Chapter 15

1.7K 121 0
                                    

Happy Reading ^_^


Hanin menatap arloji di pergelangan tangannya, baru pukul 8 malam pikirnya. Mobil yang ia tumpangi bersama Bian telah terpakir di depan rumahnya.

"Mau mampir dulu Dok?" tawar Hanin.

"Kapan-kapan deh, ini udah malam." jawab Bian.

Demi apapun jam 8 itu masih terlalu dini untuk disebut malam.

"Yaudah, makasih ya Dok untuk malam ini." ucap Hanin tulus.

"Gak usah berterima kasih, saya sudah bosan mendengar ucapan itu dari orang-orang yang ditunjukkan pada saya." Ucap Bian dengan senyum menawan yang mampun meluluhkan hati para perempuan di luaran sana. Namun bagi Hanin itu adalah jenis senyuman iblis yang penuh dengan kesombongan.

Hanin melepaskan seatbelt dan hendak membuka pintu mobil, tapi rupanya pintu mobil masih terkunci.

"Dok buka pintunya." ucap Hanin.

"Kamu mau saya bukain kaya di novel-novel gitu?" tanya Bian sambil tersenyum miring.

Hanin hanya memutar bola matanya malas. "Maksud saya kuncinya. Ini pintu gak bisa dibuka."

"Pintunya rusak kali Nin. Wahh kamu harus bermalam di dalam mobil ini sepertinya Nin." ujar Bian dengan serius.

Hanin menghelas napas. Laki-laki ini begitu kekanakan ia pikir Hanin anak kecil apa? Masa iya pintu tiba-tiba rusak, nggak masuk akal!

"Dok saya bukan anak-anak yang bisa dibohongi." kata Hanin.

Bian tergelak mendengar ucapan Hanin. Dan Hanin? Ia merasa aneh dengan Bian yang entah menertawakan apa? Padahal menurutnya tidak ada yang lucu disini. Bian memang receh!

Klik

Bian membuka kunci pintu mobilnya.

"Selamat malam Dok." pamit Hanin sambil membuka pintu mobil.

"Nin." panggil Bian.

Hanin menoleh. Posisinya masih duduk namun satu kakinya sudah berada di luar mobil.

"Besok kamu shift berapa?" tanya Bian.

"Pagi Dok." jawab Hanin.

"Oke saya antar." kata Bian.

"Lho? Dokter besok kan Minggu berarti gak ada jadwal?" tanya Hanin.

"Saya kan cuma bilang mau antar kamu, bukan mau praktek." kata Bian.

Hanin berpikir sejenak. Lumayan sih kalau ada yang nganter. Bensinnya irit.

"Oke deh. Saya masuknya jam 7 lho Dok. Awas kalau telat!" ancam Hanin.

"Baik-baik Nyonya." kata Bian sambil terkekeh.

Hanin pun segera keluar dari mobil Bian.

"See you tomorrow Nin." ucap Bian.

"See you." balas Hanin dan menutupkan pintu mobil.

Hanin memperhatikan mobil Bian yang bergerak menjauh. Setelah mobilnya hilang dari pandangan Hanin pun masuk ke dalam rumahnya dengan senyum merekah di wajahnya. Hanin tidak mengerti apa yang dia rasakan, namun ia hanya ingin tersenyum saja.

***

Keesokan harinya Bian menepati janjinya yang akan mengantar Hanin ke rumah sakit. Tak tanggung-tanggung pukul setengah enam pagi dia sudah stand by di rumah Hanin. Bahkan Hanin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Bian yang sudah merecoki ayahnya di taman belakang pagi-pagi begini.

Rencana [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang