BESTFRIEND?

3K 430 100
                                    


Baekhyun cukup terkejut mendapati sosok yang sangat di kenalnya tengah berbaring di atas ranjang begitu dirinya keluar dari kamar mandi. Satu alisnya terangkat dengan pandangan heran. "Apa yang kau lakukan disini?"

Chanyeol menurunkan ponselnya sebentar untuk menatap Baekhyun. "Kurasa ini bukan pertama kalinya kau melihatku di kamarmu."

Bahu Baekhyun terangkat sambil melangkah ke arah lemari dan menarik satu stel piyama didalamnya. "Tidak di sabtu malam. Kau tidak pergi berkencan?

Terdengar decakan dari arah belakang, dan meskipun Baekhyun tidak melihat, dia yakin saat ini Chanyeol sudah beranjak duduk. "Aku tidak berkencan. Aku tidak akan berkencan lagi."

Baekhyun tertawa kecil di tengah kegiatannya berpakaian. "Oke.."

"Aku serius! Aku sudah berubah, ayolah berikan sahabatmu ini sebuah dukungan."

"Aku selalu mendukungmu." Jawab Baekhyun asal. Kali ini lelaki mungil itu duduk di depan meja riasnya, menyalakan pengering rambut dan mulai mengeringkan rambutnya.

"Aku ingin menikah."

Masih dengan kesibukannya, Baekhyun berbalik untuk menghadap sang sahabat. "Bagaimana mungkin kau menikah tanpa berkencan terlebih dahulu."

Chanyeol mengangkat kedua bahunya, kemudian kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur Baekhyun yang nyaman. Aroma Baekhyun yang menguar dimana-mana membuatnya hampir terlelap dan melupakan pembicaraan mereka.

"Aku sudah mengambil alih perusahaan ayahku. Aku akan segera melamarnya. Aku tidak membutuhkan apapun lagi setelah itu."

Baekhyun menatap Chanyeol aneh. "Jadi siapa orang itu? Aku mengenalnya?"

Chanyeol membuka matanya dan menatap Baekhyun cukup lama. Membuat yang lebih mungil menunggu dengan penasaran tentang siapa orang beruntung yang telah membuat Chanyeol mabuk sampai ingin segera menikahinya.

"Rahasia." Jawab Chanyeol sambil menjulurkan lidahnya. Membuat Baekhyun merengut dan berbalik memunggungi Chanyeol, membuat lelaki tinggi di belakangnya tergelak.

"Ayolah, kau marah?"

"Jangan bicara padaku."

Chanyeol menghentikan tawanya dan menggantinya dengan senyuman. "Baekhyun."

"..."

"Astaga, kau sungguhan marah?"

"..."
 
Chanyeol menumpu kepalanya dengan satu tangan. "Baekhyun, kau tidak ingin menikah?"

"Tentu saja aku akan menikah. Bicara apa kau ini." Jawab Baekhyun ketus.

Tentu Baekhyun ingin menikah, tapi entah kenapa kencannya tidak pernah berhasil. Setiap kali dia dekat dengan seseorang, tak lama kemudian orang itu menjauh dengan alasan tidak jelas. Atau jika tidak, Baekhyun yang tidak menyukai orang tersebut. Selalu seperti itu. Antara dirinya yang ditolak, atau dia yang menolak orang lain.

Baekhyun mematikan mesin pengering rambutnya, kemudian bangkit dan pergi untuk bergabung bersama Chanyeol di atas tempat tidur. Berbaring miring menghadap lelaki itu.

"Aku pikir aku yang akan menikah lebih dulu di antara kita berdua."

Chanyeol menatapnya dengan senyum geli. "Aku justru berfikir kita harus menikah di hari yang sama."

Baekhyun mendengus. "Mana mungkin."

"Kenapa tidak?"

"Kau sudah menemukan seseorang, sedangkan aku.. ah, aku benci mengatakan ini, tapi sangat sulit menemukan orang yang tepat." Keluh Baekhyun.
"Chanyeol, jujurlah. Apa ada sesuatu yang salah denganku?"

Chanyeol membuat tubuhnya menyamping, menghadap ke arah Baekhyun. "Kau sempurna."

Yang lebih mungil menjentikkan jari tepat di depan wajahnya. "Tepat sekali. Lalu kenapa aku begitu tidak beruntung!"

Chanyeol tersenyum tipis. "Itu karena mereka semua tidak cukup layak untuk mendapatkanmu."

Baekhyun menghela nafas. "Sulit sekali menyukai seseorang. Masa aku harus menikah dengan orang yang tidak kusukai?"

"Jangan. Pernikahan bukan hanya untuk satu atau dua hari. Jika kau tidak bersama orang yang tepat, sepanjang hidupmu kau tidak akan pernah merasa bahagia."

Terdiam, Baekhyun dalam hati membenarkan apa yang Chanyeol ucapkan. "Benar juga.."

"Jadi tipemu yang seperti apa?" Tanya Chanyeol.

Baekhyun bergumam dengan tatapan menerawang. "Tidak tahu."

"Ah, dasar."

Baekhyun berdecak. "Aku benar-benar tidak tahu. Sudahlah, aku mau tidur. Kau menginap?"

Chanyeol mengangguk.

"Sikat gigi dulu sebelum tidur sana!"

Chanyeol mengerang malas sebelum kemudian bangkit untuk melakukan apa yang Baekhyun perintahkan. Sedangkan yang lebih mungil menyamankan dirinya untuk segera menjemput dunia mimpi.










.










"Baek, kau ingat lelaki yang bertemu dengan kita di Restoran Ayam beberapa hari lalu? Choi Minho"

Baekhyun berfikir sejenak. "Hm, aku ingat. Memangnya kenapa?"

"Sejak hari itu, dia selalu merengek meminta Nomormu. Apa aku boleh memberikannya?"

"Untuk apa?" Tanya Baekhyun dengan dari berkerut.

Luhan meringis. "Aku rasa dia tertarik padamu."

Baekhyun terdiam beberapa saat. Menimang apakah tidak masalah jika dia berkenalan dengan Minho? Tapi Baekhyun tidak begitu tertarik dengannya.
"Emm.. boleh aku pikir-pikir dulu?" Tanya Baekhyun tak enak. Luhan dengannya cukup dekat karena mereka berada di divisi yang sama. Terlebih Luhan orang yang menyenangkan, jadi Baekhyun sungguh tidak enak jika menolak mentah-mentah tawarannya.

"Tentu saja. Pikirkan baik-baik. Minho orang yang baik, aku sudah mengenalnya sejak SMA." Jawab Luhan dengan semangat.

"Ah, begitu.."

 

SWEET THINGS [ONESHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang