[15]

1.4K 306 108
                                    

Sementara di sisi lain, ada spekulasi bodoh yang berhasil pengaruhi pikiran Irene. Spekulasi bahwa Joy penyebab dari semua masalah yang terjadi.

Jadi sekarang, dia ngebut ke rumah si jangkung itu. Perasaan marah buat kepalanya panas. Banyak bukti yang dia dapat dari Jennie ditaruh dalam tas kecil di kursi sebelah.

Wendy maupun Jisoo sengaja nggak dia kasih tau, pikirnya mereka nggak begitu penting. Toh, gara-gara pertengkaran tempo hari interaksi mereka bertiga jadi aneh. Irene yang udah terlanjur nggak peduli juga lebih fokus sama petunjuk-petunjuk yang terus Jennie kasih.

Kebetulan yang dicari baru aja keluar sama tiga orang lainnya begitu Irene sampe. Nggak pake basa-basi lagi, dia jalan terburu ke arah Joy, lemparin tas berisi bukti-bukti kasar ke arahnya. "Lo harus jelasin semua ini!"

Seulgi, Rose, dan Lisa saling pandang satu sama lain, bingung sekaligus kaget.

"Kak Irene, apa-apaan---"

"Bacot!"

Seulgi langsung bungkam seketika. Belum apa-apa udah dibacot-bacotin aja. Sementara itu, Irene terus desak Joy yang malah santai lihat satu-satu bukti dalam tas yang tadi dilempar.

"Bisa-bisanya lo ngelakuin ini semua. Bunuh orang demi keinginan lo, bener-bener bangsat!"

Joy terkekeh. Masukin lagi bukti-bukti itu, lalu disodorin sopan ke arah si pemilik yang masih kebakar amarah.

"Sekarang coba lo tanya dari mana  orang yang kasih ini dapet bukti-bukti konyol begini. Dilihat dari manapun udah jelas banget kalo ini palsu. Kok lo jadi goblok begini sih?"

"Nggak usah sok pinter lo."

Irene dorong-dorong bahu Joy yang sama sekali tanpa perlawanan.

Badan mungil aja sok-sokan sekali anaknya Tiffany ini.

Rose langsung lerai keduanya. Seulgi walaupun agak takut sama kegalakan Irene, peluk pinggangnya biar si curut ini nggak mendadak lari terus serang Joy. Irene sendiri nggak protes digituin, malah kesannya agak nyandarin badan di dada Seulgi, cari santai. Ya walau mukanya masih ngamuk.

"Kita nggak sok pinter ya. Orang yang kasih bukti nggak masuk akal ini yang sok pinter," bela Joy angkat tas dimana bukti-bukti dari Irene disimpen.

Irene sedikit melunak, bener-bener sandaran di dada Seulgi malah. Dia sadar akan sesuatu; walau kelakuannya udah senekat dan sekasar ini tuduh Joy seenaknya, tapi nggak ada dari keempat orang ini yang nyalahin dia, tatapan benci juga nggak ada sama sekali.

"Udah, sekarang kita masuk dulu," usul Lisa yang langsung diangguki yang lain.

Lagi-lagi Rose harus dikeluarin dari pembicaraan serius, ya suruh buat minum lagi lah. Punya kakak modelan Joy emang enaknya cuma digebukin aja. Tapi nggak masalah juga, toh Rose udah tau segalanya.

"Duduk dulu sini." Seulgi dudukin Irene di kursi hadapan Joy. Lalu duo Kwon malah minggat ikutan main PS sama Papi Kyungho.

Joy berdeham. Keluarin bukti-bukti yang tadi dia tunjukin ke Lisa sama Seulgi. Irene tatap nggak ngerti, tapi Joy tetep diem.

"Gue nggak nyalahin lo yang percaya gitu aja sama bukti ditas itu. Pasti dari Jennie kan?"

Butuh waktu lama buat Irene jawab pertanyaan itu. Dia malu. Malu karena Joy malah bisa santai begini sedangkan dia sendiri meledak dikuasai emosi. Sekaligus ngerasa bodoh dengan mudahnya dipermainkan sama Jennie yang udah dia percaya banget.

"Joy, gue..."

"Udah, nggak usah minta maaf." Dih, pede amat duplikat Sooyoung ini. "Sekarang, coba lo dengerin rekaman suara ini sama lihat rekaman CCTV."

Irene masih sedikit ragu. Ada hp Krystal di atas meja.

"Dari mana lo dapet ini?"

"Sehari sebelum kematiannya, Kak Krystal chat gue kalo ada sesuatu yang pengen dia kasih. Dia juga bilang suruh ambil tiga hari setelahnya di balik sandaran ranjangnya. Awalnya gue nggak begitu paham, sampe keanehan muncul satu persatu," jelasnya sambil putar rekaman CCTV di laptop, lalu ditunjukin ke arah Irene.

"Gue yakin lo pasti tanya-tanya Kak Vic dan dia berlagak nggak tau semuanya, kan? Ini alasannya."

Kepala Irene makin panas sebab emosi yang mulai meledak lagi, sekaligus nggak percaya atas semua ini.

Divideo itu muncul Victoria sama Jennie tengah pojokin Krystal di kamarnya. Krystal berulang kali tepis tangan Victoria yang kayak paksa dia minum sesuatu.

Obat?

Tunggu, overdosis?

Tapi kenapa bisa tewasnya digantung?

"Rose tanya hasil otopsi mayat Kak Krystal ke tim forensik. Katanya ada tanda-tanda overdosis. Tapi sama sekali nggak ada yang curigai Kak Vic yang ngelakuin. Dari data kesaksian yang Rose colong." Joy berhenti sejenak, ambil dokumen kesaksian yang dimaksud, lalu disodorin ke Irene.

"Kak Vic bilang Kak Krystal terbiasa minum obat sendiri, lalu bilang kalau belakangan kondisi mental Kak Krys balik down lagi. Dan rekaman CCTV hari itu sama sekali nggak ada, alasannya rusak karena beberapa hari sebelumnya salah satu pasien iseng lempar-lempar barang sebab penasaran benda apa itu. Semuanya cukup meyakinkan buat Polisi tutup kasusnya dan klaim tewasnya Kak Krystal murni bunuh diri."

Irene yang makin emosi setelah denger semua penjelasan Joy berusaha tenang. Dokumen kesaksian itu diremas kuat.

"Lalu isi rekaman suara ini, Kak Krystal rekam diem-diem setiap Kak Jennie selalu datang diwaktu-waktu tertentu tanpa sepengetahuan kalian bertiga. Apa yang dibilang Kak Jennie bener-bener kejam. Dia bilang kalau semua penyebab perpecahan hubungan persahabatan kita ini gara-gara Kak Krys. Ungkapan suruh mati juga selalu ada di setiap rekaman. Intinya perkataan yang buat mental Kak Krys down. Lo bisa denger sendiri."

Nggak, Irene nggak bakal kuat denger semua ucapan kebencian itu. Dadanya mendadak sesak, merasa gagal ngelindungin Krystal.

Semakin ngerasa malu pula sama Joy. Dia dengan mudah diperdaya cuma pake beberapa video yang disalah artikan Jennie. Juga setumpuk dokumen bodoh itu.

"Itu bukti yang gue, Rose, sama duo Kwon itu kumpulin, plus Jisoo, juga Wendy yang selalu awasi pergerakan Jennie. Lo boleh percaya boleh nggak."

Irene emang mudah goyah. Sekarang dihadapin sama bukti-bukti akurat kayak begini, kepercayaannya sama Jennie yang beberapa jam lalu masih bertahan kuat, sekarang mulai runtuh satu persatu.

Rasa bersalahnya terhadap Wendy dan Jisoo juga semakin besar. Irene nyesel udah pikir keduanya nggak berbuat apa-apa, nyatanya justru dia sendiri yang malah jalan ditempat, diperdaya sama pelaku sebenernya.

Uh, kenapa dia ngerasa paling tolol dan bersalah sekarang?

Irene usap wajahnya kasar, helaan napas kasar keluar. "Gue nggak tau mesti ngomong gimana."

Joy sandarin badannya santai. "Muka lo kelihatan frustasi dan bersalah banget. Nggak ada yang nyalahin lo, jadi buat apa?"

Air mata nyaris jatuh dari mata Irene yang udah berkaca-kaca. Tapi bener apa yang dibilang Joy, nggak ada yang salahin dia. Bukan waktunya nangis-nangis ratapin sesuatu yang sama sekali bukan salahnya.

"Kalau gitu, ayo susun rencana baru."

Selamat buat yang dari kemarin tebak Jennie pelakunya 🎉🎊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat buat yang dari kemarin tebak Jennie pelakunya 🎉🎊

Akhirnya otakku bisa beristirahat, nggak lagi mikirin alurnya mau dibawa kemana wkwk.

Way Back Home | BlackVelvet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang