[19] End!

2.4K 284 84
                                    

Enam bulan berlalu, segalanya jadi sedikit lebih membaik.

Atas kebaikan hati Leo yang udah kayak titisan malaikat, Yeri diajak tinggal bareng di rumah keluarga Hwang. Semua keperluannya ditanggung Leo tanpa minta imbalan apapun. Saking akrabnya, bisa dibilang hubungan keduanya udah kayak bapak anak.

Kasus kekerasan di keluarga Lim segera ditangani polisi. Meski beberapa bulan pertama setelah kasus ruwet itu kondisi Yoona yang jelas kaget jadi down parah, atas permintaan Irene yang secara langsung bicara sama para Mami buat hibur Yoona sebisa mungkin, dan ke pihak polisi buat adain terapi rutin ke psikiater, beruntung semuanya berjalan lancar dan kondisi Yoona yang separah anak-anaknya.

Semoga setelah ini nggak ada lagi konflik apapun.

Masalah persetujuan Wendy sama Jisoo pada akhirnya ya Leo juga yang bilang. Walau mereka berdua nggak langsung terima kehadiran Yeri yang sebentar lagi bakal jadi teman rumah mereka. Untungnya setelah berkali-kali diyakinin Leo keduanya setuju. Awalnya memang masih canggung, tapi mereka bisa sesuaikan situasi dengan cepat.

Lalu alasan kenapa bukan Irene yang minta persetujuan mereka, cewek itu belum minta maaf. Terlalu pengecut emang. Bahkan kesannya Irene malah selalu ngehindar. Lari dari sesuatu yang harusnya dia lakuin buat perbaiki hubungan sama kedua adiknya.

Tapi sore ini, Irene putusin buat lurusin segala permasalahan. Mumpung Leo sama Yeri lagi pergi dan katanya mau pulang larut, cuma ada mereka bertiga di rumah.

Irene tau ini pasti nggak mudah, seenggaknya dia udah mau berusaha.

"Ji, dengerin gue, sebentar aja."

Irene kejar adiknya yang jalan cepet ke arah kamar tanpa noleh sekalipun. Satu masalah belum selesai. Waktu semuanya mulai mereda, Irene baru sadar sikap kedua adiknya kelewat dingin sama dia. Diperparah sama nggak adanya Leo yang biasa jadi penengah, Irene harus usaha sendiri minta maaf dari keduanya.

"Ji, gue-"

"Tutup mulut lo. Nggak usah ngemis-ngemis minta maaf begini, urusin aja hidup lo sendiri!" potong Jisoo kasar. Dorong Irene yang udah setengah masuk kamarnya, lalu tutup pintu kasar.

Irene mau nyerah aja. Minta maaf ke Jisoo itu lebih sulit dari apapun. Seharusnya dia nggak cari ribut di awal. Kepalanya pusing luar biasa, udah kehabisan ide mau gimana lagi bujuk adiknya ini. Ayam tiga kotak plus happy meal nggak mempan sama sekali, Irene sadar Jisoo bukan Rose yang kalo ngamuk dibujuk pake makanan pun pasti luluh.

Suara pintu ditutup balikin kesadaran Irene. Dia buru-buru turun tangga samperin Wendy yang baru pulang entah dari mana, sepulang dari pemakaman Jennie anak ini ngilang bak ninja.

"Wen, laper nggak? Makan dulu yuk." Udah pake nada paling lembut loh ini, tapi ekspresi Wendy yang datar nggak berubah.

"Maaf Kak, gue capek. Mau tidur aja."

"Makan dulu, nanti kalo lo sakit gimana?" Tangan Irene pegang lengan Wendy, cegah dia pergi buat beberapa saat. Irene tau kali ini pasti juga gagal. Tapi seenggaknya dia mau berusaha sedikit.

Wendy tunjukin senyum tipisnya, lepas tangan Irene dari lengannya lembut. "Nanti ya, Kak." Kemudian berlalu pergi.

Irene hembusin napas panjang. Usap wajah kasar, bener-bener nggak ngerti mau gimana lagi. Dia emang nggak pinter kalau masalah beginian.

Andai ada Tiffany...

tunggu!

Irene masih punya orang lain buat curhat.

•••

Sebenernya nggak yakin sama sekali kesini.

Irene bahkan diem hampir sepuluh menit di parkiran. Bingung mau bereaksi gimana nanti. Ya masa dia harus nulis kata-kata yang harus dia bilang dicatatan dulu baru dihafalin, kayak mau main drama aja.

Way Back Home | BlackVelvet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang