10. Prasangka

5 0 0
                                    

Selang beberapa menit dari kepergian Simon, Fahmi masuk ke dalam ruangan Evelyn dan melihat Randi yang tertidur disamping Evelyn. Prasangkanya semakin hari semakin besar, tapi dia masih tidak ingin gegabah dengan kata hatinya, ia hanya ingin memiliki bukti yang lebih akurat untuk menjawab semua keraguan yang ia rasakan selama ini melihat kedekatan Evelyn dan Randi.

"Ma..papa lihat Randi sangat sayang dengan Eve " ucap Fahmi kepada Karina saat mereka tengah dilorong rumah sakit menuju kamar Evelyn

"Itu bagus pa. Jadi Randi tidak merasa kita pilih kasih" ujar Karina santai

"Bukan itu ma"

Karina menghentikan langkahnya dan menatap Fahmi. Karina melihat kegelisahan suaminya yang membuatnya yakin jika ia tengah memikirkan kedua anaknya. Karina memeluk suaminya dan menenangkannya.

"Semua akan baik-baik saja pa. Randi dan Eve akan tetap menjadi saudara jika itu yang papa khawatirkan" Karina mencoba menenangkan suaminya yang mengkhawatirkan sikap Randi

Sebelum Fahmi menyadari itu, Karina sudah lama memperhatikan Randi. Karina pun berprasangka seperti Fahmi, tapi Karina membiarkannya asalkan mereka tidak melampau batas saja. Mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan Evelyn dan membawa kabar jika Evelyn sudah bisa pulang. Evelyn berteriak girang saat mengetahui jika ia bisa kembali kerumah dan kembali menempati kamarnya yang sudah ia tinggalkan beberapa hari.

"Besok adalah pengumuman murid baru yang masuk ke SMA Wijaya"

Evelyn yang sedang membaca novelnya pun menoleh kearah Randi yang duduk disampingnya. Beberapa bulan yang lalu, sejak kepulangan Evelyn dari rumah sakit Randi dan Simon mengikuti Ujian Nasional yang telah diadakan pihak sekolah. Mereka berdua pun mengerjakan semua soal dengan sungguh-sungguh agar mereka bisa lulus dengan nilai baik. Evelyn menutup novelnya dan menggeser tubuhnya mendekati Randi.

" Eve yakin kalau kak Randi pasti bisa.."semangat Evelyn

Randi mengusap lembut pipi Evelyn, ia sangat sedih harus berpisah dengan Evelyn. Walaupun jarak sekolah mereka tidak begitu jauh hanya berlainan arah saja membuat Randi sangat sulit melepas Evelyn sendirian. Karena selama ini mereka selalu bersama-sama. Dan Randi selalu menjadi orang yang selalu berada disamping Evelyn setiap saat, begitupun dengan Simon.

"Kakak jangan cemas, Eve bisa jaga diri kok. Dan dua tahun lagi Eve juga akan berusaha bisa sekolah di SMA Wijaya"

"Janji??"ucap Randi sumrigah

Evelyn menjulurkan kelingkingnya dan disambut oleh Randi. Kelingking mereka pun bertaut sebagai tanda perjanjian mereka. Sejak kejadian Evelyn masuk rumah sakit akibat demam berdarah membuat Randi berjanji pada dirinya sendiri jika itu pertama dan terakhir kalinya Evelyn masuk rumah sakit. Sebisa mungkin ia akan menjaga Evelyn agar tidak sakit. Walaupun Evelyn terlihat tegar saat Randi akan pindah ke sekolah lain, namun dalam lubuk hatinya ia sangat takut. Ia tidak tahu apa yang dirasakannya saat berjauhan dengan Randi. Selama ini dirinya sudah terbiasa dengan kehadiran Randi dan Simon disetiap waktu baik dirumah maupun disekolah. Dan itu membuat Evelyn harus mulai terbiasa tanpa kehadiran mereka lagi.

Keesokkan harinya Randi dan Simon menunggu pengumuman penerimaan siswa baru di SMA Wijaya. Dan tepatnya disebuah mading sekolah SMA Wijaya inilah semua calon siswa siswi SMA Wijaya sudah berdiri memadati mading sekolah tersebut. Berbagai teriakkan senang dan desah kecewa pun menggema menjadi satu disana. Semakin lama semakin berkurang jumlah mereka yang mengerubungi sebuah benda mati tersebut. Randi dan Simon pun menerobos kerumanan tersebut, walaupun mereka yakin dengan hasil yang akan mereka peroleh namun untuk memuaskan hati mereka melihat nama mereka tertera diselembar kertas yang menampakkan nama-nama siswa yang menjadi siswa siswi baru disana. Mereka berdua pun menemukan nama mereka tertera disana.

"Ayo kita beritahu Eve " ucap Simon bersemangat

Mereka berdua pun menuju kesekolahan Evelyn dengan menggunakan mobil Simon. Sejak hari kelulusannya Simon mendapatkan kado sebuah mobil keluaran terbaru. Sementara Randi menolak pemberian Fahmi yang juga membelikannya mobil. Karena Randi ingin mengendarai sepeda motor, jadi Randi lebih memilih untuk menggunakan motor pergi ke sekolah dan mengantar Evelyn. Lebih cepat dan tidak terjebak macet jika Evelyn memerlukan bantuannya. Akhirnya kedua orang tuanya membelikannya sepeda motor untuknya.

Mobil Simon pun memasuki pelataran sekolah mereka dulu, setelah memarkirkan kendaraan mereka. Mereka berdua pun menuju kelas Evelyn.

"Kak Randi..kak Simon. Kenapa kalian kesini bukannya-"

" Eve kami berdua lulus.."ucap Simon girang

"Selamat ya kak. Eve senang mendengarnya"

Evelyn tersenyum kepada Randi yang sedari tadi hanya diam. Randi bahagia karena impiannya masuk ke SMA Wijaya bisa terwujud, tapi ia tidak akan bisa lagi berada didekat Evelyn. Seseorang yang sangat berarti dihidupnya, walaupun tak pernah terucap namun Randi yakin jika Evelyn nyaman dengan perhatian yang ia berikan. Evelyn yang menyadari kegundahan kakaknya pun menghampirinya.

"Kak Randi kenapa?? Kakak terlihat sedih"

Tanpa disadari Evelyn, Randi memeluk tubuh Evelyn dengan erat. Ia hanya ingin mengurangi kegundahan hatinya dan mencoba meyakinkan dirinya jika Evelyn bisa menjaga dirinya sendiri. Evelyn meresapi kehangatan yang selalu Randi berikan selama ini. Ia tidak ingin kehilangan kehangatan tubuh Randi dan sikap manis Randi pada dirinya.

Biarkan seperti ini saja tuhan. Namun jika semua harus berakhir aku minta semoga kasih sayang yang kak Randi berikan tidak akan pernah berkurang padaku. Walaupun cintaku bertepuk sebelah tangan.

Tak terasa air mata jatuh membasahi pipi Evelyn, ia pun menghapusnya sebelum Randi mengetahui. Randi melonggarkan pelukkannya dan menangkup wajah Evelyn.

"Jangan nakal jika kami berdua tidak ada didekatmu. Mulai sekarang Eve harus menjaga diri sendiri" ucap Randi yang diangguki Evelyn

Simon yang melihat kedekatan mereka hanya tersenyum. Tapi di dalam hatinya ia merutuki tindakan Randi yang masih saja menyembunyikan perasaannya kepada Evelyn. Andai saja Randi lebih berani mengungkapkan perasaannya mungkin jalinan asmara mereka akan lebih jelas ketimbang melihat mereka yang sama-sama saling suka.

"Randi"

                                                                       

Jangan lupa tinggallan jejak kalian

Vote n coment 🤗🤗

Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang