"Malam ma..pa.."sapa Evelyn saat melihat kedua orang tuanya tengah duduk di ruang tengah
"Malam sayang. Gimana kuliah hari ini, lancar??" Tanya Karina yang mengusap lembut kepala Evelyn yang tengah terbaring dipangkuannya
"Seperti biasa ma, lancar.."
" Eve besok temeni mama ketemu dengan teman mama yuk. Besok kamu free kan??"
"Iya ma. Besok Eve akan menemani mama ketemu teman mama" ucap Evelyn
"Sekarang anak papa mandi lalu istirahat. Biar besok bisa bangun pagi.."sambung Fahmi yang langsung diiyakan oleh Evelyn
Evelyn menaiki tangga setelah mencium pipi kedua orang tuanya yang sudah menjadi ritualnya. Saat malam hari Evelyn terbangun dari tidurnya karena ia merasa sangat haus. Dengan langkah hati-hati Evelyn berjalan menuju kedapur. Semua lampu diseluruh ruangan sudah dimatikan karena memang hari sudah malam.
Namun yang membuat Evelyn penasaran kenapa lampu dapur menyala. Ia mendekati pintu dapur yang menghubungkan dapur dengan ruang santai, dan disaat itu Evelyn melihat Randi yang tengah terduduk didepan teh susunya.
Kedatangan Evelyn disadari oleh Randi, dan membuat mata mereka saling bertemu, namun hanya beberapa saat sebelum Randi memalingkan wajahnya. Evelyn melanjutkan langkahnya menuju kulkas dengan gelas yang sudah ia bawa ditangannya.
Evelyn mencoba tidak menghiraukan keberadaan Randi di dapur tersebut, karena ia tidak mau jika Randi menatapnya dengan tajam dan itu membuat Evelyn bergidik ngeri. Setelah tenggorokkannya membaik Evelyn kembali melangkahkan kakinya. Namun di dalam hatinya, ia berharap jika Randi akan memanggilnya dan menghabiskan malam yang panjang dengan begadang bersama Randi.
Evelyn tahu jika Randi pasti sedang menghadapi permasalahan. Karena setiap Randi memiliki sebuah masalah, ia akan selalu duduk termenung di dapur dengan secangkir kopi full creamnya atau segelas besar teh susu kesukaan Randi. Evelyn sangat berharap Randi akan memanggil namanya dan mengajaknya begadang bersama, namun sampai Evelyn berada di ruang santai pun Randi tidak memanggil namanya seperti yang sering dilakukan Randi saat mereka kecil dulu. Randi selalu meminta Evelyn menemaninya begadang sampai tengah malam, dan membuat mereka terlambat berangkat sekolah dan akhirnya mereka menerima hukuman bersama.
Evelyn melangkahkan kakinya kembali menuju ke kamarnya dan sebulir air mata kembali meluncur tanpa disuruh.
"Begitu bencikah kak"lirihnya
Lewat tengah malam Randi melangkahkan kakinya dengan gontai menuju balkon kamarnya. Ketika dirinya sudah berdiri di balkon kamarnya, Randi melihat jika jendela kamar Evelyn yang terbuka. Dengan pembatas setinggi pinggangnya membuat Randi dengan mudah menyusup ke kamar Evelyn.
Setelah ia berada di dalam kamar Evelyn, ia melihat sesuatu yang tengah bergerak dibalik selimut tebal yang menutupi tubuh seorang wanita. Dia adalah Evelyn pemilik kamar ini. Randi mendekati ranjang tersebut dan menatap wajah Evelyn, namun dirinya sangat terkejut saat melihat air mata yang belum kering yang mengalir dipipi Evelyn. Tanpa sepengetahuan dirinya, tangan Randi terulur untuk menghapus lembut bekas air mata tersebut. Setelah puas memandangi wajah Evelyn ia kembali ke kamarnya dengan jalan masuk yang ia gunakan saat ia menyelinap masuk kedalam kamar Evelyn. Sesampainya di dalam kamar, Randi duduk termenung disisi ranjangnya. Ingatannya masih mengingat air mata Evelyn yang mengalir disudut matanya. Pikirannya berkecamuk, ia bingung harus melakukan apa untuk membuat rencananya berjalan lancar.
Randi pun memantapkan batinnya dan tidak akan pernah bersikap lemah didepan Evelyn, dan ia tidak akan pernah menggagalkan rencana yang sangat besar untuk Evelyn.
Evelyn mengerjapkan matanya ketika ia merasakan kehadiran seseorang. Ia mengedarkan pandangannya namun tak menemukan seseorang pun di dalam kamarnya. Dia menarik selimut dan kembali tidur dan berharap esok hari adalah hari yang terbaik dihari biasanya.
💜💜💜💜💜
"Sayang bangun..Randi bangun nak. Sudah siang tidak baik anak laki-laki bangun siang. Ayo bangun.." Karina membangunkan RandiRandi hanya bergumam tidak jelas dibalik selimutnya. Entah pukul berapa dia tidur dini hari tadi, matanya masih terasa sangat berat. Melihat Randi yang tidak berniat bangun pun membuat Karina akhirnya membiarkan Randi tidur lagi, selagi hari libur.
Karina mengambil posisi disebelah Fahmi dan mengambilkan nasi goreng untuk suaminya.
"Pagi ma..pa.."
Evelyn yang baru saja turun dari kamarnya bergabung dengan Karina dan Fahmi tanpa Randi. Evelyn menerima piring yang berisi nasi goreng dari Karina.
"Randi belum bangun ma?" Tanya Fahmi yang sudah menyelesaikan sarapannya
"Belum pa. Sepertinya lagi banyak kerjaan.."terang Karina
"Jam berapa kalian pergi??"tanya Fahmi lagi
"Oh iya sampai lupa mama, pa. Hari ini teman mama ada kepentingan lain pa, jadi reuninya diundur minggu depan. Eve sayang tidak apa ya hari ini acara kita ditunda"
"Tidak apa ma"jawab Evelyn yang sudah menyelasaikan makannya
Mungkin hari ini Evelyn akan menghabiskan hari minggunya di kamar dengan beristirahat dan mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah menumpuk. Saat Evelyn hendak meninggalkan ruang makan, Karina menyuruhnya untuk membangunkan Randi. Evelyn yang tidak bisa menolak permintaan Karina pun dengan ragu mengiyakan permintaan mamanya.
Langkahnya sedikit lambat ketika dirinya mulai mendekati kamar Randi. Dengan menghela nafas beratnya, ia mengetuk pintu kamar Randi. Karena tidak ada sahutan dari dalam kamar, ia pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Randi yang sudah lama tak ia jamah. Evelyn tahu jika Randi tidur pada dini hari seperti kebiasaannya dulu, hanya saja untuk sekarang dirinya tidak tahu masalah apa yang tengah dihadapi kakaknya. Dengan sedikit keberanian Evelyn mendekati ranjang yang tengah ditiduri Randi.
"Kak.. kak bangun.."ucapnya lembut dengan mengoyangkan tubuh Randi pelan
Ia takut jika dia membangunkan Randi terlalu keras akan membuatnya marah. Dan untuk pagi hari yang cukup cerah ini ia tidak ingin mengahadapi kemarahan Randi. Evelyn mencoba membangunkan kembali Randi, namun Randi masih bergelung nyaman di dalam selimutnya. Namun kali ini, ia membangunkan Randi dengan gerakkan sedikit keras dari sebelumnya.
"Kak..sudah siang. Mama dan papa masih menung-"
"Aaarrgghhh..kau bisa diam tidak hah!!" bentak Randi yang sudah bangkit dari tidurnya
Evelyn yang terkejut dengan bentakkan Randi hanya bisa diam dan menahan air matanya yang siap meluncur. Ini pertama kalinya Randi membentakknya, padahal dia tahu jika Evelyn tidak bisa dibentak. Tetapi Randi melakukannya.
Randi masih mengatur deru nafasnya yang menahan emosi. Ia tidak menyangka dengan apa yang ia lihat, Evelyn masuk ke dalam kamarnya dan mencoba membangunkannya. Padahal ia baru saja tidur pada pukul empat setelah berperang dengan batinnya sendiri untuk memantapkan hatinya melakukan sebuah rencana.
"Siapa yang menyuruhmu membangunkan aku?? Siapa!!"
"Ma..maaf kak.. Eve hanya...ingin menyuruh kakak sa..sarapan" jawab Evelyn gugup
"Sekarang kau keluar. Aku tidak lapar jadi kau tidak perlu membangunkan aku di lain waktu. Sekarang keluar"ucap Randi dingin tanpa memandang Evelyn yang sudah menangis
Evelyn yang diusir Randi pun segera meninggalkan kamar Randi dengan perasaan yang hancur. Randi tidak pernah membentaknya selama mereka menjadi kakak beradik, namun barusan Randi melakukannya kepada Evelyn yang bahkan ia tahu jika Evelyn sangat tidak bisa dibentak.
Evelyn berlari menuju ke kamarnya dengan air mata yang berderai, ia sudah membayangkan ingin melewati hari minggu ini dengan hal yang membuatnya bahagia walau kecil. Tapi sepertinya hari minggu ini tak berpihak kepada Evelyn.
Ada yang penasaran dengan rencana Randi buat Eve??
Di part berikutnya, akan sedikit banyak menguras air mata Eve..
Penasaran???🙄🙄🙄
Next part ya guyss👍👍👍😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On Going
RomanceEvelyn, tidak pernah menyangka jika kehidupannya akan berubah menjadi penuh tangis dan derita. Masa kecil sampai ia beranjak dewasa membuatnya lupa apa itu kesedihan, karena rasa sayang yang diberikan oleh orang tuanya begitu melimpah. Meskipun ia h...