20# Agenda Keluarga (1)

67 20 35
                                    

"Kal. Gue udah ganteng belom?" ujar Galih yang tengah asik bersolek di depan cermin lemarinya.

"..."

"Ini kemeja putih cocok apa enggak sih? Apa gue ganti pake yang tadi aja, ya?"

"..."

"Mending pake jas nggak sih, Kal?"

"..."

Hening. Tak ada yang menjawab.

"Kal? Lo tidur lagi?"

"..."

Galih yang mulai hilang kesabaran sebab tak mendapat jawaban dari Haikal, berbalik badan. Hatinya mendengus kesal saat melihat Haikal yang kembali tidur dengan mulut menganga dan tangan serta kakinya yang merentang lebar menguasai tempat tidur Galih.

Lagi-lagi...

"Manrobbuka?"

Sontak Haikal terpental dari tidurnya hingga terjatuh dari sana. Matanya yang terbuka lebar menampakkan urat syaraf nan merah di sana. Alih-alih menolong adiknya yang terjatuh, Galih memperhatikannya dengan eye smile yang begitu bersinar.

"LO NGAPAIN LAGI SIH, BANG?! BENER-BENER NYUMPAHIN GUE MATI, YA?!" geram Haikal yang tengah mengatur ritme napasnya dan berusaha menyadarkan diri.

"Lagian daritadi ditanyain malah diem. Rupanya tidur. Salah mulu abang tuh di mata kamu." rengek Galih. Wajahnya memelas.

Haikal diam menatap abangnya dengan kesal, namun hatinya tetap mengumpat. "Apa?! Lo nanya apa?!" tanyanya tidak santai.

"Pake yang ini apa yang ini apa yang tadi? Pake jas atau enggak?"

Dengan mata yang masih sangat mengantuk, Haikal menjawab asal.

"Udah begitu aja, nggak usah pake jas." ujarnya seraya bangkit dari kasur.

"Mau ke mana?"

"Tidur di kamar. Lagian ngapain lo bangunin gue jam empat pagi?" gerutunya.

"Lo lupa kalo abang wisuda hari ini? Kan gue udah bilang pas minggu kemarin."

"Wisuda?" wajah kantuknya bertanya-tanya. "WISUDA?! LO WISUDA?!" tanyanya heboh. Galih mengangguk kegirangan. Tangan Haikal yang sudah menyentuh kenop pintu mendadak menjauh dan memeluk Galih penuh semangat.

"WHOAHAHAHA. LO WISUDA HARI INI?! SELAMAT~ SELAMAT~" mereka berdua berpelukan sembari melompat-lompat di tempat.

"Kok lu bisa lulus sih? Kerjaan lo kan cuma pacaran sana sini. Jadi budak cinta pula hampir tiap hari. Terus ngurusin kafe mulu." ujarnya dengan rupa meledek.

Suasana bahagia itu berubah menjadi chaos, sebab Galih mengamuk. Dengan tanpa ampun, ia mati-matian mengejar Haikal yang berlari ke tiap sudut kamarnya dan selalu berusaha menahan sang abang dengan apapun yang ia raih di tangannya.

"Sini, nggak?! Buruan! Ya emang lo pikir gue nggak mau lulus?! Hah?! Dibilangin gue juga mau tobat." gusar Galih yang kini berhasil menangkap Haikal dan menjewernya.

"Aaaa! Sakiiiiit! Ampun, ampun." mohonnya.

"Apa gunanya gue rajin bayar kuliah, rajin bolak-balik ngampus kalo tujuannya nggak mau lulus? Hah?"

"Iiiiii. Iyaudah sih! Bercanda doang juga! Ini lepasin kek, panas kuping gue, ah!" ringisnya.

"Minta maaf dulu."

"Eommaaaaaa."

Satu lagi jeweran mendarat di kuping Haikal.

"Jangan teriak, napa! Masih pagi-pagi buta ini! Minta maaf!"

Kuaci + Bunga Matahari: The 1st Story | Haechan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang