Tentang Menepati Janji

500 54 3
                                    

Minggu pagi itu, Tay terbangun lebih dulu, mendapati New di sampingnya masih tertidur dengan menenggelamkan wajah di belahan lehernya. Hembusan napas New sedikit membuatnya geli, ia pun memundurkan badannya untuk menjauhi wajah lelaki yang masih terlelap itu. Merasa kenyamanannya terganggu, New pun terlihat mengerutkan dahinya dalam tidurnya, sambil menggerakan kepalanya berusaha mencari sumber hangatnya kembali. Hingga tak berapa lama kemudian ia kembali medapatkan kenyamanannya, membuat sang pemilik tempat terkekeh geli dengan napas New yang semakin menggelitik lehernya. "Hei bangun, geli hei", ucapnya sambil mengusap kepala New dengan lembut. Dirasakannya suhu tubuh New yang sedikit hangat, oh sang gejala flu ternyata malah menjadi-menjadi.

Yang sakit pun mulai membuka matanya, jarak pandang matanya menangkap kulit leher Tay di hadapannya, mulai menyadari posisinya ia pun memundurkan badannya. Merasakan badannya yang terasa tidak baik-baik saja, ia pun mulai mengerti mengapa ia berakhir di leher Tay pada saat ia tidur. "Tay, maaf aku kalo lagi gak enak badan pas tidur suka nyari yang anget hehehe, biasanya ke tumpukan bantal anget tapi karena ada kamu jadinya ya kamu aja", "kaget banget aku bangun-bangun ada yang bikin geli", "ya maaf gak pernah tidur sama orang pas sakit abisan, baru sekarang lagi", "ya ngapain minta maaf, sini", "ngapain", "ya sini", ditariknya tubuh lelaki yang badannya sedang hangat itu ke pelukannya. "Nih udah anget belom", "hooh anget", "mau tidur lagi gak? biar agak segeran dikit?", "boleh?", "ya boleh dong, kan hari minggu", "yaudah ayo". New pun ikut melingkarkan tangannya ke tubuh Tay, menutup matanya yang semakin berat karena kenyamanan yang ia rasakan. 

Dua jam kemudian, giliran New yang terbangun lebih dulu. Dilihatnya lelaki yang memeluknya masih tertidur pulas. "lihat, siapa yang butuh tidur banyak di sini", gumamnya. Ia pun mencuci wajahnya terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya menuju dapur. Merasa badannya sudah terasa lebih ringan, ia pun berencana membuat sarapan. Apa makanan yang kau inginkan saat tidak enak badan? jawabannya adalah indomie kuah. Dengan riang gembira ia mulai merebus mie kesukaannya. Tak sampai 5 menit, dua porsi indomie sudah tersaji di meja makannya. Tay yang sudah terganggu tidurnya sejak New keluar dari pelukannya pun segera membuka matanya saat hidungnya mencium aroma harum makanan kesukaannya. Tanpa basa-basi ia pun segera bergabung bersama New di meja makan. 

"Belum cuci muka?", "ntar aja sekalian sikat gigi abis makan", "jorok ya bapak", "ya gapapa ntar mie-nya ngembang gimana", "yaudah makan aja ayo". Tay dan New pun mulai menikmati hidangan mereka. "Enak, bapak?", "enak dong, dibikinin soalnya", "enakan bikin sendiri tau", "yaudah mulai sekarang kamu aja yang bikin mie", "tapi bikinan kamu juga enak", "ya apa aja menurut kamu sih enak", "emang. btw hutang indomie-ku dah lunas ya, udah dibikinin mie nih", "oke hutang indomie diterima, tapi hutang yang lain masih aku tunggu ya", "iya, wahai lintah darat". Percakapan mereka terganggu dengan nada dering yang terdengar dari ponsel Tay, layarnya menampilkan nama kontak Ibu Tay. Yang mendapatkan panggilan segera beranjak dari duduknya menuju balkon untuk menerima panggilan tersebut. Sementara itu, yang ditinggalkan di meja makan segera membereskan alat makan mereka, lalu meminum obat flunya kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan berniat kembali ke tempat tidurnya untuk kembali berbaring. Agaknya masih ada sisa-sisa flu yang masih enggan pergi dari tubuhnya. Ketika ia selesai dengan kegiatan mandinya, Tay sudah terlebih dahulu berada di atas tempat tidurnya sambil memainkan ponselnya, entah sedang apa. 

"Ibu kenapa nelpon, Tay?" tanya New sambil ikut membaringkan tubuhnya di samping Tay, "ada deh", "idih yaudah aku juga basa-basi doang", "dih ngambek", "enggak b aja", "kamu inget gak kamu pernah janji buat liburan sama aku", "iya inget pas sebelum aku liburan kemaren kan kamu ngerengek, gak jelas emang", "nah iya ayo liburan", "besok kan senin Tay", "ya gak besok juga", "terus kapan dong", "minggu depan yuk, sama keluargaku tapi", "beneran ya?", "yaiya bener, masa aku ngibul", "abis ini utangku lunas gak ada minta liburan lagi ya", "ya gak bisa gitu", "dih apasi banyak mau", "ya masa kamu gak mau liburan lagi sama aku", "YANG INI AJA BELOM BERANGKAT NGAPAIN UDAH MINTA LAGI", "ya abisan kamu bilangnya kaya gak mau liburan sama aku lagi", "ya liat aja ntar, taunya kamu nyusahin ya aku gak mau lagi pasti", "awas aja kalo ketagihan liburan sama aku", "gak kebalik, bapak?", "aku sih yakin ya bakal ketagihan liburan sama kamu", "hilih mulutnyee", percakapan mereka berakhir dengan New yang mulai memejamkan matanya akibat obatnya yang mulai bereaksi. 

"Ni orang napa tidur mulu deh, masih capek kayaknya" gumam Tay sambil membenarkan selimut di tubuh New. Melihat New yang sudah semakin masuk ke alam mimpinya ia pun memutuskan untuk beranjak dari posisinya. Mengambil tas kecil dan dompetnya dan keluar dari apartement New. Langkah kakinya membawanya ke jejeran restoran di kawasan sana.
Ia pun memilih untuk membeli sup dan ayam goreng untuk New, dan makanan cepat saji untuk dirinya sendiri. Agaknya indomie tidak cukup bagi perutnya. Setelah puas dengan makanannya ia pun segera kembali ke apartement New. 

Sesampainya di sana, dilihatnya New masih terpejam. Ia pun dengan telaten memasak nasi dan menyimpan makanan yang telah dia beli tadi di dapur New. Setelah selesai dengan urusan nasi, dia masuk ke kamar New, mengusap sedikit kepala yang masih hangat itu. Kemudian membereskan barang-barangnya dan bergegas untuk pulang ke kediamannya. Ah minggu sudah hampir berakhir dan ia harus membereskan apartementnya sebelum senin tiba.

"New, aku pulang dulu ya. Aku udah bikin nasi sama beli makan. Jangan lupa dimakan ya. Cepet sembuh biar besok ketemu di kantor. See you!", tulisnya di memo yang ditempel di atas ponsel New. 

You make the edges less sharp
You make my weakness less weak
You make the waiting feel shorter

- Jesse Ruben, 2016

INURE - TAYNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang