17# Aku Pulang~

48 16 29
                                    

Pukul setengah enam pagi, dengan berbalut jaket tebal, Okta dan Vivi menunggu kedatangan pasukan Jagoan Neon di stasiun-- Haikal bilang, mereka akan tiba pukul enam lewat beberapa menit.

Selama menunggu, Vivi mendadak berprofesi sebagai dokter cinta untuk Okta-- entah bagaimana ceritanya Okta tiba-tiba curhat padanya. Mungkin karena keluh kesahnya sudah tak bisa dibendung--. Rupanya, anak bujang satu itu tengah mengalami patah hati untuk kesekian kalinya. Tubuhnya lesu, matanya sembab, dan rambutnya yang berantakan hanya ditudungi oleh kupluk jaketnya. Sang mantan pujaan hati meminta putus secara sepihak sebab Okta sudah beberapa kali tak sengaja merusak barang-barang miliknya. Karena tak tahan dengan 'keajaiban' tangan Okta, ia pun diputuskan melalui sebuah pesan singkat.

Sesekali Okta menangis kala mengingat rupa wajah sang mantan, membuat Vivi iba melihatnya. Tiba-tiba...

"Eh? Siapa?" tanyanya bingung sekaligus terkejut.

Seseorang menutup mata Vivi dengan kedua tangannya. Semerbak aroma parfum khas milik seseorang tercium olehnya, membuatnya mengukir senyum di wajah. Ia menjauhkan tangan itu dari matanya dan beranjak bangkit. Ia membalikkan badan dan berakhir pada sebuah pelukan hangat dengan Haikal.

"Aku pulang, Sayangku~" ujar Haikal hangat pada Vivi yang tengah membagi rindu dalam pelukan erat. Kecupan di kening Vivi mendarat dengan lembut. Okta yang menyadari itu hanya bisa mendengus seraya berusaha membalas senyum pada mereka yang baru saja tiba di stasiun.

Para bujang berjalan mendahului sepasang kekasih yang tengah melepas rindu. Terlihat Bian dan Adya merangkul Okta yang nampaknya sangat lesu. Sementara yang sedang menyusul di belakang...

"Kamu sehat, kan?" tanya Vivi lembut.

"Keliatannya? Gimana?" ujarnya dengan semringah.

Jari-jari tangan mereka bergandengan dan berayun bersama. Memperlihatkan suasana berseri di pagi hari yang dingin.

"Sayang." panggilnya.

"Iya?"

"Aku subur banget loh pulang-pulang..." ujar Haikal cengengesan. "... Perutku buncit~ Di sana makan mulu, mungkin karena dingin."

"Oh, ya? Kamu makan sebanyak apa?"

"Banyaaaaaaak banget. Aku nyemilin tempe mendoan pakek petis, rawon, terus makan bakwan malang, KUE USUS AYAM! Aku nggak akan lupa sama kue usus ayam~" ujarnya seraya mengelus perut kegirangan.

Vivi terkekeh. Tangannya refleks menepuk-nepuk perut Haikal yang katanya buncit.

"A~~ Perut bayi!" ledeknya tergelak. Wajahnya bahagia sekali.

Haikal membalas dengan senyuman hangat dan sorot mata nan teduh seraya memegang ujung kepala Vivi. "Iya. Aku punya perut bayi sekarang. Aku balik lagi jadi bayi. Bayi legal yang punya KTP, SIM, dan rencana masa depan."

Kata-kata yang terucap dari bibirnya membuat Vivi gemas hingga wajahnya merona.

***

"Okta, lagi sakit?" tanya Adya. Okta menggeleng.

"Terus?"

"Belom tidur, lo?" tanya Haikal. Lagi-lagi Okta menggeleng.

Hening. Semuanya saling bertukar pandang kebingungan-- kecuali Okta dan Vivi.

"Ada masalah cinta, Bang." sahut Vivi. Yang lainnya menahan tawa dan serempak menepuk-nepuk pundah Okta memberi semangat.

"Gue aja yang nyetir kalo gitu. Lo pindah, Ta!" titah Galih yang langsung bertukar tempat duduk dengan Okta. Okta memanggut. Ia keluar dari jok kemudi dan pindah ke jok penumpang tengah bersama dengan Bian. Sementara Haikal dan Vivi ada di jok penumpang paling belakang.

Kuaci + Bunga Matahari: The 1st Story | Haechan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang