11. Pesan Fahmi

6 0 0
                                    

"Randi"

Randi, Simon, dan Evelyn menoleh ke sumber suara dan melihat sosok Fahmi tengah berdiri tidak jauh dari mereka. Fahmi menetralkan suasana hatinya saat dia mendekati mereka bertiga, Randi melihat kemarahan yang masih terpancar diwajah papanya. Ia tahu jika setelah ini pasti akan ada satu masalah dan entah itu apa. Evelyn tersenyum menyambut kedatangan Fahmi.

"Papa sudah datang. Eve pikir papa masih dijalan"ucap Evelyn

Randi masih menatap Fahmi, Evelyn menjelaskan jika Fahmi memang berniat menjemput Evelyn pulang sekolah. Yang akhirnya mereka bertiga bertemu disekolah Evelyn. Simon dan Randi memilih berpamitan dan meninggalkan Evelyn dan Fahmi. Setelah kepergian Randi dan Simon, Evelyn dan Fahmi menuju keparkiran.

" Eve senang papa mau menjemput Eve "

"Maafkan papa sama mama selama ini jarang menperhatikan kalian sayang" ucap Fahmi menoleh Evelyn sekilas dan kembali fokus pada kemudinya

"Randi dan Simon-"

"Oh kak Randi dan kak Simon mereka cuma mau kasih tahu ke Eve kalau mereka lulus di SMA Wijaya" ucap Evelyn senang namun mencoba menutupi kesedihannya

Fahmi mendengarkan cerita Evelyn tentang kedatangan Randi dan Simon. Namun Fahmi masih ingat bagaimana Randi memeluk Evelyn dan semua yang mereka lakukan. Bahkan Fahmi sangat paham dengan arti tatapan Randi kepada Evelyn, tatapan yang pernah ia punya saat pertama kali bertemu dengan Karina dan jatuh cinta padanya. Fahmi tidak ingin jika Randi melewati batasnya sebagai kakak Evelyn.

Walaupun mereka berdua tidak memiliki hubungan darah, tapi Fahmi tidak ingin Randi mempermainkan Evelyn yang selama ini sudah dianggap seperti anak sendiri olehnya. Mobil Fahmi memasuki perkarangan rumahnya dan ia melihat mobil Simon sudah terparkir disana menandakan Randi dan Simon telah sampai rumah terlebih dahulu.

"Randi, bisa ikut ke ruang kerja papa sebentar. Ada sesuatu yang ingin papa bicarakan" tegas Fahmi saat mereka berdua sampai di ruang tamu

Randi menatap Simon dan Evelyn dengan bingung. Dengan penasaran Randi berjalan mengikuti Fahmi menuju ruang kerjanya. Pikiran Randi sudah berkecamuk dengan pikirannya sendiri, ia tidak ingat jika ia sudah melakukan kesalahan apapun. Fahmi menyuruh Randi duduk disofa yang ada diruang kerjanya.

"Papa lihat kamu sangat menyayangi Eve "ucap Fahmi

Randi masih tak mengucapkan sepatah kata pun, ia hanya memperhatikan Fahmi yang sepertinya tengah berpikir untuk menyampaikan maksud hatinya.

"Dan papa tahu arti tatapan kamu dengan Eve.." Fahmi menggantungkan kalimatnya

Randi menatap Fahmi dengan cemas, ia tahu jika dirinya sudah melebihi batasnya sebagai kakak. Dan Randi sangat yakin jika Fahmi akan marah besar nantinya dan memintanya untuk meninggalkan Evelyn.

"Jangan pernah kamu menumbuhkan perasaan itu, Ran"

"Tapi kami kan bukan-"

"Papa tahu" potong Fahmi

Randi tidak bisa lagi melihat Fahmi yang seperti biasanya. Yang kini sedang ia hadapi adalah seorang papa yang marah saat putranya mencintai seseorang yang seharusnya tidak boleh.

"Lupakan semua perasaanmu nak. Papa tidak ingin kau dan Eve merasakan sebuah perasaan yang bisa membuat kalian hancur satu sama lain. Cinta itu kejam nak, siapa yang berani bermain api maka ia harus siap terbakar api itu juga. Papa tidak mau kalian seperti itu, Eve adalah adikmu Ran. Papa mohon kau mengerti maksud papa.."

"Tapi pa..Randi sangat mencintai Eve. Randi tidak akan pernah membuatnya terluka pa.."Randi menvoba melunakkan hati papanya

"Jika kau mencintainya maka menangislah sendiri dan jangan buat Eve menangis. Papa melarang keras kau berhubungan dengan Eve.."

Fahmi meninggalkan Randi yang masih merasa terpukul dengan kejadian itu. Dimana orang tuanya yang melarang dirinya untuk mencintai Evelyn, padahal yang ia inginkan hanya ingin membahagiakan Evelyn selama hidupnya. Tetapi maksud hati ingin membahagiakan Evelyn namun ia tak mendapatkan izin kedua orang tuanya. Randi meninggalkan ruang kerja Fahmi dengan perasaan yang hancur.

"Kenapa, Ran. Sejak keluar dari ruang kerja om Fahmi kau berubah diam. Apa ada masalah??" tanya Simon yang melihat Randi sedari tadi hanya merenung

Randi menghela nafas beratnya yang terasa menyesakkan dadanya. Ia menatap Simon yang tengah menatapnya bingung. Randi menatap ke depan dengan kosong, ia masih mencoba menerima kejadian hari itu. Walaupun ia tahu sangat sakit jika harus melupakan perasaan cintanya kepada Evelyn, tapi ia sangat mengingat kata-kata Fahmi 'Jika kau mencintainya maka menangislah sendiri dan jangan buat Eve menangis'. Apakah semua perasaan cinta dan sayang yang selama ini ia curahkan membuat Evelyn bersedih. Jika iya, lebih baik ia belajar untuk menghapus semua perasaannya walaupun ia tahu itu sangat sulit ia lakukan.

"Ran, apa om Fahmi tahu kalau kau.." Simon menggantungkan kalimatnya saat melihat reaksi Randi

Tanpa Randi menjawab Simon sudah yakin dengan pikirannya sendiri. Tapi kenapa alasannya Fahmi melarang hubungan mereka yang jelas-jelas tidak memiliki hubungan darah. Bukankah itu bukan masalah lalu apa yang membuat Fahmi melarang hubungan mereka. Simon sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Karena apa??"

"Papa tidak ingin kami terluka karena perasaan kami berdua. Papa sangat menyayangi Eve dan dia tidak mau jika aku melukai Eve "lirih Randi

                                                                          

Udah pada tahu kan, awal mulanya Randi bersikap dingin dan seolah membenci Eve???

Apa perasaan Randi sudah hilang??? Atau mungkin Randi hanya menutupi perasaannya??🙄🙄🙄

Mau tahu kelanjutannya???

Yukkks mampir ke part berikutnya

Heyyy... Jangan lupa, vote n comentnya ya😘😘😘

Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang