Pagi harinya, sesuai janji Baekhyun menunggu Jackson di depan pintu masuk perusahaan. Sambil terus membalas sapaan beberapa karyawan yang dikenalnya, Baekhyun melihat ke arah gerbang perusahaan, kemudian melihat jam tangan.
Jujur saja, kakinya mulai pegal berdiri selama 20 menit di tempat ini.
Beberapa saat kemudian, bukannya mobil nyonya Yoon yang datang, justru mobil Chanyeol yang berhenti tepat di depannya. membuat Baekhyun mengerutkan keningnya bingung. Bukankah biasanya Chanyeol meletakkan mobilnya langsung ke basemen kantor?
Setelah keluar dari mobil dan menyerahkan kuncinya pada security untuk diparkirkan ditempat yang semestinya, lelaki tinggi itu berlari kecil ke arah Baekhyun.
"Sekertaris Byun, maaf Jackson tidak jadi datang hari ini. Ibunya ada pekerjaan di busan dan dia membawa Jackson ikut bersamanya." Jelas Chanyeol.
"Ah, begitu." Baekhyun mengangguk mengerti. "Baiklah, saya mengerti.."
.
Akhirnya Baekhyun dan Chanyeol berjalan bersama menuju ruangan yang lebih tinggi. Mereka jarang seperti ini karena biasanya Baekhyun datang lebih dulu dibanding Chanyeol.
"Bagaimana kondisimu? Sudah lebih baik?" Chanyeol bertanya begitu mereka sudah di dalam Lift.
Baekhyun yang sedikit melamun sambil menatap pintu lift, sedikit tersentak. "S-sudah lebih baik, Direktur. Terimakasih sudah bertanya."
Chanyeol tersenyum tipis. "Baguslah kalau begitu."
Setelah itu tidak ada yang bicara lagi sampai pintu lift terbuka di lantai tempat ruangan Chanyeol berada.
.
"Jangan tidur disini! Kau kira ruanganku Hotel atau apa?" Seru Joohyun begitu dirinya masuk dan menemukan Baekhyun tergeletak di atas sofa di dalam ruangannya.
Baekhyun mengerang, kemudian bangkit mendudukkan dirinya. Joohyun lantas ikut mendudukkan diri di samping sang sahabat. "Ada apa? Kenapa mendekam disini bukannya makan siang?" Tanyanya. Kali ini dengan lembut.
"Aku tidak nafsu makan." Gumam Baekhyun.
"Ingin makan bersama? Aku juga belum makan siang." Ajak Joohyun.
Baekhyun menggeleng pelan. "Tidak, terimakasih. Aku benar-benar tidak lapar saat ini."
Joohyun menatap Baekhyun prihatin, kemudian mengulurkan tangannya untuk merapihkan rambut Baekhyun yang sedikit berantakan. "Kau tahu aku bisa dengan mudah mencarikanmu pekerjaan lain. Jika kau mau."
Baekhyun terlihat semakin murung. Lelaki mungil itu kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu sempit milik Joohyun. Membuat sang gadis dengan otomatis mengelus rambutnya sayang. seperti seorang ibu menenangkan anaknya yang tengah bersedih.
"Aku tidak bisa. Aku.. masih ingin disisinya."
Joohyun menghela nafas panjang. "Baiklah, Jika itu keputusanmu. Aku tidak akan memaksa.. kau tahu aku selalu berharap yang terbaik untukmu. Jika dengan berada disisinya membuatmu senang, maka lakukan. Namun jika semua tidak berjalan seperti yang kau inginkan, kau tahu harus pergi ke mana, bukan?"
Bibir Baekhyun mengulas senyum tipis mendengar ucapan Joohyun. Kedua lengannya melingkari perut Joohyun yang langsing. "Terimakasih.. kau sahabat terbaik dimuka bumi ini."
"Tentu saja. Kau tidak akan bisa menemukan yang sepertiku dibelahan dunia manapun." Sombong Joohyun.
Saat keduanya tertawa bersama, secara tiba-tiba pintu ruangan Joohyun terbuka dan sosok Chanyeol muncul setelah itu.
Ketiganya lantas membeku di tempat masing-masing. Tatapan Chanyeol mengarah pada lingkaran tangan Baekhyun pada pinggang sang adik. Membuatnya sedikit mengerutkan kening.
Baekhyun yang tersadar, segera melepaskan pelukannya dan duduk tegap. "D-Direktur.."
"Chanyeol? Ada apa?" Joohyun ikut bertanya.
Chanyeol mengerjap, "Aku.. ada yang harus aku bicarakan denganmu." Ujarnya sambil menunjukkan map ditangannya.
"K-Kalau begitu saya akan kembali bekerja." Ucap Baekhyun, lantas bangkit dan berjalan ke arah pintu keluar. Membungkuk sebentar ke arah Chanyeol sebelum benar-benar keluar dari dalam ruangan.
Setelah Baekhyun menghilang, Chanyeol masih belum sepenuhnya tersadar dari keterkejutannya sampai Joohyun kembali membuka suara.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Gadis dengan wajah secantik dewi itu bangkit dan berjalan ke arah mejanya. Mendudukkan diri di kursi kebesaran miliknya.
Setelah terdiam beberapa saat, Chanyeol melangkah masuk ke dalam ruangan Joohyun dan duduk di kursi yang berhadapan dengan sang adik.
Awalnya Chanyeol sedikit ragu untuk bertanya. Namun hal ini entah kenapa sedikit mengganggunya.
"Kau dengan sekertaris Byun.. benarkah kalian hanya berteman?" Tanya Chanyeol tiba-tiba.
Joohyun mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan sang kakak. "Memangnya kenapa?"
"Aku melihat kalian berpelukan." Sebenarnya bukan pertama kalinya Chanyeol melihat kebersamaan Joohyun dengan sekertarisnya. Kedua orang itu telah berteman sejak lama. Kalau tidak salah sejak sekolah menengah pertama.
Namun Chanyeol tidak pernah merasa sepenasaran ini sebelumnya.
Joohyun menyeringai samar. "Kenapa tidak kau tanyakan langsung pada sekertarismu?"
Chanyeol menghela nafas. "Terserah."
"Kenapa? Kau tidak berani?" Goda Joohyun.
"Tidak juga. Aku hanya tidak begitu tertarik dengan hubungan kalian."
"Oh, benarkah?" Tanya Joohyun lagi sambil memutar-mutar pulpen ditangannya.
"Hm.." Chanyeol menyerah bicara dengan Joohyun. Adiknya itu memang tidak pernah serius mengenai apapun.
.
Chanyeol boleh saja mengatakan dirinya tidak tertarik. Namun disinilah dia saat ini. Tidak bisa menyingkirkan bayangan saat Baekhyun memeluk Joohyun beberapa waktu lalu.
Sepasang mata bulatnya melirik sosok sang Sekertaris yang terlihat dari kaca panjang disamping pintu.
Berapa lama Baekhyun bekerja padanya?
Enam tahun?
Selama ini Baekhyun selalu melakukan pekerjaannya dengan baik dan Chanyeol menyukainya. Namun selama enam tahun, tidak pernah sekalipun Chanyeol melihat Baekhyun berkencan dengan seseorang.
Lalu bagaimana dengan Joohyun?
Setahu Chanyeol, adiknya itu suka sekali berganti-ganti pasangan. Joohyun tidak akan tahan selama satu minggu tanpa kekasih.
"Apakah aneh jika aku menanyakan langsung pada Baekhyun?" Gumam Chanyeol.
Tiba-tiba saja Baekhyun menoleh ke arahnya. membuat Chanyeol langsung berpura-pura melakukan apapun yang membuatnya terlihat sibuk.
.
Seperti biasa, setiap satu bulan sekali seluruh Tim yang berada dibawah pimpinan Chanyeol mendapat undangan makan malam. Biasanya Chanyeol tidak ikut saat ada keperluan lain. Tapi karena malam ini dia bebas, Chanyeol memutuskan untuk berbaur bersama Karyawannya.
Baekhyun terlihat tenang mengobrol dengan yang lain. Sedangkan Chanyeol tidak tahu harus melakukan apa karena tidak ada satupun yang akrab dengannya.
Sang sekertaris duduk di sebelahnya, -karena yang lain terlalu segan untuk melakukan itu. Berbeda dengan Baekhyun yang setiap hari bekerja bersamanya.
Chanyeol melihat Baekhyun dengan sangat natural mengambilkan lauk untuknya. Bukan hanya itu, Baekhyun juga menuangkan air, mengelap sumpit, dan hal hal remeh lain yang seharusnya bisa Chanyeol lakukan sendiri. Chanyeol tidak tahu mengapa dirinya jadi memperhatikan apapun yang Baekhyun lakukan dan menyadari bahwa lelaki itu selalu melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun.
Apakah Baekhyun melakukan itu agar mendapat restu darinya?
"Direktur, apa anda ingin Soju?" Tanya salah seorang karyawan lelaki yang duduk di hadapan Chanyeol. Membuatnya tersadar dari kegiatannya memperhatikan Baekhyun.
Namun baru saja dia ingin menjawab, Baekhyun tiba-tiba menyela. "Direktur tidak boleh minum alkohol karena harus menyetir."
Padahal bisa saja Chanyeol memanggil supir untuk membawanya pulang. Namun Baekhyun menyelamatkan harga diri Chanyeol, karena sebenarnya Chanyeol alergi pada alkohol.
"Ah, begitu.. baiklah kalau begitu."
Chanyeol kembali menatap Baekhyun. Apa yang lelaki ini tidak ketahui tentangnya? Baekhyun bahkan lebih mengerti dia dibanding dirinya sendiri.
.
"Sekertaris Byun, apa kau mabuk?" Tanya Eunha begitu melihat Baekhyun menelungkupkan wajahnya di atas meja.
"Tidak.. aku baik-baik saja hehehe.." Sahut Baekhyun sambil mengangkat kepalanya dan mencoba untuk duduk tegap.
"Tidak mabuk apanya, lihat wajahmu sangat merah! Itu artinya kau kalah!" Seru Tuan Choi yang juga setengah mabuk, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Tidak! Itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin kalah! Aku tidak mabuk. Tidak mungkiinnnn.." racau Baekhyun. Setelah itu tergeletak begitu saja diatas meja.
"Kau kalah hahahahaha.."
"Sudahlah, Tuan Choi. Kau juga sudah mabuk. Sebaiknya aku antarkan kau pulang." Ujar Kwangsoo yang duduk disebelah Tuan Choi.
Lelaki tinggi itu kemudian bangkit sambil menuntun Tuan Choi. Keduanya pergi setelah Kwangsoo berpamitan dengan sopan kepada Chanyeol dan juga teman-temannya yang lain.
Chanyeol melihat beberapa dari mereka terlihat mabuk, namun tidak semabuk Baekhyun.
"Bagaimana dengan sekertaris Byun?" Tanya Eunha.
"Aku saja. Aku yang akan mengantarnya pulang." Sahut Jaehyun.
Eunha menatap Jaehyun sangsi. "Kau yakin? Sepertinya kau juga mabuk." Tudingnya.
"Tidak masalah. Aku masih bisa menyetir. Aku tidak semabuk itu." Sangkal Jaehyun.
"Ah, baiklah kalau begitu." Angguk Eunha.
Jaehyun berlutut di sebelah Baekhyun, kemudian menyentuh lengannya lembut. "Baekhyun, bangunlah. Ayo kita pulang."
"Hng.." Baekhyun mulai menggeliat pelan. "Aku tidak kalah.. tidak.."
"Ya, ya. Kau yang menang. Sekarang ayo pulang."
Lelaki tampan itu melingkarkan tangannya pada pinggang Baekhyun dan membantunya berdiri. Sedangkan Baekhyun sendiri menurut saja sambil terus bergumam tak jelas. Chanyeol yang berjalan dibelakang keduanya, hanya bisa memperhatikan dalam diam.
"Aku ingin naik kereta kuda!" Pekik Baekhyun tiba-tiba.
"Tidak ada kereta kuda disini. Kita pulang naik mobil." Sahut Jaehyun dengan sabar.
"Kau harus memohon kepada ibu peri."
"Apa kau sadar kalau Sekertaris Byun sangat imut saat mabuk?" Kekeh Eunha yang ternyata ikut menyimak celotehan Baekhyun.
"Bahkan saat tidak mabuk pun dia masih imut." Jawab Jaehyun.
"Eeeiiyyy.. aku mencium bau-bau benih Cinta disini.."
Jaehyun hanya menanggapi godaan Eunha dengan senyum tipis.
Melihat hal itu, Kening Chanyeol tanpa sadar berkerut.
"Em.. permisi.."
Eunha yang hendak membukakan pintu mobil milik Jaehyun, berhenti dan tersadar bahwa Bos mereka masih berada disana. "O-oh, ya direktur?"
"Biarkan Sekertaris Byun pulang bersama saya." Ujarnya tiba-tiba. Membuat seluruh perhatian jatuh padanya.
SRET
Dalam sekejap, tubuh Baekhyun beralih ke tangannya. "Saya tidak minum, jadi akan lebih aman jika Sekertaris Byun bersama saya."
"A-ah, Direktur Park benar. Baiklah kalau begitu." Eunha menyikut Jaehyun, kemudian berpamitan dengan sopan kepada Chanyeol.
Sebelum pergi, Jaehyun sempat beradu pandang dengan Chanyeol dan merasa heran mengapa lelaki itu menatap datar padanya.
.
Pada akhirnya, karena Baekhyun hampir 100% tidak sadarkan diri, Chanyeol menggendong lelaki mungil itu sampai ke dalam kamarnya.
Beruntung meskipun tidak kuat berjalan, Mulut Baekhyun tetap aktif berceloteh sehingga dia bisa dengan mudah menanyakan password pintu apartemen milik lelaki itu.
"Tidak mauuuu.. bawa aku ke Hogwarts!!" Baekhyun tiba-tiba saja menolak saat Chanyeol ingin menurunkannya di atas kasur.
"Apa? Untuk apa ke Hogwarts?" Bingung Chanyeol.
"Naik sapu terbang~" rengek Baekhyun.
Tanpa sadar Chanyeol terkekeh. "Turunlah, kita sudah di Hogwarts.."
"Hng.. aku benci.." Gumam Baekhyun yang justru menyamankan diri dipunggung Chanyeol.
"Sekertaris Byu-.."
"Kenapa.. aku menyukaimu?"
Chanyeol terdiam
Siapa?
"Aku pasti sangat menyukaimu.. aku bahkan bermimpi kau berada di dalam rumahku."
Dengan perlahan, Chanyeol menurunkan Baekhyun dari gendongannya. Lelaki mungil itu tampaknya sudah cukup lelah sehingga tak memiliki cukup tenaga untuk melawan dan berakhir duduk pasrah diatas tempat tidur.
Chanyeol melihat Baekhyun menundukkan kepalanya dalam. Seperti orang tidur dalam posisi duduk.
"Sebaiknya.. kau istirahat. aku akan pulang sekarang.."
Saat Chanyeol berbalik untuk pergi, Baekhyun menahan tangannya cepat. Wajah merahnya mendongak, menatap Chanyeol dengan mata sayu khas orang mabuk.
"Kau siapa? Apa aku mengenalmu?"
Chanyeol menatap genggaman tangan Baekhyun, kemudian menatap wajahnya lagi. "Ini aku, Park Chanyeol."
"Park.. Chanyeol?" Baekhyun terkikik. "Mana mungkin Park Chanyeol ada dirumahku."
"Kau mabuk, jadi aku mengantarmu pulang." Jelas Chanyeol.
"Ah, benarkah?" Baekhyun menatap tangan Chanyeol yang berada di genggamannya. "Lalu apakah tangan inil milik Direktur Park?"
"Tentu saja.." Chanyeol merasa lucu mengapa dirinya menanggapi orang mabuk.
Hal yang tak pernah dia lakukan sebelumnya.
"Tanganmu sangat besar.." kemudian Baekhyun menangkupkan telapak tangan Chanyeol yang besar ke wajahnya, ".. dan hangat."
Chanyeol terdiam. Dia bisa merasakan permukaan kulit Baekhyun yang sangat lembut ditelapak tangannya. Hampir seperti kulit Jackson.
Bagaimana bisa seorang lelaki dewasa memiliki kulit selembut ini? Apakah Baekhyun melakukan perawatan terhadap kulitnya?
Tidak mungkin. Mereka selalu bersama dari pagi sampai sore, bahkan terkadang sampai malam. Chanyeol tidak pernah melihat Baekhyun masuk ke dalam salon kecantikan atau semacamnya.
"Aku suka.."
Gumam Baekhyun tiba-tiba. Menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.
"Kau.. suka tanganku?" Tanyanya.
Kepala Baekhyun menggeleng. "Aku suka Direktur Park.. saaangat suka."
Tubuh Chanyeol seketika menegang.
"A-Aku?"
.
Pagi harinya Baekhyun bangun dalam keadaan sakit kepala berat. Tenggorokannya juga terasa sangat kering. Entah bagaimana dia bisa sampai rumah dengan selamat dalam keadaan mabuk berat seperti semalam.
"Apakah.."
Kepalanya menggeleng cepat. Tidak mungkin Direktur Park mau repot-repot mengantarkannya sampai ke rumah. "Pasti Jaehyun yang mengantarku semalam."
Setelah berdiam diri sejenak, akhirnya Baekhyun memutuskan bangkit dan berjalan terseok-seok menuju dapur. Tenggorokannya membutuhkan sentuhan air dingin saat ini juga.
Setelah menuangkan air ke dalam gelas, Baekhyun meminumnya perlahan.
'Aku suka..'
'Kau.. suka tanganku?'
Baekhyun mematung begitu sebuah bayangan terlintas dikepalanya.
'Aku suka Direktur Park.. saangat suka.'
PRANGG
"Ah!! Apa.. Apa yang aku lakukan?" Tubuhnya merosot. Berjongkok dihadapan serpihan gelas yang pecah diatas lantai.
Kedua tangannya meremas rambut yang sudah berantakan akibat bangun tidur.
"Tidak.. tidak mungkin! Tidak mungkinn!! Byun Baekhyun, kau pasti sudah gila!!"
.
Jika saja bisa, Baekhyun ingin memohon untuk dihilangkan dari muka bumi, atau bahkan tidak pernah terlahir ke dunia jika hanya untuk melalui semua kecanggungan ini.
Pagi-pagi sekali, Baekhyun sudah datang ke kantor dan menyiapkan semua yang Chanyeol butuhkan diatas mejanya. Berkas-berkas, bahkan camilan dan kopi pagi. Namun entah mengapa Chanyeol selalu memiliki cara untuk memanggilnya masuk ke dalam ruangan lelaki itu.
"Siapkan berkasnya. Satu jam lagi kita lakukan kunjungan ke pabrik pusat."
"Baik, Direktur."
Baekhyun sudah membungkuk dan bersiap pergi. Namun Chanyeol kembali memanggilnya. Membuat lelaki mungil itu menggigit bibir bawahnya cemas.
"Apa kepalamu baik-baik saja? Kau sangat mabuk semalam."
"S-Semuanya baik-baik saja, Direktur. Terimakasih sudah mengantar saya pulang dengan selamat semalam."
"Jadi kau mengingat semuanya."
"Lalu yang kau katakan semalam.. apakah itu benar?"
Baekhyun menegang. Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak menyangka Chanyeol akan membahas tentang hal ini.
Haruskah semua terungkap dengan cara seperti ini?
Rahasia yang dia simpan selama bertahun-tahun.. apakah pada akhirnya harus berakhir disini?
Kepala Baekhyun menunduk, "Itu.. benar."
".."
Baekhyun merapatkan bibirnya, apalagi saat Chanyeol terlihat berdiam diri selama beberapa detik. "Aku kira.. kau menyukai adikku."
"Apa?!" Seru Baekhyun tanpa sadar. "M-maksud saya, bagaimana bisa saya menyukainya. Kami berteman sejak lama sekali. Hal seperti itu tidak mungkin terjadi diantara kami."
Chanyeol mengangguk kecil pertanda mengerti.
"Aku.. tidak pernah menyukai laki-laki sebelumnya." Ujarnya kemudian.
Baekhyun mengeratkan genggamannya pada notebook yang ada ditangannya. Dalam hati tersenyum miris atas penolakan tersirat dari Chanyeol.
"Itulah mengapa!" Baekhyun menatap Chanyeol, "Anda harus melupakannya. Tolong anggap saya tidak pernah mengatakan hal tersebut. Saya tidak ingin merasa canggung saat di dekat anda. Setelah ini, tolong jangan pernah membahasnya lagi."
Selesai dengan perkataannya, tanpa menunggu respon dari Chanyeol, Baekhyun membungkuk sekali lagi dan melangkah keluar dari dalam ruangan lelaki itu.
Sedangkan Chanyeol hanya bisa menatap pintu yang baru saja tertutup dengan perasaan bersalah. Dia tidak bermaksud melukai perasaan Baekhyun, namun melihat Baekhyun membuatnya teringat dengan-'NYA'.
Chanyeol menghela nafas, kemudian menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi.
Seharusnya Baekhyun tidak menyukainya yang juga seorang laki-laki. Itu.. tidak Normal. Hal seperti itu tidak akan bisa diterima.
"Hyung.. apa yang harus aku lakukan?"
TBC
Hi:)
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET THINGS [ONESHOT]
FanfictionChanyeol dan hal-hal manis dalam dirinya yang selalu disukai Baekhyun