Chapter 6: Tinggal Bersama

252 18 0
                                    

"Udah ayo masuk!" Winwin berjalan meninggalkan Yuta terbahak di belakang.

***

Yuta berjalan setengah ragu di belakang Winwin. Interior ruang tamu yang ia lewati tak jauh beda dengan kesan di luar rumah. Putih, abu-abu, dan hitam mewarnai seluruh perabotan. Namun, daripada terlihat formal dan dingin, Winwin menata rumahnya dengan perabotan modern yang tetap cantik sehingga warna dasar tadi justru menimbukan kesan bersih dan rapi. Sedikit elegan dan misterius seperti Winwin mungkin, pikir Yuta.

Setelah ruang tamu kecil di bagian depan, mereka melewati ruang tengah. Sebagian orang menyebut ruangan ini sebagai ruang keluarga tapi Yuta kira menyebutnya ruang tengah lebih tepat. Karena Winwin belum berkeluarga, mungkin? Ten yang sudah melepas jaketnya duduk selonjor di sofa utama. Yuta yakin 100% Ten pasti sering ke sini melihat sikapnya yang tak jauh beda dengan tuan rumah dan reaksi Winwin biasa saja melihatnya. Gadis itu menonton film di televisi sambil menyendok es krim, tanpa sedikitpun melirik mereka. Mereka berjalan melewati satu set alat gym rumah saat suara perempuan paruh baya menyapa Winwin dari arah daput.

"Winwin sayang, dari mana saja kamu nak?" Perempuan pertengahan 60-an berambut keputihan jalan mendekat dan memeluk Winwin erat.

"Aku lupa menghubungi Bibi ya. Maaf." Winwin balas memeluk wanita itu. Mereka nampak sangat akrab sehingga sedikit-banyak Yuta berpikir pelukan itu akan bertahan lama. Tidak hingga mata bibi itu bertemu dengan pandangannya.

"Siapa tuan muda ini, Sayang?"

"Yut.."

"Namanya Nakamoto Yuta, Bi. Mulai hari ini dia tingaal di sini." Winwin memotong Yuta yang tentu ingin meralat panggilan untuknya. Pelukan kedua wanita itu terlepas seiring langkah perempuan yang lebih tua mendekati Yuta. Pemuda itu sudah bersiap mendapat penolakan atau setidaknya sedikit reaksi tidak suka dari bibi. Namun, yang ia lihat hanyalah senyum lebar di wajah keriput wanita itu. "Yuta, ini Bibi Sooyeon."

"Ah selamat pagi. Saya Yuta." Yuta memperkenalkan dirinya canggung.

"Pacar Nona Winwin, ya? Tampan sekali." Tangan Bibi Soo menepuk kedua pipi laki-laki itu. Matanya lekat memandang Yuta. Walau bibi tetap tersenyum, Yuta tetap merasa mata Bibi Soo memindai dirinya teliti.

"Cuma teman, Bi." Bibi Soo melepaskan tangannya dari pipi Yuta, memandang tidak percaya pada sang nona rumah. "Paman Ahn sudah minta Bibi membersihkan kamar atas, kan? Aku antar Yuta dulu ya Bi." Winwin berjalan cepat menuju tangga utama di dekat ruang tengah tanpa menunggu. Yuta mengikutinya setelah mengangguk kecil pada Bibi Soo yang berteriak penuh semangat, "Bibi akan masak makanan spesial, malam ini!"

*

"Oke, jadi ini kamarmu. Kamarku di paling ujung sana. Trus kamar tengah itu sebenernya ruang kerjaku tapi Ten lebih sering tidur di situ daripada aku," ujar Winwin membuka pintu paling dekat dari tangga, menampilkan kamar putih berperabot lengkap yang terlihat jarang tersentuh. Walaupun tidak terpakai, Winwin tahu Bibi Soo rajin membersihkannya jadi kamar ini tetap layak huni. 

Yuta mengikuti Winwin masuk ke kamar. Ia tidak membawa banyak barang dari apartemen selain satu koper sedang dan tas ransel. Keduanya sekarang tergeletak begitu saja di dekat kasur. Tangannya menyibak gorden tipis yang menutupi jendela besar dan pintu geser yang mengarah ke beranda. Meja dan kursi pantai berjejer rapi di antara pot tanaman hias yang mengelilingi beranda. Yuta jadi penasaran rumah ini penuh tanaman karena Winwin suka berkebun atau sekadar kerjaan Paman Ahn saja.

"Ngomong-ngomong kenapa kamar ini kosong? Sayang banget padahal isinya lengkap," celetuk pria Jepang itu penasaran.

Winwin terhenyak sedikit sebelum berkata, "Entah. Aku beli rumah ini waktu masih satu lantai. Begitu aku ajak Paman Ahn dan Bibi Soo kerja di sini, baru lantai dua dibangun. Niatnya sih supaya mereka tidur di atas tapi ya gitu. Mereka lebih milih tidur di kamar bawah."

Yuta balas mengangguk. Ia menarik koper ke depan lemari berniat mulai merapikan bawaannya sebelum Winwin berseru menyela.

"Ah benar! Kamu butuh baju kerja buat besok."

Sesuai perjanjian yang masih tidak Ten akui itu, Winwin harus memberi pekerjaan kepada Yuta. Si mantan OB tidak mungkin tetap bekerja di kantor Mr. Dong mengingat kekuasaan yang pria paruh baya itu miliki. Bahkan mungkin sekarang Yuta sudah menjadi buronan atas tuduhan penculikan puteri semata wayangnya. Jangan remehkan CCTV Dongs Enterprise.

"Eh? Baju formal kan? Aku punya beberapa..." Walaupun dia OB, jangan kira baju Yuta hanya terdiri dari kaos ya.

"Tidak tidak. Harus yang sesuai. Oke! Ikut aku sekarang." Winwin menarik tangan Yuta cepat keluar dari kamar. Ia menyempatkan diri mengambil dompet yang tergeletak di meja dapur. Tapi tidak susah-susah berpamitan pada Ten. Persahabatan yang tidak biasa, pikir Yuta. Keduanya sama-sama tidak saling perhatian tapi tetap peduli tanpa diperlihatkan jelas.

"Nona Winwin mau ke mana?" Pria paruh baya yang belum Yuta kenal menghentikan langkah mereka.

"Pak Song. Aku pergi sebentar. Tenang-tenang tidak usah diantar." Winwin tidak mengenalkan Yuta pada pria itu, Pak Song, jadi dia cuma mengangguk sopan.

"Hati-hati Non," pesan Pak Song sambil mengambil kunci mobil yang tergantung di pintu belakang dan memberikannya ke Winwin.

"Daaah Pak Song," teriaknya saat keluar rumah dari pintu belakang di dekat dapur. Pintu itu mengarah ke garasi. Dua mobil terparkir di sana, Coupe Silver milik Ten yang tadi pagi menjemput mereka dan Fiat putih yang sekarang Winwin tuju. Belum sempat gadis itu membuka mobil, Yuta menyelanya.

"Biar aku yang menyetir." Tidak pantas bukan seorang Winwin menyopirinya.

"Oh? Boleh. Nih," balas Winwin agak terkejut menyerahkan kuncinya. "Kamu bisa bawa mobil?" Yuta mengambil alih kemudi, sedangkan Winwin duduk di sebelahnya.

"Ya bisalah. Akupernah jadi valet dulu. Bikin SIM juga di sini," ujar Yuta mengeluarkan mobildari garasi.

***

Make Your Day || YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang