Chapter 29

1.5K 118 0
                                    


Menelusuri pantai bukanlah hal yang Hanin begitu sukai, tapi hari ini berbeda ia sangat menikmati kegiatannya.

Hanin tersenyum ketika teringat sebuah kata, bukan dimana kita berada tapi dengan siapa kita berada. Ya kata-kata itu benar adanya. Saat ini seperti yang telah dijanjikan sebelumnya Hanin dan Bian mengisi libur mereka dengan pergi ke pantai.

"Nin." panggil Bian.

"Hmm." gumam Hanin dengan pandangan yang tetap terfokus pada jejak-jejak langkah mereka.

"Will you marry me?"

Hanin menghentikan langkahnya dan memandang tak percaya pada Bian.

Seriously? Di sini? Saat ini?

Beberapa pertanyaan mulai menghinggapinya.

"Bi jangan bercanda." ucap Hanin.

Tanpa mengindahkan ucapan Hanin, Bian mengeluarkan sebuah kotak yang berisi sebuah kalung.

Tanpa mengindahkan ucapan Hanin, Bian mengeluarkan sebuah kotak yang berisi sebuah kalung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bi kamu gak salah minum obat kan?" tanya Hanin.

"Nin aku serius. Kamu mau nikah sama aku? Melengkapi kekuranganku, dan hidup bersama denganku." ucap Bian.

"Kenapa?" pertanyaan Hanin membuat Bian mengernyit bingung.

"Kenapa kamu milih aku?" lanjut Hanin.

"Karena aku tau bersamamu aku bisa lebih baik lagi, bersamamu dunia ku tak akan sepi lagi. Dan bersamamu aku bisa bahagia dan juga sedihku pun bisa membuatku tetap tersenyum karena ada kamu." ucap Bian.

"Kamu menikah buat bahagia Bi?" tanya Hanin.

"Itu sebagian tujuanku. Aku yakin bersamamu selalu ada kebahagiaan." jawab Bian.

Hanin terkekeh sebelum menjawab, "Jangan menikah untuk bahagia. Karena dengan menikah bukan berarti kita akan selalu bahagia."

"I know, dan seperti kataku, bersamamu sedih pun bisa membuatku tersenyum. Dengan kamu menjadi milikku dan aku menjadi milikmu setidaknya kita bisa saling menguatkan disetiap keadaan." ujar Bian.

"Aku menitipkan separuh hidupku padamu Bi. Aku harap kamu dapat menjaganya baik-baik, aku ..." belum sempat Hanin selesai bicara Bian sudah memeluknya erat.

"Makasih Nin. Aku akan pastikan tuk menjaganya dengan baik." ucap Bian.

Hanin hanya mengangguk dalam pelukan Bian. Matanya berkaca-kaca, entah mengapa situasi ini membuatnya menjadi sedikit mellow.

***

Hanin melirik Bian yang sedang makan di depannya, kini mereka sedang makan siang di kantin rumah sakit.

"Makan Nin jangan lihatin aku mulu. Tenang aja kegantenganku tak akan berkurang." ucap Bian tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan.

Hanin berdecih pelan sebelum melanjutkan kembali makannya.

Rencana [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang