Selamat sore, semoga kalian selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan ya:)
Maaf yang sebesar-besarnya karena telat banget 😥
Semoga para readers nya tetap bertahan di story ini, heheheheOh ya, jaga kesehatan ya teman-teman, stay safe, stay home, and stay with me eh? 😂😂
Oke deh, happy reading ❤️
"Hanin!"
Teriakan di belakangnya membuat langkah Hanin terhenti. Ia berbalik dan menatap orang yang sedang setengah berlari menuju arahnya.
Hanin mengernyit ketika mengetahui siapa orang itu.
"Kamu jalan cepet banget sih." gerutu Bian ketika sudah berdiri di depan Hanin.
Ia mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan gara-gara mengejar Hanin ke basemant rumah sakit.
"Ada apa Dok?" tanya Hanin waspada.
"Saya minta nomor kamu." jawab Bian.
Hanin mengedip-ngedipkan bulu matanya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Ini gak salah kan? Apa iya shift pagi membuat telinganya bermasalah? Tapi itu gak mungkin, kalau shift malam sih Hanin bisa mengerti.
"Kemarin otak kamu yang sepertinya bermasalah. Sekarang telinga kamu juga?" ucap Bian dengan sarkastik.
Hanin menghembuskan napasnya kesal. Tadi beneran dia kan yang minta nomornya?
"Saya lelah Dok mau istirahat. Debatnya ditunda kapan-kapan aja ya." ucap Hanin sambil berbalik hendak pergi.
Namun cekalan di tangannya membuat dia kembali menoleh.
"Gak ada kapan-kapan karena ini terakhir kalinya saya berbicara diluar pekerjaan dengan kamu." ucapnya.
Hanin mengangkat kedua alisnya.
"Yaudah saya juga berpikiran yang sama untuk mengakhiri percakapan gak penting ini." ujar Hanin.
Hanin menoleh sekilas ke arah pergelangan tangannya yang masih dipegang Bian. Menyadari hal itu seketika Bian melepaskan genggamannya.
"Mana nomor telepon kamu?" ulang Bian.
"Untuk apa sih Dok? Kan Dokter sendiri yang bilang ini terakhir kalinya percakapan pribadi kita. Nah sekarang Dokter malah minta nomor saya." ujar Hanin.
"Kamu jangan geer dulu Hanin. Saya minta nomor telepon kamu karena Carroline yang minta!" ucap Bian dengan menyunggingkan senyum meremehkannya.
Hanin menghembuskan kembali napasnya kesal. Laki-laki ini benar-benar godaan baginya. Lihat wajah tampan nan songongnya itu, membuat Hanin ingin menenggelamkannya ke Samudera Atlantik.
"085320123987" Hanin menyebutkan nomornya dengan malas.
"Okay sudah saya simpan." ucap Bian.
Hanin pun berbalik hendak meninggalkan Bian.
"Hanin." panggil Bian lagi, dan Hanin pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh.
"Lain kali, kalau mau pulang cuci dulu mukanya ya. Saya takut pasien yang hendak kesini pulang lagi gara-gara melihat wajah pegawai rumah sakit yang kunyu seperti kamu." ucap Bian.
Hanin menggeram tertahan, wajahnya segini masih lumayan lho kalau dibandingkan wajahnya yang pulang shift malam. Sabar Hanin, sabar. Ia melafalkan itu dalam hatinya.
"Dokter!" Hanin berbalik dan melihat ke arah Bian yang berada 3 langkah di depannya.
"Lain kali kalau ngomong itu di filter dulu ya. Saya takut pasien yang hendak kesini pulang lagi gara-gara bahasa Dokternya yang membuat sakit telinga." ucap Hanin sambil tersenyum miring dan pergi meninggalkan Bian yang sedang menatap tajam ke arahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rencana [Telah Terbit]
Romance"Terlalu percaya diri itu gak baik Dok. Ntar over dosis lho" 💫Pemesanan : Whatsapp : 0818331696 Web : www.novelindopublishing.com/ Instagram : @novelindo_publishing @tarilegistia Enjoy with my story ❤