"aku bingung Eve dengan kalian. Aku tahu kalau kau menyukai Randi begitu sebaliknya. Tapi aku bingung dengan Randi, kenapa dia tidak jujur saja dengan perasaannya. Apa karena ucapan om Fahmi beberapa tahun lalu yang membuat Randi tidak kunjung mengatakannya. Randi memang bodoh Eve, dia terlalu takut untuk memulai segalanya. Dan akhirnya kalian berdualah yang saling tersakiti seperti ini. Randi..Randi sampai kapan kalian akan menyimpan perasaan kalian masing-masing" ucap Simon pelan
Randi yang sedari tadi berada di dalam mobilnya masih mengamati mobil Simon. Namun sudah hampir sepuluh menit mereka tiba, tapi kenapa mereka tak kunjung keluar dari dalam mobil.
"Simon.." ucap Randi sedikit keras dan membuat Simon terjingkat kaget
"Bikin kaget saja. Apa??"
Simon menghampiri Randi yang sudah berada di belakang mobilnya. Ternyata Randi masih saja tak pernah melepaskan Evelyn dari jangkauan matanya.
"Kemana Eve??" tanya Randi dingin
"Dia tidur. Aku sudah membangunkannya namun sepertinya dia kelelahan. Jadi aku tadi ingin menggendongnya saja kalau dia masih tidur" terang Simon membuat Randi marah
Simon melihat rahang Randi yang tertangkup kuat, ia tahu jika Randi sedang menahan emosinya. Sungguh aneh pikir Simon memiliki sahabat seperti Randi, sudah tahu tidak bisa melihat wanitanya disentuh orang lain, tapi dirinya sendiri tidak bergerak cepat untuk memberikan tanda kepemilikan untuk wanita tersebut.
"Biar aku saja. Kau pulang lah" ucap Randi dingin
"Siap bos.."gurau Simon
Randi pun menuju ke mobil Simon dan membuka pelan pintu mobil tersebut agar tidak mengganggu tidur Evelyn. Dengan mudah Randi sudah memindahkan Evelyn ke dalam gendongannya. Simon yang melihat kejadian itu hanya tersenyum tipis. Randi membawa Evelyn ke dalam kamar dan merebahkan Evelyn diranjang dengan pelan lalu menyelimutinya. Randi masih saja mengamati wajah polos saat Evelyn tidur begitu menenangkan hati Randi. Entah berapa lama Randi memandangi wajah Evelyn dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali kekamarnya.
💔💔💔
"Evelyn..."Evelyn yang baru saja turun dari ojek langganannya pun segera membalikkan tubuhnya dan melihat Indira sedang berlari dengan majalah fashion ditangan kanannya. Saat Indira sudah berada di depan Evelyn, Indira menormalkan deru nafasnya yang masih memburu dan menyerahkan majalah fashion tersebut kepada Evelyn. Evelyn pun melihat halaman pertama dimajalah tersebut adalah foto dirinya dengan pakaian buatan Simon.
"Kau jadi model sekarang??" tanya Indira yamg sudah menormalkan deru nafasnya
"Cuma bantu kak Simon aja.."
Evelyn berjalan mendahului Indira karena ia ingin pergi keperpustakaan untuk melanjutkan tugasnya yang belum selesai. Indira mengekori Evelyn dari belakang. Sesampainya di dalam perpustakaan Evelyn mengeluarkan buku yang ia pinjam dan membuka halaman demi halaman. Setelah menemukan halaman yang dia cari ia segera menuliskan sebuah tulisan yang tertera disana.
"Kok bisa Evelyn emang model yang biasanya kemana??" tanya Indira
"Dia batalin kontrak" ujar Evelyn masih dengan tangannya yang menari menggoreskan tinta
Indira masih melihat majalah yang ia beli tadi pagi. Indira sampai tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Evelyn yang biasanya natural tanpa make up sangat berbeda dengan saat yang dimajalah. Evelyn yang merasa jengah, saat melihat Indira yang sesekali melihat wajahnya dan kemudian memperhatikan majalah yang pegang.
"Jangan banyak tanya lagi, In. Kemarin aku bantu kak Simon tapi ini untuk yang terakhir kalinya kok" ucap Evelyn menatap Indira
"Bukankah model lebih banyak uang ketimbang sekertaris??" Ujar Indira dan membuat Evelyn menutup bukunya dan menatap Indira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On Going
RomanceEvelyn, tidak pernah menyangka jika kehidupannya akan berubah menjadi penuh tangis dan derita. Masa kecil sampai ia beranjak dewasa membuatnya lupa apa itu kesedihan, karena rasa sayang yang diberikan oleh orang tuanya begitu melimpah. Meskipun ia h...