07# Jumpa Ketiga

83 36 124
                                    

"Aku mengagumimu. Apakah itu berbalas?"

***

"Oy! Kal! Bangun, Kal!" titah Okta.

"Apaaaaa." jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur. 

"Kita telat kelas, heh.. Ayo bangun!!"

"Wah iya!"

Bapak dan Mama yang sedang santai di ruang keluarga dikejutkan oleh suara ricuh dari lantai dua. Sang empunya kamar dan Okta bergegas menyalakan laptop sembari menata rambut dengan jemarinya dan mengelap muka dengan air minum dari botol yang ada di atas nakas. Setelah berhasil bergabung di Zoom, mereka tidak menyadari bahwa kelompoknya sedang melakukan presentasi tugas. Namun kegiatan itu mendadak terhenti lantaran seisi kelas salah fokus ke kamera dan microphone kedua bujang itu yang belum dimatikan.

"Ta! Ta! Binder gue Ta! Tolong!"

"Heh bentaaaarrrr. Charger laptop gue kemanaaaa."

"Itu di bawah kursi gaming gue. Buru woy, telat iniii."

"Mana?!"

"Hati-hati woy! Laptop gue kesenggol, elah!"

"Gue panik weh! Sumpah!"

Ricuh sekali. Mereka terlihat grasak-grusuk, berlari sana-sini kepanikan.

Setelah siap, mereka memandangi layar laptop dan menampilkan senyum di wajahnya-- seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, mereka terdiam saat netranya menyadari kalau dosen dan teman-temannya sedang tergelak hebat di balik microphone yang sedang di mute. Bahkan sampai ada yang merekamnya dengan kamera ponsel.

Haikal dan Okta saling bertatapan-- kalau dilihat dari layar laptop teman maupun dosennya, yang satu menghadap kanan, dan yang satu laginya menghadap ke arah sebaliknya. Menampakkan kerut dahi dan mata yang memicing penuh tanda tanya.

Mereka berdua butuh waktu untuk memahami situasi hingga tersadar bahwa sejak tadi microphone dan kameranya belum di matikan sama sekali. Bola matanya terbelalak dan jadi salah tingkah.

"Ditemukan, dua mahasiswa yang baru saja kesiangan dan heboh saat kelas sedang melakukan presentasi tugas. Itu kotoran mata masih nempel, Oktaandara." ujar Pak Rahmat.

Semuanya terbahak-bahak, tak terkecuali dengan Haikal.

"Maaf telat ya, Pak. Okta ngigo mulu soalnya, Pak. Saya jadi nggak bisa tidur." Haikal terkekeh memohon maaf.

Mendengar penuturan itu, Okta menyentil dahi Haikal keras-keras dan disaksikan lagi oleh seisi kelas. Gelak tawa pun, riuh kembali. Dahinya berkerut.

"Okta numpang tidur lagi, Pak." sahut Azam tergelak-- teman sekelas mereka.

"Ya ya ya. Nggak pa-pa. Kalian bisa ikut presentasi? Ini kelompok kalian lagi maju. Tapi ada iklan lewat rupanya." Pak Rahmat terkekeh lagi. 

"Bisa, Pak. Bisa." jawab Haikal salah tingkah.

***

Kuaci + Bunga Matahari: The 1st Story | Haechan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang