15. Pembunuhan Lagi??

5 0 0
                                    

"Aku Simon. Kau lupa??" tanya Simon berharap jika Danissa masih mengenalnya

Danissa nampak berpikir keras dan akhirnya menggelengkan kepalanya. Untuk pertama kalinya Danissa bertemu dengan Simon dan tentu saja dia tidak tahu jika pernah bertemu dengannya.

"Aku Simon.." Simon mengulurkan tangannya dan diabut hangat oleh Danissa

"Aku Dan-"

" Danissa Maharani Kiela" sela Simon yang membuat Danissa melototkan matanya tak percaya dengan Simon yang tahu akan nama lengkapnya

"Aku tahu Nis, apa kau ingat dengan kejadian kita masih SMP?? Dimana ada seorang anak laki-laki yang menjadi paparazi dan akhirnya masuk keselokan dengan sepedanya. Kau masih ingat itu??"tanya Simon

Jujur Simon sangat mengungkapkan pengalamannya yang sangat memalukan tersebut. Namun demi membuat Danissa mengingat pertemuan mereka, ia juga akan melakukan hal sama juga jika itu perlu. Danissa mengingat semua kejadian saat ia masih SMP, dan akhirnya ia mengingat seorang anak laki-laki dari sekolah lain yang selalu mengikutinya dengan sepedanya. Dan Danissa ingat dimana anak laki-laki tersebut kehilangan kendali sepedanya saat Danissa memergoki kelakuannya, dan pada akhirnya anak laki-laki tersebut terperosot ke dalam selokan bersama dengan sepedanya.

"Oh jadi itu kamu"

Simon mengangguk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Danissa tertawa dengan sikap Simon yang malu-malu.

"Terima kasih untuk yang tadi aku tidak tahu apa yang akan terjadi-"

"Tidak perlu dipikirkan. Tapi apa dia selalu melakukan ini denganmu?".ucap Simon penuh minat

"Maaf bukan maksudku mencampuri urusan pribadimu" sambung Simon

"Tidak masalah. Dia adalah tunangan aku tapi yaaa.. kau bisa melihat seperti apa dia" ujar Danissa dengan sedih

Simon tahu perasaan Danissa. Ia selalu mendapat perlakuan buruk dari calon suaminya tapi tadi dirinya sudah tidak tahan lagi melihat wanita yang selama ini ia cintai diam-diam, hidup menderita dengan calon suami yang dengan mudah ringan tangan.

"Apa kau tidak mencoba membatalkan pertunangan itu,?" tanya Simon ia sangat berharap pertunangan mereka berakhir

"Entahlah. Tapi karena hutang budi Natta dengan keluargaku itu tidak akan memungkinkan pertunanagan ini batal. Kau pasti tahu siapa Natta di kota ini, jadi pembatalan pertunangan itu mustahil" ucap Danissa pesimis

Danissa sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi dengan dirinya. Ia akan menerima semua takdir yang sudah diberikan tuhan kepadanya. Simon yang melihat kesedihan di dalam mata Danissa, ia pun merengkuh tubuh Danissa ke dalam pelukkannya.

"Apa aku tidak bisa membantu??" tanya Simon masih memeluk Danissa

"Maks-"

"Aku ingin membantumu dan keluargamu agar kalian bisa lepas dari Natta" sela Simon membuat Danissa mematung

Simon melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Danissa dengan kedua telapak tangannya mendekatkan wajah Danissa ke dekat wajahnya dan membuat mata mereka bertemu.

"Aku akan merebut kembali apa yang selama ini aku inginkan maka izinkan aku membantumu, Nis" ucap Simon lirih dan penuh harap

Entah setan apa yang merasuki Simon dan membuat Simon melakukan hal yang selama ini ia belum lakukan. Danissa yang mendapat perlakuan dari Simon hanya bisa meresapi sensasi yang ia dapatkan saat bibir Simon menyapu lembut keningnya. Seakan tubuhnya memanas dan tersengat ribuan volt listrik, Simon melepaskan pelukannya dan menatap Danissa yang masih memejamkan matanya. Dan saat kedua mata itu terbuka, kedua pasang mata itu pun bertemu kembali dan saling mengunci. Seakan-akan mata mereka saling meresapi perasaan masing-masing membuat Simon dan Danissa masih dalam posisi berpandangan.

"Simon.."lirih Danissa

Akhirnya Simon pun melepaskan kontak matanya dan tersenyum manis kearah Danissa yang sudah merona akibat kelakuan Simon. Simon mengacak rambut Danissa dan akhirnya berpamitan.

Sesampainya di dalam mobil, Simon masih senyum-senyum sendiri bahkan sampai ia sudah sampai didalam butiknya, senyum itu tak pudar sama sekali. Dan hal itu membuat Evelyn dan karyawan lainnya menatap heran kepada atasan mereka.

"Kak Simon.." ucap Evelyn mencoba melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Simon

Karena Simon masih asik melamun diruang kerjanya, Evelyn pun mencubit keras lengan Simon.

"Aaawwww.." ringis Simon yang hanya ditertawai Evelyn

"Eve?? Kau belum pulang,?" tanya Simon yang tahu jika Evelyn belum pulang
Evelyn hanya menggeleng dan menunjukkan waktu kerjanya yang masih lama di butik itu. Evelyn mengambil duduk tepat di depan Simon yang masih tersenyum sendiri

"Kakak kemasukan setan murah senyum ya??" tebak Evelyn yang membuat Simon menjitak kening Evelyn

Pleetakkk!!

Evelyn meringis dan mengusap bekas jitakkan Simon.

"Kakak bertemu dengan Danissa, Eve. Tapi.."

"Ceritakan kak, Eve akan dengerin semuanya"

Simon pun menceritakan pertemuannya dengan Danissa yang akan ditampar oleh calon tunangannya. Dan masalah pertunangan yang hanya terjadi karena masalah balas budi, membuat Simon mengajukan dirinya untuk menjadi tameng Danissa. Simon yang akan membuat Danissa kembali kepadanya dan bukan cinta diam-diam lagi mulai saat ini. Evelyn tersenyum bahagia saat mendengar sikap peduli dan pahlawan yang Simon lakukan kepada Danissa. Walaupun Danissa sudah akan menjadi milik orang lain, tapi itu tidak membuat Simon menyerah begitu saja dengan melepaskan milikinya ketangan orang yang salah.

Ada terbesit rasa iri saat melihat Simon yang mampu mempertahankan cinta pertamanya, berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya akan selalu mencintai dalam diam. Dan entah sampai kapan Evelyn akan menjalani kehidupan seperti ini.

"Kakak antar pulang.."ucap Simon yang membuat Evelyn menggelengkan kepalanya kuat

"Jangan membantah aku hanya tidak ingin melihat pembunuhan lagi"

Evelyn menatap bingung kearah Simon yang mengatakan tidak ingin melihat pembunuhan lagi. Dan hal tersebut mengingatkannya dengan kejadian kemarin malam.

"Apa maksud kakak pembunuhan lagi??" tanya Evelyn yang masih sibuk memasangkan seltbelt

"Bukan apa-apa. Mulai sekarang kau harus hati-hati Eve, diluar sangat berbahaya apalagi kau perempuan" nasehat Simon

Evelyn hanya mengangguk dan senang dengan rasa kepedulian yang Simon masih curahkan kepadanya. Sebuah mobil mengikuti mobil Simon yang tengah melaju pelan menuju kediaman Evelyn. Simon yang memperhatikan mobil dibelakangnya hanya tersenyum tipis. Ternyata Randi masih peduli dengan Evelyn walaupun ia tidak mau menunjukkan kepeduliannya di depan Evelyn. Sampai tiba di depan rumah Fahmi, Simon masih melihat mobil Randi mengikutinya.

Jeng jeng jeng....
Bang Randi masih aja jadi penguntit🤭🤭🤭

Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang