Chapter 20

1.7K 124 5
                                    

Haiii..

Selamat hari senin, ini aku kasih sedikit asupan untuk membuat hari Senin para pembaca yang luvluvv tambah semangat><


Happy Reading^^


Hanin memarkirkan motor kesayangannya di basement apartement. Hanin berjalan menuju lift dan menekan angka yang sesuai dengan nomor yang dikirimkan Bian. Yups! Hari ini Bian mengirimkan alamat tempat dimana mereka akan bertemu, Hanin kira Bian akan mengajaknya ke suatu tempat tapi ternyata ia malah mengirimkan alamat apartement-nya lengkap dengan nomor unit beserta passwordnya.

"Gak nyasar kan Nin kesini?" suara Bian langsung mengisi gendang telinganya ketika Hanin baru saja masuk ke dalam apartement. Hanin langsung saja mengganti sepatu yang dipakainya dengan sandal rumah.

"Nggak. Wong Dokter ngirim alamatnya kelewat lengkap sampai dengan passwordnya." ucap Hanin dan berjalan ke arah Bian.

"Tadi kamu gak ada kendala kan di pemeriksaan?" tanya Bian.

"Enggak, aku lihatin kartu identitas aku dan kata beliau yang periksa kamu udah ngasih tau bakalan ada tamu." jawab Hanin

"Kamu bawa copy an identitas kamu gak? Nanti aku mau daftarin biar punya akses langsung ke sini gak usah melewati protokol pemeriksaan." ujar Bian dengan terkekeh.

Apartemennya memang memiliki keamanan yang ketat hingga tidak sembarang orang bisa memasukinya.

"Ada. Nanti aja." jawab Hanin.

Hanin menyimpan tas yang ia bawa di salah satu sofa. Tas itu berisi pakaian Hanin untuk nanti malam ke rumah sakit. Rencananya dia memang akan berangkat langsung saja dari apartement Bian supaya jaraknya lebih dekat.

Hanin mengamati isi apartement Bian. Cat-nya didominasi oleh warna putih. Tidak biasanya, pikir Hanin. Kebanyakan pria menerapkan warna-warna gelap di apartement.

 Kebanyakan pria menerapkan warna-warna gelap di apartement

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nin makan dulu." ucapan Bian menghentikan kegiatan Hanin yang sedang meneliti isi apartement.

"Dokter pesen semua ini?" tanya Hanin takjub melihat banyak sekali makanan di meja.

"Saya tahu kamu doyan makan, makannya saya pesen banyak." jawab Bian.

Hanin hanya berdecak mendengar jawaban Bian. Ia duduk di samping Bian dan mengambil satu potong pizza.

"Dok dekorasi apartementnya kok gak ada maskulin-maskulinnya?" tanya Hanin di sela-sela makannya.

"Aku hanya beli unit ini dan selebihnya mommy yang urus. Lagian aku jarang disini kok, tapi ada bagusnya juga sih kaya gini. Kalau nanti kita udah nikah dan tinggal disini jadi gak repot buat ngedekor ulang." jawaban Bian hampir saja membuat hanin tersedak.

Rencana [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang