[3]

2.3K 375 98
                                    

Oke, bukan ini yang diharapin tiga bocah Hwang di hari pemakaman Krystal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke, bukan ini yang diharapin tiga bocah Hwang di hari pemakaman Krystal.

Mereka diem seribu bahasa sekaligus tegang waktu segerombolan cewek serba hitam jalan beriringan. Walau sekilas mereka kelihatan rukun dan bersahabat, nyatanya ada tembok besar penghalang diantara ketujuhnya.

Jisoo senggol Wendy disebelahnya, "Kok mereka bisa tau?"

Wendy bodo amat, terlalu fokus sama gerombolan cewek yang sekarang udah berdiri tepat di depannya. Salah satu dari mereka senyum, ekspresi yang nggak cocok ditunjukin di acara kayak gini, kasarnya 'kurang ajar'.

"Hai girls, lama nggak ketemu."

Apa-apaan?

Irene yang tadi duduk anteng langsung berdiri pake wajah setengah murka. "Nggak diajarin sopan santun ya?"

Suasana berubah jadi panas. Bisa-bisanya malah senyum lebar pake sapaan yang nggak pantes ditunjukin di waktu kayak gini, bukannya ucap bela sungkawa.

"Lo kira ini reunian, Jen?" tantang Irene penuh penekanan disetiap kata.

Jennie bungkam, angkat satu alis seolah nggak ngerti. Arahin pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, lalu berhenti tatap dalam-dalam bingkai foto di atas altar.

Jisoo lirik yang lain di belakang Jennie, raut nggak nyaman kepancar jelas. Balik lagi ke Irene sama Jennie yang sekarang saling tatap, tunggu saat-saat dimana bentakan atau mungkin tamparan terjadi; bertengkar. Tapi keduanya cukup sadar kondisi dan situasi.

"Lo bener. Gue minta maaf," ucap Jennie ulurin tangan. Irene cuma tatap sekilas, terus pergi gitu aja milih gabung sama para perawat.

Seulgi melangkah maju samperin Wendy. Nunduk sopan dulu padahal umur mereka sama. "Krystal kenapa, Wen?"

Emang pada dasarnya Wendy ini tipe manusia plegmatis dan nggak suka ribut. Dia kesampingin dulu rasa nggak nyaman atas kehadiran tujuh cewek di hadapannya.

"Pendek ceritanya."

•••••

Krystal udah dikebumikan tiga puluh menit lalu, tapi Irene masih betah jongkok di samping makam tanpa bicara sedikitpun.

Sampe air mata ngalir lagi. Coba buat nggak keluarin suara isakan, Irene bungkam mulut sama hidungnya pake telapak tangan.

"Jahat lo, Krys."

Sekelebat bayangan tentang kenangan-kenangan bareng Krystal muter di kepala kayak kaset rusak. Sakitnya merambat ke hati yang harus kena luka lagi sebelum pulih.

"Bodoh banget gue nggak sadar maksud dari permintaan terakhir kemarin itu, ternyata ini yang bakal lo lakuin. Kan, anjim!"

Ternyata penyakit Irene yang sulit ekspresiin emosi udah tahap akut. Di saat sedih kayak gini malah lawak campur ungkapan luka, kan aneh.

Way Back Home | BlackVelvet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang