BYUN BAEKHYUN #2

4.6K 539 47
                                    


3 jam berlalu sejak Baekhyun di pindahkan keruang inap, dan Chanyeol tak sekalipun melepaskan pandangannya dari sosok mungil yang terbaring dihadapannya itu.

Dia tentu sangat terkejut dan juga panik saat Baekhyun jatuh pingsan tepat di depan matanya. Saat itu Chanyeol dengan cepat menggendong Baekhyun dan membawanya ke rumah sakit menggunakan taksi. Chanyeol tidak ingin ambil resiko karena mengemudi dalam keadaan panik.

Dokter bilang kepala Baekhyun baik-baik saja. Tidak ada cedera serius, dan hanya memerlukan beberapa jahitan. Penyebab pingsannya mungkin karena shock dan kondisi tubuh yang kurang baik. Tubuhnya sempat demam, Selain itu Baekhyun juga kekurangan cairan. Chanyeol bertanya-tanya apa yang di lakukan anak itu akhir-akhir ini sampai kondisi tubuhnya tidak dalam keadaan baik?

Beberapa jam yang lalu saat Baekhyun masuk ke dalam UGD, Chanyeol berusaha mencari kontak keluarganya dalam ponsel milik lelaki mungil itu. Tidak ada satupun kontak atas nama 'Ibu' atau 'Ayah' atau bahkan 'Kakak' yang menandakan keluarganya. Akhirnya Chanyeol menghubungi seseorang dengan kontak bernama 'Bibi Choi' dan di angkat beberapa menit kemudian. Bibi Choi datang satu jam kemudian dan mengurus administrasi. Chanyeol tidak tahu siapa orang itu dalam hidup Baekhyun. Tapi setidaknya wanita itu terlihat perduli.

Clekk

Chanyeol tahu siapa yang datang. Jadi dia tidak perlu repot-repot menolehkan kepalanya.

"Nak, pulanglah. Biar Bibi yang menjaga Baekhyun."

"Aku akan disini sampai Baekhyun sadar." Jawab Chanyeol tanpa mengalihkan pandangannya.

Wanita berumur sekitar 50 tahunan itu mendudukkan dirinya disisi lain tempat tidur Baekhyun. "Orangtuamu pasti khawatir karena kau tidak kunjung pulang."

Chanyeol menatap Bibi Choi. Memberikan senyum tipis yang sopan. "Aku sudah mengirim pesan." Setelah menjawab seperti itu, Chanyeol kembali memperhatikan Baekhyun.

Bibi Choi menatap anak laki-laki di hadapannya lekat. "Apa Kau temannya Baekhyun?"

Untuk beberapa saat, Chanyeol hanya bisa diam. Tidak tahu harus menjawab seperti apa.

Teman? Apa mereka berteman?
Interaksi keduanya tak jauh dari Baekhyun yang mencoba mengusili Wendy, dan dirinya yang memarahinya setiap kali Baekhyun melakukan hal itu.

"Kami.. berteman." Jawab Chanyeol pelan.

Bibi Choi tersenyum lembut. Kedua matanya bergulir pada Baekhyun yang masih setia menutup matanya. "Baekhyun jarang membawa temannya ke rumah. Jadi aku tidak tahu siapa saja yang berteman dengannya."

Chanyeol kembali menatap wanita itu. "Kalau boleh tahu, hubungan Bibi dengan Baekhyun, apa?"

"Aku hanya pelayannya. Aku sudah melayani Baekhyun sejak dia masih kecil."

"Apa Orangtuanya bekerja? Mengapa mereka tidak datang?" Tanya Chanyeol lagi.

Raut wajah Bibi Choi berubah sendu. "Kedua orangtuanya bercerai saat Baekhyun berumur Lima tahun. Ibunya menikah lagi dan pindah ke belanda. Sedangkan Ayahnya menikahi wanita jepang. Baekhyun tinggal bersama kakeknya sejak saat itu. Namun Kakeknya lebih banyak menghabiskan waktu di luar."

Chanyeol tertegun.

"Baekhyunku yang malang." Bibi Choi menggenggam tangan Baekhyun yang terbebas dari selang infus. "Dia mungkin selalu terlihat ceria. Namun sebenarnya Baekhyun anak yang kesepian, Tertutup, dan selalu menyimpan masalahnya sendiri." Kedua sudut bibirnya tertarik tipis. "Aku ingat, saat dia masih di sekolah dasar dulu, Hampir setiap hari Baekhyun pulang dalam keadaan menangis karena di ganggu oleh teman-temannya."

Alis Chanyeol berkerut bingung, "Kenapa mereka mengganggu Baekhyun?"

"Dulu Baekhyun sangat pendiam. Setelah perceraian kedua orangtuanya."

Chanyeol menatap Baekhyun. Jika mengingat kelakuan Baekhyun selama mereka saling mengenal, Chanyeol tidak menyangka Baekhyun pernah menjadi orang yang begitu pendiam. Dia.. terlalu ceria. Berlarian kesana kemari, mengganggu orang lain, Berteman dengan siapa saja. "Baekhyun berubah setelah Junior High school. Dia mulai ceria kembali dan berteman dengan banyak orang. Tapi hanya satu yang Baekhyun anggap sebagai sahabat. Namanya, Oh Sehun."

Chanyeol benar-benar tertarik dengan cerita Bibi Choi. Apalagi setelah mendengar satu nama yang sangat asing di telinganya.

"Mereka sangat dekat. Selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Aku sempat berfikir bahwa mereka mungkin akan bersama selamanya. Tapi ternyata tidak begitu." Tatapan Bibi Choi terlihat menerawang. "Mungkin Sekitar dua tahun kemudian, Sehun pindah ke Jepang bersama keluarganya." Ujar wanita itu kemudian.

"Baekhyun terlihat biasa saja di depan semua orang. Dia bahkan mengantarkan Sehun ke bandara hari itu. Namun tidak ada yang tahu bahwa Baekhyun menghabiskan waktunya untuk menangis berhari-hari di dalam kamar. Aku mengerti bagaimana perasaanya. Sangat sulit mendapatkan seorang sahabat." Bibi Choi menatap Baekhyun dengan pandangan teduh. "Baekhyunku terlalu sering merasakn kehilangan."

Chanyeol menunduk. Menatap jemarinya yang saling bertautan.
"Sebenarnya.. aku bukan teman Baekhyun." Ujarnya pelan. "Hari ini, Baekhyun menolong saudaraku. Tapi aku salah paham dan mendorongnya. Mengatakan hal yang menyakitkan. Aku sangat menyesal."

Bibi Choi tersenyum tipis. "Baekhyun anak baik. Dia pasti memaafkanmu."

Chanyeol menatap wanita di depannya. "Bolehkah aku meminta bantuan Bibi?"












🍁🍁🍁🍁









 


Hal pertama yang Baekhyun lihat begitu kedua matanya terbuka adalah sosok Chanyeol yang baru saja keluar dari kamar mandi. Seragam sekolah masih melekat di tubuhnya. Itu berarti Chanyeol belum pulang sejak kemarin, kan?

Tunggu. Haruskah Baekhyun merasa senang atau kesal mengingat perlakuan Chanyeol padanya kemarin?

Tapi.. memangnya Baekhyun sanggup marah lama-lama pada lelaki itu?

"Kau sudah bangun?"

Ini pertama kalinya Chanyeol tersenyum seperti itu saat menatapnya. Tapi tidak. Baekhyun harusnya tidak terpesona. Bukan waktunya. Sadarlah, Baekhyun!

"Kenapa kau disini?"
 
Chanyeol menggaruk belakang kepalanya. "Ah, apa kau haus? Sebentar, aku ambilkan air." Dengan cepat, Chanyeol mengambil sebotol air dan memasukkan sedotan agar mempermudahkan Baekhyun saat meminumnya.

Baekhyun menatap Botol minuman itu dan wajah Chanyeol bergantian. Sejenak, perasaan ragu hinggap di dalam hatinya. Namun pada akhirnya Baekhyun memilih untuk meminum air yang diberikan Chanyeol, karena tenggorokannya benar-benar kering saat ini.

"Apa kau lapar? Ingin makan sesuatu?" Tanya Chanyeol setelah meletakkan botol bekas Baekhyun minum ke atas meja.

"Dimana Bibi Choi?" Baekhyun memilih untuk tidak menanggapi pertanyaan basa basi Chanyeol. Dia tahu pasti Chanyeol menghubungi Bibi Choi, karena hanya kontaknya yang ada dalam ponsel Baekhyun.

"Bibi Choi pulang mengambil pakaianmu. Besok kau sudah boleh pulang." Jawab Chanyeol.

"Chanyeol.." Panggil Baekhyun pelan, "Aku tahu kau merasa bersalah. Tidak perlu melakukan sampai sejauh ini. aku sudah memaafkanmu. Kau bisa pulang sekarang."

Chanyeol tidak langsung menjawab. Kedua matanya menatap Baekhyun yang tengah menatap ke arah lain. Chanyeol juga menyadari tangan Baekhyun yang saling bertaut satu sama lain.

"Baekhyun, aku benar-benar minta maaf. Bukan hanya untuk kejadian kemarin, tapi untuk semuanya." Dengan gerakan pelan, Chanyeol mendudukkan dirinya di kursi tepat di samping tempat tidur Baekhyun. "Aku memang merasa bersalah. Tapi aku disini bukan untuk menebus rasa bersalahku. Aku.. hanya ingin menemanimu."

Baekhyun akhirnya menatap Chanyeol. Meneliti ekspresinya baik-baik. "Atas dasar apa?"

Atas dasar apa?

Chanyeol bahkan tidak tahu kenapa dia melakukan hal ini.

Dia hanya ingin menemani Baekhyun.
Chanyeol ingin menjadi bagian dalam hidup Baekhyun, dan memastikan lelaki mungil itu tidak kesepian lagi.

Kasihan, kah?

Tidak. Bukan. Chanyeol merasa lebih dari itu.

"Entahlah.. aku juga tidak tahu."

Baekhyun menghela nafas panjang. "Bibi mengatakan sesuatu padamu, kan?"

Chanyeol sontak menggeleng kencang. "Tidak. Bibi Choi tidak mengatakan apapun."

Baekhyun memberikan tatapan datar. Lelaki di depannya ini benar-benar harus belajar cara berbohong dengan baik.

"Kau tidak perlu mengasihaniku. Hidupku tidak seburuk itu."

Kening Chanyeol berkerut. Tidak setuju dengan apa yang Baekhyun pikirkan tentangnya. "Aku tidak mengasihanimu, Baekhyun."

"Chanyeol-"

"Cairan Infusmu sudah hampir habis. Biar ku panggilkan perawat untuk menggantinya." Setelah mengatakan itu, Chanyeol bangkit. Melangkah keluar ruang inap Baekhyun. Meninggalkan sang pemilik kamar yang menatapnya dengan tatapan tidak mengerti.




.





Satu jam kemudian, Chanyeol datang kembali dengan paper bag berlogokan Restoran Bubur terkenal di tangannya. Lelaki itu tersenyum tipis ke arah Baekhyun yang hanya menatapnya dengan raut datar.

"Sebenarnya kau bisa makan apa saja. Tapi sebaiknya kau makan bubur untuk sementara waktu." Ujarnya, sambil mengeluarkan kotak makan berisi bubur dan menyiapkannya untuk Baekhyun santap.

"Rumah sakit menyediakan makanan untuk pasiennya." Sahut Baekhyun.

"Makanan Rumah sakit tidak enak."

Baekhyun mengangkat sebelah alisnya. "Kau pernah makan makanan Rumah Sakit?"

"Tidak. Wendy pernah di rawat karena sakit lambung, lalu dia merengek setiap hari karena makanannya tidak enak."

Chanyeol terlalu sibuk dengan kegiatannya sehingga tidak menyadari perubahan ekspresi wajah Baekhyun.

"Nah. Sekarang kau makan dulu. Apa kau bisa makan sendiri atau ingin aku suapi?"

Baekhyun mengambil kotak makan berisi bubur itu dari tangan Chanyeol, kemudian menyimpannya di atas pangkuan. "Terimakasih, tapi sebaiknya kau pulang sekarang, Chanyeol."

Tidak mendengarkan ucapan Baekhyun, Chanyeol malah mendudukkan dirinya di atas kursi. "Aku akan pulang setelah Bibi Choi datang." Ujarnya. Tersenyum lebar.

Baekhyun mengerutkan keningnya tak suka. "Kau tidak berganti pakaian sejak kemarin." Ucapnya. Mencari alasan agar Chanyeol cepat pergi dari hadapannya.

"Apa aku bau?" Tanya Chanyeol sambil menciumi tubuhnya sendiri.

Baekhyun mengangguk. "Sangat bau. Aku pasti tambah sakit jika mencium bau badanmu lebih lama lagi."

Chanyeol memajukan bibir bawahnya. Apa dia sungguh sebau itu?

"Kalau begitu aku akan duduk disini agar bau badanku tidak tercium olehmu." Kata Chanyeol sambil melangkah ke arah sofa di sudut ruangan dan mendudukkan dirinya disana.

Baekhyun menggeleng. "Tidak. Masih tercium."

"Masih? Haruskah aku diam di luar? Kau bisa memanggilku saat membutuhkan sesuatu."

Baekhyun menghela nafas panjang. "Chanyeol, kau membuatku tidak nyaman."

"Baiklah, aku akan memesan pakaian dan meminta mereka mengantarkannya dengan cepat-" .. "-Bukan soal itu!" Potong Baekhyun. "Chanyeol, dengar. Kau tiba-tiba saja baik padaku. Aku sangat tidak nyaman."

Chanyeol tidak menjawab untuk beberapa saat. Hanya menatap Baekhyun dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Aku sudah memaafkanmu. Jadi kau tidak perlu melakukan semua ini." Ujar Baekhyun lagi. "Pulanglah."

Chanyeol tidak tahu harus mengatakan apa. Jika mendekatinya seperti ini dirasa terlalu berlebihan, Baekhyun mungkin akan mendorongnya semakin jauh jika Chanyeol bilang ingin berada di sisinya.

Chanyeol bangkit. "Aku.. akan keluar. Kau sebaiknya memanggilku jika menginginkan sesuatu." Setelah mengatakan itu, dia berjalan keluar dan menutup pintu. Meninggalkan Baekhyun sendiri dengan perasaan berkecamuk.






 

🍁🍁🍁🍁






 


 

SWEET THINGS [ONESHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang