"Bukan kah ini preman yang tadi malam mengejarku "ucap Evelyn pada dirinya sendiri saat ia tengah istirahat dan tidak sengaja menemukan surat kabar
Sebuah surat kabar yang menampilkan sebuah foto yang cukup mengerikan dengan kalimat yang tertulis menggunakan huruf besar dan hampir memenuhi seperempat halaman pertama koran tersebut. Sebuah berita yang berisi 'segerombolan preman yang ditemukan tewas dengan misterius' judul itulah yang membuat Evelyn bergidik ngeri. Apa lagi mengingat kejadian tadi malam yang hampir membuatnya trauma. Dan kejadian tersebut hanya berselang setengah jam dari kejadian Randi menyelamatkan dirinya.
"Kau kenapa Eve??"
Evelyn yang masih terfokus pada surat kabar tersebut pun menoleh kearah Simon yang menghampirinya. Ia pun menyodorkan surat kabar tersebut dan membuat Simon menatap bingung kearah Evelyn. Evelyn menceritakan apa yang sudah terjadi tadi malam saat ia baru saja pulang dari butik Simon. Dan penyelamatan yang dialakukan Randi saat itu. Dan Simon kembali menatap surat kabar yang berisi sebuah gambar dimana kondisi preman-preman tersebut sangat mengenaskan. Dan Simon tahu siapa yang melakukan hal tersebut.
"Kakak pergi dulu ya Eve. Oh..iya kau boleh pulang sekarang" ucap Simon meninggalkan Evelyn yang bingung
Simon keluar dari butiknya setelah ia mendapatkan pesan balasan dari seseorang yang ingin ia temui saat ini. Mobil Simon melaju dengan kecepatan sedang, karena hari sudah sore dan bertepatan dengan jam pulang kantor membuat Simon terjebak macet. Setelah hampir setengah jam berkutat dengan kemacetan akhirmya Simon sampai disebuah cafe. Ia pun menuju kesalah satu tempat yang selalu mereka gunakan untuk berkumpul.
"Maaf aku telat.." ucap Simon dan mendudukan dirinya di depan orang tersebut
"Ada apa mengajakku bertemu,?" ucapnya dingin
Simon masih mengatur deru nafasnya yang masih memburu dan menatap sekilas orang yang tengah berada di depannya kini.
"Kau sudah membaca surat kabar hari ini. Tepat di halaman pertama dan beritanya sangat menarik.."
"Cuma karena berita murahan itu kau mengajakku kesini" ucapnya dingin
"Bukan itu, Ran. Tapi aku kesini karena aku yakin itu perbuatan anak buahmu kan. Aku tahu Ran kalau kau masih mencintai Eve, lebih baik kau jujur saja dengan perasaamu jangan menyiksa dirimu sendiri" tegas Simon
Randi yang duduk di depan Simon hanya tersenyum tipis. Tidak semudah itu mengungkapkan perasaannya. Ia akan kehilangan Evelyn jika ia berkata jujur, karena Fahmi akan memisahkan mereka berdua dengan berbagai cara. Karena menurut Fahmi Randi hanya akan melukai perasaan Evelyn.
"Tidak semudah itu Mon"
"Apanya, Ran. Kau tinggal bilang dengan Eve dan aku yakin om Fahmi akan mengerti perasaan kalian.." geram Simon
Simon menjadi mudah emosi saat melihat Randi yang hanya diam di tempat tanpa melakukan hal apapun untuk membuat Evelyn yakin akan perasaannya selama ini. Memang Fahmi melarang hubungan mereka berdua tapi apa salahnya jika Randi menyatakan perasaannya kepada Evelyn, dan membiarkan perasaan mereka yang menentukan jalan menuju kebahagiaan bukan seperti sekarang ini yang saling memendam perasaan.
"Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan Eve dan aku sudah memikirkan caranya. Jadi kau tidak usah ikut campur dengan urusan pribadiku. Aku rasa urusan kita sudah selesai" ucap Randi dingin ia pun meninggalkan Simon yang masih menatapnya dengan pandangan ingin penjelasan dengan rencana apa yang akan dilakukan Randi
Simon merebahkan tubuhnya disandaran sofa yang ia tempati. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya tersebut. Kenapa mereka harus memilih jalan seperti ini hanya untuk bersama. Simon menghela nafas beratnya ia tidak mau ambil pusing dengan ikut campur masalah Randi.
"Danissa.." lirih Simon saat ia hendak keluar dari cafe
Simon pun mengurungkan niatnya dan mengikuti Danissa yang sepertinya tengah terburu-buru. Dan saat diparkiran cafe tersebut Simon menyembunyikan tubuhnya disalah satu mobil pengunjung dan melihat apa yang tengah dilakaukan Danissa. Danissa sepertinya sedang ada masalah dengan salah seorang pria yang berumur lebih tua beberapa tahun darinya. Dengan kemeja dan jas yang ia kenakan membuat Simon yakin jika pria tersebut adalah seorang pengusaha. Simon masih berdiam diri ditempatnya dan mendengar semua perkataan mereka berdua.
"Tinggalkan profesimu itu dan menikahlah dengan ku, Nis" geram pria tersebut
"Tidak akan pernah Natta. Aku tidak mau menikah dengan orang yang selalu membuatku tertekan dan mengikuti keegoisanmu. Lebih baik kita jalani hidup kita masing-masing" ucap Danissa
"Kau.."
Tangan Natta sudah melayang ke udara dan akan mendarat mulus di pipi kanan Danissa, namun tangan Natta tertahan dengan kuat di udara. Danissa yang tadinya memejamkan mata dan siap menerima tamparan dari Natta pun membuka matanya, karena ia tidak merasakan kesakitan yang biasa ia terima dari Natta. Dan saat ia membuaka mata, Danissa melihat seseorang yang tengah berdiri di depannya.
"Siapa kau. Beraninya kau menganggu kami" sungut Natta dan melepaskan genggaman tangan Simon
"Apa dengan kekerasan memperlakukan wanita seperti dia. Dan setahuku Cuma seorang pria brengsek yang menggunakan kekerasan" ejek Simon
Tanpa memperdulikan tatapan mematikan dari Natta, Simon menarik tangan Danissa lembut dan mengajaknya masuk ke dalam mobilnya. Danissa yang tidak mengenal Simon pun hanya bisa menurut, lebih baik sekarang ia menghindari Natta dan meminta orang tuanya membatalkan perjodohan mereka.
Di dalam mobil, Simon dan Danissa terbelenggu dengan keheningan. Tak seorang pun dari mereka yang ingin memecah keheningan tersebut. Simon melajukan mobilnya menuju ke kediaman Danissa.
"Dari mana kau tahu rumahku??" selidik Danissa saat mobil Simon berhenti tepat di depan rumahnya
Simon menatap Danissa dengan sendu, ada rasa kecewa saat melihat seorang wanita yang selama ini ia kagumi tidak mengenalnya. Tapi memang salahnya karena selama ini tidak berani menampakkan batang hidungnya didepan Danissa.
"Aku Simon. Kau lupa??" tanya Simon berharap jika Danissa masih mengenalnya
Yuhuuuu...Ok guys, pemerannya nambah lagi ya. Biar rame🙈🙈
Jangan lupa vote dan coment ya😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On Going
RomanceEvelyn, tidak pernah menyangka jika kehidupannya akan berubah menjadi penuh tangis dan derita. Masa kecil sampai ia beranjak dewasa membuatnya lupa apa itu kesedihan, karena rasa sayang yang diberikan oleh orang tuanya begitu melimpah. Meskipun ia h...