02# Kuaci Pertama Haikal

170 40 139
                                    

"ABANG!!!"

Suara Haikal menggelegar ke seluruh penjuru rumah sebab pintu kamar Galih yang sedari tadi diketuk maraton olehnya tak ditanggapi oleh sang empunya. Membuat mama yang sedang memasak terkejut karenanya.

"ABANG!!! LAMA BANGET BUSET DIPANGGILIN."

"APA?!" teriak Galih dari dalam. "BENTAR!"

"Kalo nggak di buka, awas sih. Gue lempar lo pake kodok. BURUAN!"

"Yaaaa. Iyaaa. Sebentaaaar. Otewe." pintu terbuka. Menampakkan sosok Galih berbalut bathrobe pertanda baru selesai mandi.

"Apaan? Heboh banget. Masih pagi nih!" ketusnya.

"Bang, barusan gue dapet cerita dari si Okta. Dia beli kuaci warung tuh yang lima ratus perak, terus di tanem sama dia di pot. Eh, numbuh, Bang! Gokil. Keren banget nggak,sih? Nih, fotonya."

"Bisa-bisanya bocah ini heboh cuma karena biji kuaci?!" gumam Galih. "Ya namanya juga biji. Numbuh lah. Terus lo mau apa?"

"Mau itu~" Haikal mengarahkan dagunya pada sebungkus kuaci warung yang ada di atas meja Galih. Alisnya naik-turun menggoda abangnya.

"Terus?"

"Terus apa?"

"Ya terus abis itu mau apa?" tanya Galih yang mulai gemas.

"Nabrak! Teras terus teras terus. Siniin aja kuacinya, gue mau uji coba. Mumpung nggak ada kelas, nih." rengek Haikal. Tangannya bergelantung di sekitar pinggang Galih.

"Tapi itu tinggal satu. Jatah gue. Lo beli aja sana."

"Male-"

"Males jalan~" timpal Galih.

Karena keinginan yang begitu menggebu-gebu di hati, Haikal tak segan berlari melewati Abangnya dan berusaha mengambil bungkus kuaci itu. Namun sayangnya...

Duk!

Mereka berdua terjatuh sebab tersandung kucing Galih yang sedang tidur-tiduran di dekat pintu. Kuki pun meringis kesakitan. Pompom putih berkaki empat itu berlari mencari pengaduan pada saudara tuannya yang lain (Kuki adalah kucing jantan milik Galih yang ia temukan minggu lalu di depan kafe miliknya).

"IKAAAALL!!!! KUCING GUE!!!!! KETIBAN ELO!!! ELAH!" dengus Galih dengan sangat kesal. Dijewernya kuping Haikal hingga meringis namun tak ada suaranya.

"SAKIT, BANG!! Gara-gara lo, nih! Kalo tadi elo nggak pake acara nanya-nanya terus langsung ngasih kuacinya ke gue, nggak bakalan kayak gini, tau! Pelit banget jadi laki." gusarnya.

"Lah?! Elo heboh banget jadi laki! Manja sama mama!"

"Nggak usah bawa-bawa mama!"

Keributan di lantai dua pun tak terhindar. Mama yang sedari tadi tak tahan tapi juga tak mau ambil pusing dengan keributan di pagi hari, meminta tolong pada Abian untuk melerai pertengkaran adiknya.

"Hei, hei~ Anak manis~ Ayo berhenti~" nihil, Galih dan Haikal tidak menggubris kehadiran Bian.

Bian mengambil napas dalam hingga memenuhi kedua paru-parunya dan berubah menjadi orang yang dingin dengan suara yang juga dalam. "Kalian berhenti atau aku cium."

Seketika perang itu mendadak berhenti, menyisakan tatapan tajam dan napas menderu kakak-beradik yang kini saling mengejek dengan ekspresi wajah.

"Udah? Kok diem? Lanjutin dong." Bian terkekeh.

"Ogah dicium abang, mending dicium mama." sahut Haikal.

"Kan! Kan! Anak mama banget nih bocah satu." ejek Galih.

Kuaci + Bunga Matahari: The 1st Story | Haechan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang