"Tidak kak. Kak Randi tidak pernah bersikap seperti itu-"
"Tapi hanya menghindarimu kan??" sela Simon
Evelyn hanya bisa diam, ia ingin menutupi segala kesalahpahaman antara Randi dan dirinya dari semua orang. Tapi Simon dan Indira seakan tahu isi hatinya yang sedang bersedih.
Simon tahu akar permasalahannya disini, namun ia tidak ada hak untuk mencampuri permasalahan dua saudara tersebut. Biar Randi yang menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun Simon tidak tega melihat Evelyn yang selalu dirundung kebingungan dengan perubahan sikap Randi kepadanya.
"Suatu saat nanti pasti Randi mengatakan kenapa dirinya seperti sekarang. Jadi kamu jangan bersedih Eve.."
"Makasih kak. Kak Simon selalu bisa membuat Eve sedikit merasa tenang" ucap Evelyn
"Pastinya dong. Kakak ini kan pengawal tuan putri Evelyn yang cantik" gurau Simon
Mereka berdua pun tertawa lepas bersama. Dan untuk sejenak Evelyn bisa melupakan kesedihannya. Tawa itu mengalir begitu saja dari bibir Evelyn, bahkan ia sudah lupa untuk tertawa lepas saat Randi bersikap dingin kepadanya.
Ia lupa rasanya bahagia itu seperti apa. Namun dengan bersama Simon, Evelyn masih bisa merasakan sedikit kebahagiaan yang Simon berikan kepadanya. Selain Indira, Simon adalah sosok sahabat yang bisa diandalkan Evelyn.
Contohnya seperti sekarang, Simon menceritakan kisah masa kecil mereka yang memalukan. Dimana Simon yang tengah mengejar gadis pujaan hatinya sampai terjebur selokan bersama sepeda yang ia naiki. Simon sangat grogi waktu melihat gadis yang tengah dibuntutinya berhenti dan memergokinya. Dan saat itu Simon yang sedang mengendarai sepedanya tiba-tiba tidak bisa mengendalikan sepedanya dan alhasil sepeda berserta Simon tercebur sempurna di selokan yang ada dipinggir jalan.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula itulah peribahasa yang pantas untuk Simon. Sudah tercebur bersama sepeda kesayangannya ia juga kejatuhan bak sampah yang berada dipinggir selokan itu. Gadis yang menjadi incarannya saat itu menertawakan kekonyolan Simon bersama teman-temannya.
"Kakak malu Eve, tidak terbayang kalau sampai kakak bertemu dengannya"
Evelyn nasih terkekeh pelan melihat ekspresi Simon yang malu saat menceritakan pengalaman terlucu sekaligus memilukannya itu.
"Tapi kakak masih peduli dengannya" itulah yang Evelyn tahu selama ini
Simon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia memang tidak pernah bisa menyimpan rahasianya yang satu itu. Selama ini dirinya masih saja memperhatikan gadis pujaannya yang saat ini tengah menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran.
Walaupun Simon tidak pernah berani menunjukkan batang hidungnya di depan gadisnya itu, ia yakin jika gadisnya masih mengingat kejadian tersebut.
"Jangan menjadi parazi kak. Kakak harus berani bertatap muka dengannya jika kakak masih menyukainya. Selagi kakak masih bisa memilikinya dan sebelum semuanya terlambat untuk kakak sadari" tambah Evelyn yang membuat Simon mengangguk-anggukkan kepalanya
" Eve kerja dulu kak. Sebentar lagi jam kerja Eve selesai, Eve tidak enak dengan yang lainnya" aku Evelyn
Evelyn pun meninggalkan Simon yang masih duduk terdiam dengan pikirannya sendiri. Evelyn dan pegawai lainnya mulai membereskan semua pakaian yang masih tersusun rapi di dalam kardus. Mereka kemudian menyusun dan memajangnya di etalase-etalase lainnya. Setelah semua pekerjaan selesai, ia pun bersiap untuk pulang.
Evelyn menyelusuri jalanan dengan suasana hati yang sedikit tenang dengan semua yang terjadi dihari itu. Sebuah mobil mengikuti perjalanan kaki Evelyn dengan lambat dan sengaja tidak menghidupkan lampu mobilnya. Deru suara mobil yang begitu tenang tidak membuat Evelyn tersadar jika dirinya sedang diawasi oleh seseorang.
Evelyn masih dengan pikirannya sendiri, pikiran yang membuatnya bersedih. Dan sebuah perasaan yang seharusnya tidak pernah ada dihatinya, membuatnya semakin terpuruk saja. Ia tidak ingin mencintai kakaknya yang selama ini hidup bersama dengannya. Ia tidak ingin membuat Fahmi ataupun Karina, yang sudah ia anggap layaknya orang tua kandungnya. Ia ingin membalas kebaikan mereka dengan melihat kebagaiaan mereka.
Evelyn menghentikan langkahnya dan mendudukan dirinya di sebuah bangku yang terbuat dari besi yang terpanjang rapi disepanjang jalan. Ia melihat ke sebelah bangkunya yang tengah memeperlihatkan kemesraan sepasang kekasih. Dua orang yang tengah terbelenggu dalam sebuah perasaan. Cinta.
Evelyn tersenyum miris saat dirinya kembali menghayalkan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi antara dirinya dan Randi. Ia selalu menyalahkan perasaannya yang semakin lama semakin mendalam saja walaupun Randi selalu bersikap dingin dengannya.
Malam minggu yang selalu kelabu bagi Evelyn, karena harapannya untuk bersama seseorang yang selama ini ia cintai hanya angan-angan belaka. Evelyn masih menyaksikan kedua insan yang tengah dimabuk asmara itu tertawa lepas seakan tak pernah ada duka yang menghampiri hidup mereka. Lain halnya dengan Evelyn yang selalu merasa hidupnya semakin kelabu dengan sikap yang semakin hari ditunjukkan oleh Randi.
Ketika mengingat kerenggangan hubungan mereka membuat Evelyn merasa sesak. Seakan sebuah benda keras dengan berat ribuan ton menghimpit hatinya. Dan membuat nafasnya tercekat dan sakit yang selalu membuat air matanya kembali jatuh.
Seseorang yang masih memandangi Evelyn dari dalam mobilnya mencoba menebak apa yang tengah dipikirkan Evelyn. Karena selama Evelyn duduk termenung, Evelyn tak pernah melepaskan pandangannya dari sepasang kekasih yang duduk disamping kusrinya. Tetap saja otaknya tidak menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaannya, ia melihat Evelyn kembali melangkahkan kakinya. Ia pun menghidupkan mesin mobilnya lalu mengikuti Evelyn sampai di depan rumahnya.
Setelah yakin Evelyn sampai dirumah dengan selamat membuat hatinya sedikit tenang.
Tinggalkan jejak kalian ya guys😁😁😁
Vote and coment🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On Going
RomanceEvelyn, tidak pernah menyangka jika kehidupannya akan berubah menjadi penuh tangis dan derita. Masa kecil sampai ia beranjak dewasa membuatnya lupa apa itu kesedihan, karena rasa sayang yang diberikan oleh orang tuanya begitu melimpah. Meskipun ia h...