Part 1.

67 3 0
                                    

Banyak hal yang bisa kita ketahui didunia ini, kadang apa yang kita pikirkan tidak semuanya berjalan dengan baik. Mata monolid itu menatap dari balik kaca cafe seorang gadis berkuncir kuda yang sibuk menulis kata demi kata yang dia lihat dari ponsel jadulnya. Matanya teralih saat ponselnya menampilkan sebuah pesan dari seseorang.

Eomma : Dimana kau

Eomma : Ibu datang ke kantor mu, tapi kenapa kau tidak ada disini

Melirik ke arah jam tangannya, waktu sudah masuk jam makan malam. Tapi kenapa ibunya datang ke kantor? Tidak biasanya. Tidak berniat membalas pesan dari ibunya, dia kembali mengalihkan pandangannya pada gadis yang sedari tadi ia perhatikan.

Wajah mulus dan putih gadisnya terlihat sangat serius. Gadisnya? Dia terkekeh pelan, dia sudah seperti orang gila. Tangannya terulur mengambil cup kopi dan menyesap pelan, rasa pahit mendominasi lidah nya. Pandangannya tidak teralih sama sekali dari wajah gadis yang sudah membuatnya tertarik dua tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu mereka bertemu, dan dia mulai tertarik dengan gadis itu. Mungkin gadis itu sudah melupakannya, tapi tidak dengan pria tampan itu. Selama dua tahun itu dia mencari segala informasi yang berkaitan dengan gadis itu. Dan ya, dia sekarang tau segalanya tentang gadis itu.

"Tuan Park" pria yang dipanggil tuan itu menatap asisten pribadi nya.

"Ada apa?" tanya nya.

"Nyonya Park menelpon" pria berbalut jas hitam itu menyodorkan handpone miliknya.

"Ada apa?"

"Yak Park Jihoon! Kenapa kau tidak membalas pesan Ibu"
Jihoon menjauhkan ponsel hitam milik asistennya saat mendengar suara cempreng milik ibunya.

"Aku sedang ada rapat diluar Bu" Jihoon menatap kembali gadis bermbut panjang itu. Sepertinya dia sudah akan pergi.

"Setidaknya balas pesan Ibu"

"Ada apa Bu, langsung saja. Aku masih ada urusan"

"Ck, apa kau lupa. Hari ini ulangtahun adikmu, kau harus datan Jihoon. Joon sangat ingin kau datang"

"Aku tidak lupa, aku akan segera pulang" Jihoon mematikan telponnya dan bangkit dari duduknya.

Jihoon mengembalikan ponsel milik asistennya, "Suruh bodyguard untuk mengikuti gadis itu, jangan sampai ada sesuatu yang terjadi padanya. Jika dia kenapa-napa, kau tau apa yang akan terjadi pada mu Junkyu"

"Baik Tuan" Junkyu membungkukkan badannya.

Jihoon berjalan mendahului, Junkyu mengikuti dari belakang. "Ah iya, apa kau sudah membeli barang yang kusuruh?"

"Sudah Tuan, saya sudah menaruhnya di mobil anda" jihoon mengngguk. Dia tidak mau jika ibunya yang cerewet mengetahui kalau dia sedang tidak rapat seperti apa yang dia bilang. Jihoon melajukan mobilnya dengan cepat agar bisa lebih dulu sampai rumah sebelum ibunya.

--------------------------------------------------------------

"Kau baru pulang?"

Seorang wanita paruh baya mendekat kearah putri asuhnya. Tangan keriputnya membelai pipi gadis yang sudah dia asuh sejak bayi itu.

"Aku harus mengerjakan tugas ku dulu, baru aku bisa pulang"

Wanita paruh baya itu tersenyum, "Kalau begitu ayo kita makan, kau pasti belum makan"

"Tidak usah Eomma, aku sudah makan diluar tadi. Aku hanya ingin istirahat" wanita paruhbaya itu mengangguk.

Dia segera pergi menuju kamarnya dan membanting tubuhnya di ranjang. Lelah, seluruh tubuhnya pegal-pegal karena pekerjaan paruh waktu yang dia lakukan setiap hari. Dia harus mencari uang untuk menyambung hidup bersama adik-adiknya di panti, dia memang dibesarkan di panti asuhan sejak bayi. Walaupun Ibu asuhnya melarang dirinya untuk bekerja, tetapi gadis berkeperawakan pendek itu merasa harus membantu. Belum lagi masalah ekonomi yang mereka hadapi, jika dia tidak bekerja. Dia dan adik-adiknya akan kelaparan, dia tidak mau itu terjadi.

Gadis itu bangun dari baringnya, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari tas sekolahnya. Dia menghela napasnya, masih kurang padahal bahan makanan yang tersisa sedikit belum lagi pembayaran sekolah dirinya dan adik-adiknya. Apa yang harus dia lakukan?

"Apa aku harus cari pekerjaan lain? Tapi apa?" dia menghela napasnya, "Astaga, kenapa hidup didunia ini sangat mahal. Bukan kah tuhan menciptakan dunia ini secara cuma-cuma, tapi kenapa biaya hidup di bumi sangat mahal"

"Kau tidak boleh menyerah Choi Shira, kau pasti bisa. Aku harus mencari pekerja besok setelah pulang sekolah" Shira berjalan kearah kamar mandi, dia butuh membersihkan dirinya agar pikirannya tenang.

--------------------------------------------------------------

Tepuk tangan terdengar saat anak kecil yang baru saja berumur lima tahun itu meniup lilinnya. Joon tersenyum senang saat kedua orang tuanya memberikan sebuah ciuman dikedua pipinya. Jihoon tersenyum menatap sang adik yang terlihat sangat bahagia, Jihoon mendekat dan menyodorkan sebuah tote bag di hadapan Joon.

"Saeng-il chugha" Joon tersenyum saat kakaknya itu memberikannya sebuah kado mainan mobil remot kontrol terbaru.

"Hyung kau yang terbaik" Joon memeluk tubuh Jihoon erat. Jihoon mengelus kepala adiknya, "Umur mu sudah lima tahun, kau tidak boleh lagi menangis saat tengah malam"

Joon mengangguk, "Tentu saja, aku sudah besar" Jihoon kembali mengelus kepala adiknya. Jihoon menjauh dan membiarkan Joon bermain dengan teman-temannya.

"Bagaimana?" Jihoon mendekat ke arah Junkyu. "Bagaimana apanya?" Jihoon memutar bola matanya.

"Bagaimana dengan Choi Shira" Junku mengangguk-anggukan kepalanya, "Gadis itu? Sepertinya dia sedang kesusahan" Jihoon menatap kearah teman sekaligus asistennya itu heran.

"Dia belum membayar uang sekolahnya dan adik-adiknya, aku rasa panti asuhan itu juga akan segera ditutup. Mereka sudah tidak punya dana untuk menampung biaya hidup anak-anak terlantar itu"

"Apa mereka benar benar akan ditutup?" Jukyu mengangkat bahunya, sedangkan mulutnya masih mengunyah makanan. "Itu kan hanya perkiraan ku"

"Jika aku pikir-pikir, ini waktu yang tepat untuk kau bertemu dengannya Hoon. Mau sampai kapan kau memperhatikannya seperti seorang penguntit" Jihoon terdiam.

Apa ini waktu yang tepat, apa tidak terlalu cepat untuk bertemu dengannya. "Ini sudah dua tahun, dan kau masih berfikir masih terlalu cepat" jawab Junkyu seakan tau apa yang dipikirkan sahabatnya itu.

"Aku rasa kau benar, sudah terlalu lama aku memerhatikan dia dari jauh"

Jihoon menepuk pundak Junkyu, "Tolong urus semua dokumennya, aku mau semua dokumennya ada di kamarku besok" Jihoon berjalan meninggalkan Junkyu yang menatap kesal Jihoon

"Dasar menyebalkan, kenapa tidak dia saja sendiri yang mengurusnya"

"Dasar menyebalkan, kenapa tidak dia saja sendiri yang mengurusnya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai hai hai

Author buat cerita baru nihh, cerita tentang Jihoon Treasure. Yang muncul baru Junkyu nih, member lain nanti juga ada kok.

Jangan lupa like, komen, sama follow author ya!!!

GEOJISMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang