19# Ekspektasi yang Dinanti

60 19 18
                                    

Pukul lima pagi di hari Sabtu. Rumah Vivi terdengar ramai. Inez dan Loren yang sejak semalam menginap di sana turut andil menyiapkan sarapan pagi untuk orang rumah. Bubur ayam buatan Loren memang sangat juara! Rasanya sama persis dengan yang dijual oleh langganan Vivi. Kegiatan masak memasak usai sebelum Rejun dan Caesar turun. 

"Mangkok kayu punya gue mana, Vi?" tanya Inez.

"Di tempat biasa. Itu sering dipake sama Mas Ejun, by the way." Vivi terkekeh.

"Serius?!" tanyanya penuh penasaran dengan air wajah kegirangan sebab sejak lama Inez memang menyukai Rejun diam-diam. Vivi mengangguk.

"Dia suka wooden things gitu. Makanya pas liat ada mangkok lo, langsung dipake. Nggak pake nanya-nanya."

"Peluang~" 

"Nez, dia udah punya pawang. Lo lupa? Mau nikah loh orangnya." timpal Loren meledek. Air wajah Inez berubah pasrah.

"Yuk, sarapan. Gue manggil mereka dulu." ujar Vivi seraya berjalan menjauhi dapur ke arah ruang keluarga, dan...

"MAS EJUUUUUUN. KAK LELEEEEE. SARAPAAAAAAN." ia berteriak dari bawah.

"IYAAAAAAA" dijawab. Kemudian Vivi kembali ke arah dapur menuju ruang makan.

"Orang mah disamperin gitu ke atas." Inez berprotes ringan.

"Udah biasa~"

Kedua bujang tampan turun dari atas. Pakaiannya terlihat rapi sekali, pertanda telah siap memulai hari. Mereka datang menghampiri meja makan yang di seberang sisinya sudah dipertuan oleh Inez dan Loren.

"Kak Lele ke kantor apa kampus?" tanya Vivi.

"Kantor."

"Nggak kuliah?"

"Online aja lah. Males." jawabnya datar. 

Ctak

Satu sentilan dari Rejun mendarat di telinga Caesar. Membuatnya meringis.

"Kam... PUS!" titah Rejun padanya dengan sorot mata mengancam dan suara yang menusuk hati.

"Nggak boleh males, Kak Lele. Nanti nggak bisa kerja. Kalo nggak bisa kerja, nggak dapet duit." timpal Inez. Loren dan Vivi hanya menyimak seraya menahan tawa.

"Gue udah kaya." celetuknya.

"Oh iya lupa." balas Inez menahan malu.

"Ayo sarapan. Berdo'a dulu." titah Rejun. Semuanya mengiyakan. 

***

Ketiga gadis K-Popers tengah sibuk menyiapkan kebutuhan video call fansign di kamar Vivi setelah Rejun dan Caesar meninggalkan rumah. Kini suasana kamarnya seketika berubah seperti studio foto. Tembok dengan pajangan poster dan hal-hal K-Pop lainnya dijadikan sebagai background.

"Vi. Ini ring light mau ditarok mana?" 

"Belakang tripod hp aja, Ren." jawabnya yang tengah berdandan di depan meja rias.

"Oke."

"Check list-nya tadi gue tarok mana, ya?" ujar Inez bingung.

"Di bawah sarung tripod di atas kasur." jawab Loren segera.

"Timaaci, Ren~ Oke. Gue list, ya. Loren tolong di cek." 

Loren mengangguk.

"Kursi?"

"Ada."

"Tripod dan kamera di kanan buat record ke arah hp?"

"Udah."

Kuaci + Bunga Matahari: The 1st Story | Haechan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang