Chapter 26: Confession

91 10 1
                                    


"Dong Winwin. Aku mau kita putus. Aku mau hubungan bohong ini berakhir."

Winwin menatap wajah tanpa ekspresi laki-laki di depannya. Dia tidak tahu harus membalas apa. Sempat terbersit pikiran untuk balas mengejek, tapi raut muka Yuta sangat serius membuatnya mengurungkan niat tadi.

Yuta pasti bercanda. Yuta bercanda kan?

Sejak kapan Yuta jago acting. Yuta kan pemain bola bukan aktor.

Tapi kenapa dia terlihat sangat yakin?

Perlahan, air mata berkumpul di sudut mata gadis Dong. Mau Yuta bercanda atau serius, tidak pernah Winwin memikirkan Yuta tiba-tiba menghilang dan berhenti menjadi patnernya. Patner sebagai pacar bohongan. Patner kerja. Patner serumah. Apapun itu. Ucapan tadi membuatnya berpikir buruk.

"Win," panggil Yuta lembut. 

Tangannya meraih tangan kanan Winwin. Gadis itu menundukkan pandangannya menatap trotoar di depan kantor sang ayah. Ia tidak berani menatap Yuta atau tangisnya akan pecah.

Tanpa Winwin sadari, Yuta meraih benda di saku celana yang ia bawa dari rumah. Gadis itu baru mendongkak Ketika sebuah benda dingin menyentuh telapak tangannya.

Sebuah medali emas Yuta letakkan di sana. Gambar bola dan sepatu terukir di permukaannya.

"Aku mau kita berhenti pacaran bohongan, Win. Aku mau kita pacaran sungguhan."

Seketika mata Winwin terbelalak kaget. Mulutnya sedikit terbuka berusaha mengatakan sesuatu tapi tidak ada yang bisa ia ucapkan.

"Ini medali man of the match dari pertandingan tadi. Medali ini untukmu, Win. Tanpa kamu aku enggak mungkin mendapatkan medali ini."

"Aku mungkin mvp pertandingan tadi. Tapi kamu adalah the most valueable person bagiku."

"Maukah kamu menjadikan aku mvp-mu, Win?"

Yuta terdiam, memberi waktu Winwin mencerna semua perkataannya barusan. Tapi melihat gadis itu tak kunjung bicara, Yuta pun perlahan memegang kedua pipi Winwin dan mengarahkan pandangan gadis itu padanya.

"Hei, jangan nangis." Yuta yang sekarang gentian panik. Bukan cintanya disambut Winwin, adanya malah ia membuat gadis itu menangis. "Win, berhenti menangis. Malu sama Mr. Dong masa kamu nangis di depan kantornya."

Yuta menarik Winwin ke dekapannya. Hangat. Hatinya terasa hangat. Semoga Winwin juga merasakan kehangatan ini.

"Awww!"

Bukan kehangatan, tapi pukulan yang Yuta rasakan.

"Winwin, sakit. Aduh!"

"Sukurin! Siapa suruh kamu sok-sokan bilang kayak tadi. Kenapa harus akting segala sih? Aku pikir kamu mau pergi..." Kelelahan, Winwin menghentikan pukulannya pada Yuta. Ia sudah tidak menangis tapi bekas air mata masih tercetak jelas di mata sembabnya.

"Maaf deh, aku kan bercanda. Nggak nggak lagi kok. Beneran!" Yuta buru-buru meralat ucapannya setelah mendapat pelototan Winwin.

"Tapi aku nggak bercanda soal pertanyaanku tadi. Aku bolehkan Win jadi mvp-mu?"

"Iya! Kamu adalah mvp-ku dan medali ini buatku. Karena kamu udah nggak punya medali lagi, sana tanding yang banyak ikut turnamen sampai kamu menang medali emas. Nah, baru medali itu buatmu."

Yuta terkekeh kecil tapi tak ayal mengangguk.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu bawa aku ke sini? Pakai sok-sokan jalan malam biar nggak kekenyangan lagi."

"Karena di sini tempat kita pertama ketemu," sahut Yuta mengendikkan kepala ke kantor Mr. Dong. "Bukan di sini sih. Tepatnya di tangga darurat kantor Mr. Dong. Aku ingin kita memulai hubungan ini dari awal."

"Oke. Kalau gitu...."

Winwin menyodorkan tangan ke arah Yuta. Mengisyaratkan laki-laki itu untuk menjabat tangannya.

"Hai, namaku Dong Winwin, mvp-mu."

Yuta membalas jabatan tangan Winwin sambal menyungging senyum lebar.

"Aku Nakamoto Yuta, mvp-mu. Salam kenal."

Sedetik kemudian, jabatan di tangan Winwin berganti menjadi pelukan paling hangat dari pria yang paling berharga baginya.

"Aku sayang kamu, Win."

*

Make Your Day || YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang