7. Sebuah Rasa 1

9 1 0
                                    

"Jangan macam-macam kak. Eve tidak mau kalau kalian berdua terlibat masalah. Bukannya belajar yang benar buat ujian malah bikin onar" Evelyn kesal

Evelyn meninggalkan Randi dan Simon yang masih terdiam ditempat duduknya. Melihat Evelyn yang pergi meninggalkan mereka berdua, Randi mengejar Evelyn dan meninggalkan Simon yang masih sibuk dengan semangkok baksonya. Evelyn tak memperdulikan teriakan Randi yang masih mengejarnya.

" Eve tunggu.."

Randi menarik tangan Evelyn dengan keras sehingga membuat tubuh Evelyn limbung dan menabrak tubuh Randi. Sementara Randi hanya mematung ketika ia merasakan rasa itu lagi. Evelyn dan Randi masih terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya Randi yang sudah menormalkan detak jantungnya melepaskan pelukannya dari Evelyn.

"Kamu marah sama kakak??"tanya Randi lembut

Evelyn berjalan menuju bangku yang ada ditaman sekolahan mereka. Randi pun mengekori dan mengikutinya. Evelyn masih saja diam, ia tak berniat menatap ataupun mengatakan sesuatu kepada Randi, dan itu membuat Randi semakin bingung.

"Eve maafkan kakak. Kamu boleh marahi kakak tapi jangan diami kakak Eve. Kalau kau begini kakak bingung"

Randi mengerang frustasi melihat Evelyn yang tak berniat membalas perkataannya. Ia paling tidak bisa didiami oleh Evelyn. Simon yang baru selesai menghabiskan makanannya kemudian menyusul mereka berdua. Simon tahu jika Evelyn sangat marah saat ini, Simon pun memilih duduk berjauhan dari tempat mereka. Evelyn menghela nafasnya, ia menyampingkan badannya dan menatap Randi yang masih tertunduk diam.

"Eve tidak akan marah sama kakak. Eve hanya kesal saja dengan kak Randi.."ucap Evelyn

"Maafkan kak Randi Eve.."

" Eve akan memaafkan kakak tapi dengan satu syarat"

"Apa??"

Evelyn berpikir sebentar dan membuat Randi masih menunggu Evelyn sampai menemukan syarat yang pantas untuk Randi. Tidak lama kemudian Evelyn menjentikkan jarinya, dan itu menandakan bahwa dirinya sudah menemukan ide.

"Mulai sekarang kakak tidak boleh bolos lagi. Kalau sebelum waktunya istirahat kakak tidak boleh keluar. Dan Eve akan menunggu kakak sampai kakak dan kak Simon menghampiri Eve. Dan.."Evelyn menggantunkan kalimatnya dan membuat Randi menatap bingung

"Jangan pernah berkelahi. Apalagi demi Eve. Eve tidak mau melihat kak Randi dan kak Simon terluka seperti sebulan yang lalu. Kakak harus tahu Eve sudah terbiasa dengan cibiran mereka jadi kakak tidak perlu khawatir"

" Eve katamu cuma satu syarat tapi kenapa banyak sekali larangan di dalamnya"ucap Randi kesal

"Pokoknya kakak tidak bisa membiarkan seseorang mencibirmu kakak tidak-"

"Ya sudah. Eve bakalan marah dengan kak Randi" potong Evelyn yang membuat Randi ternganga

"Baiklah..baiklah tuan putri Evelyn Abriana. Hamba akan melaksanakan perintah tuan putri"ucap Randi dengan pasrah

Evelyn hanya tersenyum melihat Randi yang selalu bersikap berlebihan. Namun ia sangat menyukai perhatian yang diberikan oleh Randi dan Simon. Mereka berdua pun sudah kembali akur seperti biasanya. Dalam hati Evelyn merasa jika dirinya menyayangi Randi lebih dari sekedar rasa sayang kepada kakak. Namun Evelyn berusaha menyembunyikan perasaannya, karena ia tahu jika perasaan itu adalah perasaan yang tidak patut muncul diantara mereka berdua. Kedua orang tua Randi sudah sangat baik hati dan menyayanginya seperti anak mereka sendiri. Dan karena hal itu membuat Evelyn tidak ingin membuat mereka kecewa dengan perasaan yang mulai tumbuh dihati Evelyn.

Sementara Randi sedari tadi masih mencoba menormalkan detak jantungnya. Apalagi saat Randi melihat senyum Evelyn yang selalu manis menurutnya membuat tubuhnya berdesir. Bukan karena ia tidak tahu apa yang tengah terjadi pada dirinya, hanya saja ia tidak ingin membuat Evelyn terluka dengan perasaannya. Randi tidak tahu sejak kapan ia mulai menyukai Evelyn. Walaupun diantara mereka tidak ada hubungan darah sekalipun membuat Randi takut menyatakannya. Ia takut bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui ia menyukai Evelyn, Randi tidak tahu apa reaksi mereka.

"Ran, aku perhatiin sedari tadi kau diam saja. Kau tidak mau pulang, pasti Eve sudah menunggu kedatangan kita. Ayo pulang.."ajak Simon

Randi masih tidak bergeming dari tempat duduknya. Selama pelajaran terakhir mereka, Randi sama sekali tidak memperhatikannya. Pikirannya melayang entah kemana. Simon yang melihat sikap Randi yang aneh pun mendekatinya.

"Kau kenapa Ran??"

"Mon menurutmu apa sebuah perasaan yang tiba-tiba datang itu adalah kesalahan besar??" Tanya Randi yang membuat Simon menatapnya bingung, Simon pun nampak berpikir

"Jangan bilang kau menyukai adikmu sendiri, Ran" teriak Simon tanpa sadar membuat para siswa lainnya menatap kearah mereka berdua

Randi membungkam mulut Simon yang terlalu cerewet menurutnya. Bisa-bisa semua orang mengetahui apa yang tengah ia rasakan saat ini dari mulut besarnya Simon. Randi melepaskan tangannya dan menjauhkan dirinya dari Simon. Sementara Simon langsung mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V sebagai kata maaf.

"Jadi beneran Ran??" tanya Simon dengan berbisik

"Itulah yang aku rasakan sekarang, Mon. Aku takut kalau mama dan papa tahu perasaanku dengan Eve. Tapi aku tidak bisa menyimpan perasaan ini terus menerus"keluh Randi

"Em..aku juga bingung Ran. Tapi menurutku sih lebih baik kau menyatakannya langsung kepada Eve " saran Simon

"Tapi bagaimana kalau Eve tidak menyukaiku??"cemas Randi

"Untuk mengetahuinya kau harus mencobanya. Yang perlu kau ingat di dalam cinta tidak ada yang namanya pemaksaan. Cinta itu seperti air, ia akan mengalir sejauh mungkin sampai ia menemukan dasarnya. Dan cinta juga seperti itu. Semua orang yang siap mengenal cinta maka ia tidak akan pernah melupakan patah hati sebagai konsekuensinya. Karena cinta dan patah hati selalu berdampingan" ucap Simon dengan gayanya bak seniman

Randi berdiri dan meninggalkan Simon yang hendak berbicara lagi. Simon pun mengumpat kesal pada Randi yang tega meninggalkannya.

Evelyn masih menunggu kedatangan kedua kakaknya yang tidak seperti biasanya telat datang. Padahal sudah lima belas menit bel pulang berbunyi.

                                                                        

Masih flashback ya guysss
😁😁😁

Jangan lupa vote n comment🤭

Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang