8. Sebuah Rasa 2

9 1 0
                                    

"Ayo pulang"

Evelyn yang tahu itu suara Randi pun menoleh. Evelyn melihat Simon yang baru saja menghampiri mereka dengan nafas terengah-engah.

"Kak Simon kenapa lari-lari. Kayak dikejar setan aja"

"Bukan dikejar setan Eve tapi ngejar setan.."ujar Simon sambil melirik Randi

Randi yang dikatai setan melotot tak senang dengan Simon dan hanya dibalas senyum mengejek dari Simon. Sementara Evelyn hanya tertawa pelan menanggapi mereka berdua. Akhirnya mereka bertiga pun pulang bersama menuju parkiran dan mengambil sepeda mereka. Evelyn duduk dibelakang Randi yang akan melajukan sepedanya. Sementara Simon mengayuh sepedanya mendahului Randi. Evelyn merangkulkan lengan mungilnya kepinggang Randi yang sedang mengayuh sepeda mereka mengejar Simon.

Ketika laju sepeda Randi lumayan cepat tiba-tiba Simon mengerem mendadak dan membuat Randi juga mengerem sepedanya dan membuat kening Evelyn menabrak punggung keras Randi dan membuatnya meringis.

"Ada apa sih, Mon. Berhenti mendadak" maki Randi sembari menyeimbangkan sepedanya dan menanyakan keadaan Evelyn di belakangnya

"Maaf Ran, itu.."tunjuk Simon malu-malu pada segerombolan siswi dari sekolah lain.

Randi dan Evelyn pun mengikuti arah tunjuk Simon. Sementara Simon tiba-tiba bersembunyi dibalik punggung Evelyn yang terkejut dengan tindakan Simon.

"Kau kenapa sih Mon. Kau takut dengan mereka??" tebak Randi masih menatap gerombolan siswi-siswi yang sudah berjalan menjauhi mereka

"Kak Simon udah pergi itu. Jangan sembunyi lagi kak.."

Simon pun muncul dari punggung Evelyn dengan menghela nafas panjangnya. Kedua sahabatnya hanya menatap bingung pada Simon yang seperti ketakutan.

"Digerombolan cewek-cewek tadi ada salah satu ketua gengnya. Namanya Danissa. Dan dia cewek yang..aku suka"terang Simon

Mendengar cerita Simon membuat Randi tertawa terpingkal-pingkal membuat Evelyn mencubit lengannya dengan keras dan tawanya terhenti tergantikan ringisan.

"Kalau gitu kenapa kak Simon bersembunyi??" tanya Evelyn ingin tahu

"Kakak cuma malu bertemu dengannya Eve.."Simon menunduklan kepalanya
Randi dan Evelyn saling pandang.

Mereka tahu perasaan Simon saat itu, akhirnya mereka berdua menyemangati Simon untuk mendekati gadis pujaan hatinya. Evelyn dan Randi mendukung Simon semaksimal mungkin. Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan pulang mereka. Sesampainya dirumah, Randi melihat  kedua orang tuanya tengah sibuk menyusun koper mereka keluar dari kamar mereka. Evelyn dan Randi pun mendekati orang tua mereka.

"Mama dan papa ada urusan diluar kota, jadi kalian jaga rumah ya. Seminggu lagi kami pulang, paman Al yang akan menjaga kalian dirumah. Jangan nakal ya.."ucap Karina mencium kedua anaknya dengan sayang

Randi dan Evelyn pun mengantar kepergian orang tua mereka sampai keteras rumah. Setelah kepergian kedua orang tuanya Randi mengajak Evelyn masuk kedalam rumah dan membersihkan diri mereka lalu mengerjakan pekerjaan rumah mereka masing-masing. Saat makan malam tiba mereka berdua makan bersama Al. Paman mereka yang diminta menjaga mereka berdua selama orang tua mereka kembali dari luar kota.

"Kak..kakak belum tidur??"

Evelyn masuk ke dalam kamar Randi. Randi yang baru saja merebahkan tubuhnya pun langsung bangkit dari ranjang dan menhampiri Evelyn yang berjalan kearahnya. Ia melirik jam dinding yang ada diatas nakasnya dan menunjukkan pukul sepuluh malam. Randi membawa Evelyn keatas ranjangnya dan menanyakan maksud kedatangannya malam-malam begini ke kamarnya.

"Eve mimpi buruk kak. Eve tidak berani tidur di kamar Eve, apa Eve boleh tidur dengan kak Randi. Untuk malam ini saja kak" pinta Evelyn yang sudah ingin menangis

"Iya boleh. Eve jangan menangis ada kak Randi disini. Kak Randi akan jagain Eve sampai tertidur.." janji Randi

Evelyn pun merebahkan tubuhnya disamping Randi dengan tangan yang bertautan. Setiap Evelyn bermimpi buruk ia selalu menyusul Karina dan Fahmi. Karena malam itu mereka berdua pergi keluar kota dan Evelyn tidak terlalu drkat dengan pamannya Evelyn berlari menuju kekamar Randi yang ada disebelah kamarnya.

Randi mengamati wajah polos Evelyn yang sudah kembali ke alam mimpinya. Entah berapa lama Randi memandangi Evelyn namun tak pernah membuatnya jenuh. Dan seakan tubuh Evelyn memiliki daya magnet Randi semakin menghapus jarak diantara mereka. Randi merasakan kekenyalan benda yang ada di depan bibirnya. Gerakkan Evelyn membuat Randi dengan cepat menjauhkan dirinya.

"Apa yang sudah aku lakukan" geramnya
Randi segera berlari menuju ke kamar mandin dan mencuci mukanya agar pikirannya kembali jernih. Bayangan wajah Fahmi yang marah pun langsung membayangi pikirannya. Randi kembali ke kamarnya dan memilih membaringkan tubuh lelahnya disofa panjang yang ada didekat ranjangnya menjemput alam mimpinya.

Sebuah gerakkan halus di wajah Randi membuat tidur Randi sedikit terusik. Bukannya berhenti gerakkan itu kembali mengusap lembut wajahnya. Akhirnya Randi memaksakan membuka matanya yang masih berat. Dan betapa terkejutnya saat wajahnya begitu dekat dengan wajah Evelyn. Mata mereka bertemu dan saling menatap satu sama lain. Evelyn yang menyadari perubahan wajahnya pun segera menjauhkan dirinya dan berlari kekamarnya. Sedangkan Randi menatap kosong kearah pintu.

"Eve apa yang kau lakukan. Kalian saudara. Ingat. Saudara.." ucap Evelyn lirih memperingati dirinya sendiri

Evelyn merutuki dirinya yang begitu terpana dengan Randi saat ia yang hendak membangunkannya. Namun wajah, mata, hidung, dan bibir Randi membuatnya takjub. Ia ingin sekali menyentuhnya dan tanpa ia sadari tubuhnya bergerak dengan sendirinya tangannya mulai terulur menyentuh wajah Randi yang masih terlelap. Evelyn menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba mengusir kejadian yang baru saja ia lakukan. Wajahnya kembali merona saat mengingat itu.

Sampai waktu sarapan lewat pun Evelyn masih berada di dalam kamarnya, ia sangat malu menampakkan wajahnya di depan Randi. Hal yang sama pun terjadi pada Randi, ia melewatkan waktu sarapannya. Kini ia mendekati cermin yang ada di dalam kamarnya. Ia menyentuh bibirnya yang dengan lancang telah mengambil ciuman pertamanya Evelyn. Jika Evelyn tahu ia yang telah mencuri ciuman pertamanya ia tidak akan tahu reaksi apa yang ditunjukkan Evelyn. Mungkin Evelyn akan membencinya atau lebih dari itu. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

                                                                     

Wkwkwkkkk.... Main nyosor aja bang Randi ya🤭🤭🙈🙈

Sabar ya, masih banyak flashback😁🙏

Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang