Chapter 33: Tahap Kelima dari Kesedihan: Penerimaan

80 10 0
                                    


"Nakamoto Yuta jadi resign?"

"Oh, Yuta dari supporting? Yah, sedih."

"Iya padahal dia banyak bantuin kita syuting kan..."

Winwin menghela napas diam-diam saat mendengar obrolan karyawan yang berdiri di depannya. Lift yang sempit membuat telinganya tidak punya pilihan selain tanpa sengaja menguping obrolan tadi.

Sialnya, topik obrolan itu sangat ia hindari.

Hari ini, Winwin yang gencatan senjata akhirnya mau berangkat ke kantor lagi bersama Yuta. Walau dia diam saja sepanjang perjalanan, ini cukup menjadi progres dari kemarahan Winwin tempo hari.

Sejalan dengan amarahnya yang mereda setelah dengar penjelasan Yuta, Winwin mau-tidak mau harus memproses surat pengunduran diri itu. Toh cepat atau lambat harus dilakukan sebelum Winwin kembali marah dan tidak merelakan Yuta terbang ke Jepang.

Siang ini, berkas pengunduran diri Yuta bertanda tangan Winwin telah berakhir di meja kerja Kun. Kepala HRD itu tinggal memprosesnya lebih lanjut dan Yuta resmi mengundurkan diri.

Keluar dari bagian supporting. Menjauh dari kehidupan Winwin secara fisik. Pergi dari Seoul menuju negara lain di seberang laut.

Duh, rasanya Winwin ingin menangis lagi.

Tidak tidak. Dia sudah bertekad membiarkan Yuta pergi. Walaupun sedih dan masih berusaha menerima, setidaknya Winwin harus berhenti menangis. Kalau tidak, ia akan semakin sulit merelakan Yuta.

"Win..."

Winwin mendongkak kaget mendengar namanya dipanggil ekstra hati-hati. Kelihatannya ia berjalan ke ruangan sambil melamun. Untung Doyoung memanggilnya sehingga Winwin tidak salah melangkah apalagi menabrak pintu.

"Hei, Kak Doyoung." Winwin mengukir senyum kecil di akhir kalimat. Senyum yang tentu tidak diikuti sinar di matanya.

"Aku dengar dari Ten. Katanya, Yuta mau pergi ke Jepang, ya? Jadi pemain bola?" tanya sekretaris itu ragu. Winwin mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Kak Win nggak papa?" celetuk Xiaojun.

Winwin tidak punya pilihan selain menjawab, "Yah, berusaha nggak papa."

Xiaojun terlihat ingin menyahut lagi tapi tangan Doyoung memegang pundak laki-laki itu, membuatnya urung bertanya. Mereka hanya sanggup mengangguk kecil pada Winwin yang pamit masuk ke ruangannya.

"Kasihan Winwin," bisik Doyoung pada rekan sekretarisnya itu.

***

Winwin menghela napas lagi untuk ke ratusan kalinya hari ini. Dia sudah berusaha menyibukkan diri tapi semua sia-sia. Perasaannya tetap sedih.

Beruntung Winwin berpikir dengan otak. Kalau dengan hatinya, pekerjaan hari ini dijamin tidak selesai.

Winwin melirik ke jam dinding besar di belakangnya. Oh, waktunya pulang. Tapi beda dari hari biasa, jam pulang kantor tidak membuat Winwin senang sekarang. Ini karena artinya Winwin tidak punya hal lain yang mengusik pikirannya dari kepindahan Yuta.

Merasa tidak punya pilihan, Winwin pun melangkah keluar. Dilihatnya karyawan lain mulai bersiap pulang. Sesekali mereka menyapa Winwin dan langsung ia balas senyum kecil.

"Winwin!"

Panggilan itu membuat Winwin menoleh ke arah suara. Matanya bertemu dengan sosok Hendery yang setengah berlari keluar lift.

"Hendery? Ada masalah apa?" tanya Winwin ke Hendery yang sedikit terengah.

"Oh, nggak ada hal urgen sih," balas laki-laki itu. "Aku sama tim supporting cuma mau ajak kamu, Ten, dan karyawan lain dari lantai empat ke perpisahannya Yuta. Acaranya cuma di kantin jadi semua orang bebas ikut!"

Make Your Day || YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang