Chapter 3: Ten

337 31 1
                                    


"Ten buruan!"

"Damn it, Win! Aku pake high heels nih."

"I know. Udah jalan cepet aja. Jangan ribut."

Seminggu berlalu sejak Winwin menjadi orang paling buruk di dunia karena ayah kandungnya. Sudah seminggu juga sejak ia berlagak seperti penjahat buronan. Kaburnya Winwin dari kantor Mr. Dong berbuah pahit dengan keberadaan bodyguard bawahan yang setia menunggu di depan kantornya, siap membawa Winwin kembali ke hadapan sang ayah. Mr. Dong dan kekuasaannya.

Winwin cukup beruntung. Hanya orang terdekat yang tahu alamat rumahnya. Ini membuat dia sedikit aman dari kejaran tangan kanan Mr. Dong. Tapi kantor konsultan yang ia dirikan ini adalah tempat umum yang bebas diakses siapa saja.

"Sumpah ya, Win. Mereka udah ada di depan kantor seminggu. Kita udah diem di kantor seminggu. Keluar kalo mau pulang doang dan itupun naik mobil. Betah banget sih!" keluh Ten, asisten sekaligus sahabat yang paling tahu seluk-beluk kehidupan Winwin termasuk perseteruannya dengan sang ayah.

"Mereka bukan orang sembarangan, Ten. Ayahku pasti cari orang terbaik buat puteri kesayangannya ini." Nada mengejek keluar dari bibirnya. Pembicaraan mereka terhenti saat membuka pintu McDonald, waralaba fastfood favorit mereka.

"Win, cari kursi deh. Gue pesenin."

"Oke. Menu biasa tambah McFlurry."

Winwin berkeliling mencari kursi kosong dan duduk.

*

McD sangat ramai di jam makan siang. Antrian panjang membuat Ten bosan dan memilih mengeluarkan ponsel. Video workout yang ia tonton serius membuat Ten tidak sadar antrian bergerak maju. Hingga seorang tinggi tiba-tiba berbaris di depannya.

"Hei antri tuh yang bener!" Ten menghardik pria perebut antrian di depannya. "Asal motong antrian orang gitu aja."

Orang di depan Ten yang berbadan tinggi tadi berbalik.

"Oops sorry. I don't see you there. Gue pikir lo lagi berdiri main Hp, so.." Eye smile dan senyum jahil nampak di wajah orang itu. Kemeja putih berpadu jaket biker kulit menguarkan aura maskulin kental. Sayang, Ten tidak peduli.

"How dare you..."

"Silahkan, ada yang bisa saja bantu?" Suara pelayan memotong ucapan Ten. Senyum pria itu bertambah lebar makin membuat Ten kesal.

"Talk to you later, lil bean." Pria itu sempat membalik tubuh menghadap kasir, sebelum ia kembali berbalik ke arah Ten dan berkata, "I'm Johnny." Gadis itu hanya memutar mata kesal.

*

Brak! Ten membanting nampan yang ia bawa di depan Winwin. Kekesalan pada laki-laki tinggi bernama Johnnya tadi jelas merupakan penyebabnya.

"Ten! Apaan sih kasar banget."

"Ahh Win, gue marah banget gila. Tadi gue lagi ngantri kan, trus tiba-tiba ada orang motong antrian gue gitu aja dong. He literally stood in front of me, called me lil bean, dan nggak keliatan bersalah sama sekali."

"Santai deh Ten." Winwin membiarkan Ten menyesap colanya, mengigit burger dan kenrang yang ia makan brutal.

"Anyway, gue kesel, marah, murka!"

Winwin tertawa. "Nah, I think it just a new method of flirting."

"Big no! Ew that dude is.."

"Hey." Suara laki-laki menginterupsi omelan Ten. Umpatan keluar dari bibir perempuan pendek itu melihat perusak mood-nya kini ada di dekat mereka. Dia bahkan duduk di kursi sebelahnya!

"Um hey." Winwin merasa setengah geli setengah kasihan pada Ten. See, this guy must be flirting with Ten. She knew it. Tapi kasihan sih. Sahabatnya ini sangat acuh pada hal semacam itu. Ten tipe perempuan milenial yang lebih fokus ke kehidupannya dan jarang memperhatikan masalah cinta. Di usia seperempat abad, sebagai perempuan single, menikah adalah pikiran kesekian ketimbang deadline pekerjaan di kantor.

"I'm Johnny."

Winwin menyambut jabat tangan laki-laki penuh percaya diri itu. "Aku Winwin."

"How 'bout your name, lil bean?" Johnny mengarahkan pandang ke Ten yang asik makan tidak mempedulikannya.

"Don't talk with stranger," balasnya acuh.

"Ten!" Winwin menghardik ketidakpedulian sahabatnya. Ten boleh tidak suka pada Johnny, tapi lama-lama sifatnya menyebalkan.

Johnny tersenyum. "I actually have to go now. Senang berkenalan dengan kalian." Ia berdiri dari kursi. "See you, Winwin Ten."

***

"Ten! Tungguin aku. Aku minta maaf." Winwin berjalan cepat berusaha menyamai langkah si tukang ngambek. Agaknya kejadian bahwa Johnny tahu namanya membuat ia kesal.

"I accept your apology. Tapi gue masih marah. Sekarang orang itu tahu nama gue, Win. Besok-besok apa?" Oke Ten dan paranoidnya.

"Stop overthinking deh Ten. Kalian mungkin enggak ketemu lagi. Dia cuma seorang Johnny."

"Aku tahu, tapi tetep aja..."

"Miss Dong." Sial. Winwin baru sebentar menurunkan kewaspadaannya demi berdebat dengan Ten dan sekarang dua pria besar berjas hitam menghadang jalannya.

"Kenapa?" Winwin bertanya ketus walau jauh dalam hati ia tahu apa yang akan keluar dari bibir mereka.

"Mr. Dong ingin menemui anda. Beliau meminta anda ikut kami sekarang."

Miss Dong. Sudah berapa lama ia tidak mendengar panggilan itu. Mendengarnya dari pria-pria ini membuat Winwin geli.

"Berangkat sekarang kalo gitu. Don't wannabe late, right?"

Winwin melambaikan tangan singkat pada Ten. Ia menatap Ten berharap gadis pendek itu paham kalau ia tidak apa-apa. Apa aku benar-benar tidak apa-apa? Well, Winwin tidak tahu. Ia hanya berusaha terlihat oke.

Ten menatap mobil sedan membawa Winwin pergi. "Hah." Ia menghela napas pasrah.

Make Your Day || YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang