03# Merawat Malika

152 42 182
                                    

"Pagiku cerahku

Matahari bersinar

Di halaman depanku

Ada si Malika."

Haikal berseri-seri pagi ini. Setelah sarapan, ia bergegas pindah haluan ke halaman depan. Mengambil segayung air dan menyirami tanaman uji cobanya.

"Good morning, Malika anak kesayangan Ikal~. Semoga kamu tumbuh dengan cepat dan bisa menafkahiku dengan biji-biji kuacimu. Berapa lama sih kalian bisa tumbuh kembang secara ideal? Aku penasaran."

Dari balik balik jendela ruang tamu, Bian dan Galih memperhatikan kondisi Haikal yang mulai mengenaskan. Mengajak bicara beberapa buah biji kuaci yang terkubur di dalam tanah milik Pak Rudi.

"Dia... Mengenaskan." tatapan iba Bian menembus kaca jendela ruang tamu yang mulai menyerap pancaran sinar matahari dari luar.

"Malika pula namanya. Sang biji kedelai hitam yang menjelma menjadi kuaci warung lima ratus perak." balas Galih.

Mereka berdua tak habis pikir dengan Haikal. 

"Abang nggak ke rumah sakit?" 

"Iya nanti jam sembilan Abang berangkat. Kamu tolong panasin mobil ya? Abang mau mandi, mau siap-siap dulu."

"Wait!"

"'Tidak ada yang gratis di dunia ini, sayang~'. Iya kan?" dengus Bian. 

"Exactly, Bro!" tukas Galih sambil menepuk lengan Bian.

"10 kilogram makanan kucing untuk dua kali manasin mobil. Deal?"

"Wokeh! Siap! Laksanakan, Tuan!" jawab Galih antusias. Posisinya sedang hormat sekarang layaknya peserta upacara.

Kembali ke Haikal.

Sekarang anak itu sedang bersender di kursi teras depan sambil berandai-andai, mengimajinasikan tatanan bunga matahari yang akan ia buat di halaman depannya. Setelah mendapat do'a restu dari Bapak dan Mama, ia memiliki kuasa-- di bawah pengawasan Mama-- untuk merenovasi halaman depan.


Weh! Malika udah berhasil di tanem. Nanti malem dateng ke rumah gue ya. Ada tasyakuran, akhirnya gue punya kendali megang halaman depan.


Okta-okta Bakar

Widih. Semoga tumbuh dengan sehat ya. Anyway, Malika itu siapa?


Biji kuaci gue. Lo tau nggak sih? Setelah lo kasih tau tentang kuaci lo yang numbuh jadi bunga matahari, gue jadi suka liatnya deh.


Okta-okta Bakar

Lo suka sama gue?!!! Gila lo, Kal. Nggak habis pikir gue. Ya Allah, ampunilah dosa temanku. Jauhkanlah dia dari ke homo-an yang membagongkan. Aamiin.


Bodo amat deh. Maksud gue tuh, gue suka sama bunga matahari. Warna nya cerah, menggambarkan masa depan gue banget. Cerah! Nggak ada suram-suramnya. Lol.

Kuaci + Bunga Matahari: The 1st Story | Haechan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang