kami berdua secara tajam, lalu pergi begitu saja tanpa membalas perkataan sonya sama sekali. Ketika Rio pergi, kakiku menjadi lemas, aku langsung terduduk di kursi.

"vi.. Lo gapapa?" tanya sonya sambil mengelus pundakku.

Aku hanya diam saja. Masih dengan keadaan menunduk. Ingin rasanya aku menangis saat itu, tapi air mataku tidak bisa keluar sama sekali. Sakit hatinya terlalu dalam sampai aku tidak bisa mengeluarkannya dengan tangisan.

...

Pulang kuliah, aku bersama dengan Alex lagi. Diperjalanan aku hanya diam saja, Alex pun sepertinya peka karena aku sedang berada di fase mood yang tidak enak.

"loh ini mau kemana lex?" tanyaku ketika aku sadar bahwa jalanan ini bukan menuju kerumahku.

"ada acara gak hari ini? Gue mau ngajak lu ke suatu tempat." kata Alex.

Aku mengecek jam, menunjukkan pukul 4 sore, "ada si. Abis isya. Gue kerja Lex"

"oh gitu.. Yaudah masih ada waktu kok, abis maghrib gue pastiin kita udah sampe dirumah" kata Alex.

Aku tidak menjawab, hanya menurut saja kemanapun Alex akan membawaku. Sampailah aku disebuah pasar malam—tapi ini belum malam. Tapi pasar malam itu sudah buka ketika aku dan alex sampai disana. Ternyata tidak cuma orang berjualan saja, ada wahananya juga disana—seperti kora-kora, komedi putar, dan wahana gulali.

Ketika selesai memarkir motor, Alex menarikku untuk memasuk pasar itu. Aku hanya menurut saja. Kami berhenti disebuah permainan memasuki gelang ke botol. Alex membeli 10 gelang, dan membagi setengahnya padaku. Aku ikut bermain juga. Perasaan kacau hatiku sedikit demi sedikit menghilang, aku mulai fokus memasuki gelang itu ke botol. Dari semua gelang yang aku lempar, tidak ada yang masuk.

"ah! Ngeselin!" decak ku kesal.

Alex hanya tertawa pelan melihatku. Ketika gelang yang ada ditanganku habis, aku pun melihat Alex bermain. Dia cukup mahir bermain permainan ini, dia berhasil memasukan 3 gelang. Setelah itu, Alex mendapat hadiah sebuah boneka doraemon kecil dari permainan itu. Lalu Alex memberikan boneka itu padaku.

"makasih.. " ucapku.

"gue jago kan? Haha" kata Alex dengan sombong.

"Iyaaaa deh bang jagooo" kataku sambil tertawa kecil didekatnya.

Setelah itu kami berdua menaiki wahana kora-kora. Aku sangat takut saat itu. Semakin kencang wahana itu, semakin keras juga teriakanku. Alex tertawa puas melihatku, sebenarnya aku malu saat itu, tapi aku tidak bisa menahan teriakan ini. Selesai itu, Alex membelikanku es cincau, karena aku merasa haus sehabis teriakan-teriakan tadi.

"mau naik apalagi nih, sebelum kita pulang." kata Alex ketika membawakanku es cincau tersebut.

"komedi puter yuk"

Aku pun mengekori Alex untuk menuju komedi putar. Alex membeli tiket untuk kami berdua. Pemandangan sore hari menjelang maghrib cukup bagus, aku merasa tenang berada diatas sini.

"dulu gue gasuka cincau tau" kata Alex ketika kami berdua berada di komedi putar.

"loh kenapa?" tanyaku.

"soalnya waktu gue masih kecil dulu,  gue nyangkanya cincau itu terbuat dari lumut got hahaha" Katanya Alex sambil tertawa.

Akupun ikut tertawa, "apaan sih! Ngaco aja deh hahaha"

"iya seriusannn.. Makanya gue geli bat setiap kali mau minum"

"ada ada aja elu mah haha"

Aku cukup terhibur dengan adanya alex saat itu. Perasaan sakitku terasa hilang sejenak ketika bersama Alex. Dia orang yang baik, banyak hal lucu yang dia lakukan agar aku tertawa kembali. Entah bagaimana caranya agar aku bisa berterimakasih kepada Alex.

Selesai juga hiburanku hari ini, Alex mengantar ku pulang dengan selamat.  Aku memasuki rumah dengan perasaan yang sudah membaik, aku membuka pintu dengan semangat.

"Assalammuala—"

"astaghfirullah! Kakakk!!" aku langsung panik dan membuang tasku ketika aku melihat kakakku terbaring lemas dilantai.

"kak.. Kak Chelsea kenapa?" kataku sambil berusaha membangunkannya.

Kakakku membuka mata perlahan, wajahnya pucat, aku menyentuh dahinya, dia demam. Demamnya cukup tinggi.

"Gue.. gakuat.. Vi" ucap kak Chelsea dengan lirih.

Aku langsung menggendongnya, sambil menunggu taksi yang lewat didepan rumah. Tak lama taksi pun datang, dengan perasaan panik aku langsung masuk ke dalam mobil taksi untuk membawa kakakku kerumah sakit terdekat. Entah apa yang terjadi dengan kakakku, aku pun tidak tahu.

"Suss! Tolong kakak saya" teriakku sesampai dirumah sakit.

Perawat disana langsung dengan sigap membawakan tempat berbaring dan membawa kakakku keruang IGD. Aku menunggu didepan ruang IGD. Air keringatku bercucuran drastis, aku sangat khawatir saat itu. Tidak lupa aku berdoa kepada yang maha kuasa agar tidak terjadi hal apapun kepada kakakku. Tak lama seorang perawat keluar dan menghampiriku.

"maaf, kakak dari pihak keluarga?" tanya suster tersebut.

"iya saya adiknya."

"kakak kamu sudah kami bawa ke kamar nomer 7 dilantai 2. Untuk mengetahui lebih lanjutnya, biasa langsung menemui dokter diruangan sebelah sana." jelas suster tersebut.

"baik, terimakasih sus"

Dengan langkah segera, aku langsung mengikuti kata suster tadi untuk bertemu langsung dengan dokternya. Aku memasuki ruang dokter itu.

"kakak kamu memiliki amandel sangat parah, sehingga terjadi pembengkakan pada tenggoran dan juga demam yang sangat tinggi." kata dokter itu, "Ini harus ada penanganan khusus, kami akan melakukan operasi pengangkatan amandel. Karna jika tidak ada penanganan, itu bisa sangat berbahaya."

"iya dok, lakukan sebaik mungkin untuk kakak saya." jawabku, "bagaimana dengan administrasi nya dok?"

"kamu bisa datang ke meja administrasi untuk rincian biayanya."

"Oke, terimakasih dokter."

Akupun meninggalkan ruangan itu dan menuju meja administrasi.

"ini rincian biayanya, sudah termasuk rawat inap dan obat obatan"

Aku melihat surat bayaran itu. Aku terkejut menganga melihat biayanya.
22,4 juta tertulis disana. Darimana aku bisa dapat uang sebanyak itu?

"maaf mba, paling telat kapan ya pembayaran?" tanyaku.

"dua bulan setelah operasi kak" jawabnya.

..

Aku sedikit terlambat masuk kerja. Diperjalanan aku memikirkan tentang biaya rumah sakit kakaku. Aku melihat isi tabungan kami berdua, hanya tersedia 8 juta. Angkanya masih sangat jauh dari yang harus dibayarkan. Sedangkan gaji kerja part time ku di bar hanya 5 juta perbulan, itu berarti dalam kurun waktu dua bulan aku hanya bisa mendapat 10 juta. Ditambah tabungan, menjadi 18 juta. Masih kurang 4,4 juta. Dan lagi pasti aku menunggak biaya kuliah selama dua bulan itu. Ah.. Aku benar-benar pusing saat ini. Aku tidak tahu harus bagaimana.







✨✨✨

Hayuuuk divote
Gamau vote?
Astaghfirullah.. Kamu berdosa
Banget!

Have a nice day! 🏜
Salam,

Author cantik.

The Cold Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang