21 🖤

5.9K 269 1
                                    

Waktu terus berjalan, kini usia pernikahan Bian dan Afifah sudah satu minggu lebih. Banyak perubahan yang terjadi, saat sebelum menikah dan sesudah menikah. Perubahan Bian sebelum menikah dia tidak pernah salat, tapi sekarang sudah menjalankan ibadah itu, ya walaupun masih bolong-bolong, ngga papa dari pada tidak sama sekali. Tapi kebiasaan di sekolah masih sama seperti dulu, sering melanggar peraturan sekolah. Bian berangkat sekolah dengan pakaian rapi, namun jika sudah di sekolah akan di lepas, entah apa tujuan.

Perubahan yang di alami Afifah, agak kalem, udah ngga manja banget, soalnya ngga ada yang di manjain, kan udah pisah rumah sama Abang, Kaka ipar serta Abi nya.

Bian sekarang berada di sekolah, hendak pulang tapi bukan rumah yang menjadi tujuan utamanya melainkan kantor Papanya. Hari ini adalah hari pertama Bian bekerja di kantor sang Papa, pastinya karena suruhan beliau.

Bian telah sampai di kantor, ia memarkirkan motornya, yap Bian mengendarai motor besar miliknya.

Bian memang anak pemilik kantor ini, namun tidak ada yang tau, jika Bian adalah anak dari Afnan, memang Bian tidak mau ada yang mengetahui identitasnya.

"Anda sekarang ke divisi pemasaran, dari sini lurus mentok belok kanan," ucap HRD kepada Bian. Bian di tetapkan di divisi pemasaran, sebenarnya langsung menjadi CEO pun bisa, namun Bian menolaknya karena ingin merasakan semuanya dari noml.

"Baik terimakasih," ucap Bian kemudian berjalan dengan arah yang sudah ditunjukan oleh HRD.

Bian sampai di divisi pemasaran, dan tempatnya dipetak-petak.

'Ini gue duduk di mana?' batin Bian sambil menggaruk tengkuknya.

Plek ada yang menepuk bahu Bian, "Kamu nak Bian?" Tanya orang tersebut dengan seragam OB dan peralatan kebersihan di tangan satunya.

"Iya Pak?" Tanya Bian balik.

"Saya di utus Mr Afnan untuk menunjukan tempat kamu, mari ikut saya," ucap OB itu kemudian berjalan dan Bian pun mengikutinya, hingga ia berhenti di sebuah petak.

"Itu tempat duduk kamu nak," ucap OB itu menunjukan kursi kosong.

"Baik terimakasih Pak?"

"Panggil saja Sarif," jawab OB itu memberitahu namanya.

"Baik terimakasih Pak Sarif,"

"Iya sama-sama nak, kalua begitu Bapak tinggal dulu ya, semoga betah kerja di sini, teman divisi kamu nyebelin orangnya," ucap Pak Syarif dengan membisikan kata terakhirnya kepada Bian.

"Bapak ada-ada saja, yasudah saya kerja dulu Pak," Pak Sarif mengangguk dan tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Bian.

"Eh lo anak SMA ngapain ke sini?" Tanya orang satu petak dengan Bian, karena Bian masih menggunakan seragam sekolahnya. Orang itu bernama Rehan, terlihat di name tag yang ter kalung di lehernya.

"Kerja Bang," sahut Bian.

"Elah masih SMA aja udah kerja, emangnya orang tua lo udah ngga mampu biayai hidup lo?" Tanya orang satunya lagi yang bernama Angga dengan meremehkan.

'Ck ngga tau siapa bapak gue,' batin Bian tersenyum sinis.

"Masih mampu Bang, Cuma ya gue nyadar udah gede ngga mau jadi beban keluarga," 'sama mau kasih nafkah sama bini,' jawab Bian dan melanjutkannya dalam hati.

"Soso an mau ngeringanin beban keluarga cuyy," ucap Rehan mencemooh.

"Udah lah biarin aja palingan Cuma kerja sebentar doang di sini surat pecatan udah ada di meja dia," ucap Angga tertawa sinis.

Muslimah With BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang