Tubuh yang terbalut piama biru itu menggeliat merasa terganggu. Jihoon membuka matanya ketika seseorang mengguncang kasur tidur nya. Astaga Jihoon tidak bisa tidur jika terus seperti ini. Dia melihat kearah sampingnya, tentu saja penyebabnya adalah teman menyebalkan ya itu.
Jihoon menggerutu kesal saat Junkyu terus bergerak kesana-kemari hingga membuat ranjang nya berbunyi. Astaga ada apa dengan pria itu, apa dia sedang mimpi buruk. Tapi jika dilihat dari wajahnya tidak terlihat jika pria jangkung itu tengah mimpi buruk, bahkan wajah nya terlihat beberapa kali tersenyum. Apa yang sebenarnya pria itu mimpikan.
Jihoon bangun dan beranjak dari kamar Junkyu, itu menjadi penyebab Jihoon tidak ingin tidur dengan sahabat sekaligus asisten pribadi nya itu. Dia terlalu berisik dan banyak tingkah. Jihoon sangat sensitif dengan pergerakan sekecil apapun, Jihoon terlalu mudah bangun karenanya. Dirinya juga bingung sejak kapan kebiasaan itu mulai, maka dari itu dia memilih membangun rumah jauh dari keramaian.
Jihoon meneguk air putih yang dia ambil dari dalam kulkasnya, pria itu mengusap dagunya sebelum pergi menuju kamar nya. Pria itu membuka pintu kamarnya, tidak dikunci. Keningnya berkerut saat melihat gadis kecil nya itu tengah bergelud dengan beberapa buku dihadapannya nya.
"Kau belum tidur" interupsi Jihoon, Shira tersentak kaget mendengar suara Jihoon.
Dia menoleh kebelakang, Jihoon mendekat kearahnya. "Kau belum tidur?" Tanya nya lagi.
"Ya, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang belum sempat aku kerjakan" Shira kembali berkutat dengan soal-soal dibukunya.
"Bukan kah besok hari libur?"
"Memangnya salah jika aku mengerjakan pekerjaan rumah ku walaupun besok libur" Jihoon mengangkat bahunya.
Jihoon memilih untuk memperhatikan gadisnya itu dari tepi ranjang. Terlihat sesekali dia mengerutkan keningnya bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya. Jihoon tersenyum melihat wajah serius nya itu. Pria bermata monolid itu juga baru menyadari kalau piama yang gadis itu kenakan sama persis dengan yang dia pakai sekarang.
Shira menghela napasnya kesal, astaga otak nya benar-benar tidak bisa berfungsi. Bukan kah seharusnya dia mengerti dengan semua yang ada di buku ini. Kini dirinya menyesal tidak meminta bantuan Yoshi untuk mengajarkan pr nya tadi. Dia kembali mencoba memecahkan semua soal soal matematika dengan cara dan pengetahuan yang dia tahu. Dia menghabiskan lebih dari 15 menit untuk mengerjakan semua nya hingga selesai.
"Akhirnya selesai juga" Shira melirik ke arah jam dinding, sudah pukul 1 malam. Dia membereskan semua buku buku nya, meletakkannya kembali kedalam tas sekolahnya.
Shira meregangkan tubuhnya lalu berniat untuk pergi tidur. Dia melihat kearah ranjangnya, ternyata Jihoon sudah terlelap disana.
"Kenapa dia tidur disini?" Gumam nya, dia menaiki ranjang dengan pelan tidak ingin menggangu Jihoon. Dia merebahkan tubuhnya disamping tubuh Jihoon dan memiringkan tubuhnya hingga kedua nya saling berhadapan.
Astaga dia baru menyadari ada beberapa kerutan diwajah pria itu. Tapi walaupun begitu Shira tidak bisa menyangkal kalau pria itu tetap tampan, bahkan saat dia tertidur sekali pun. Shira menggelengkan kepalanya dan memilih untuk memejamkan matanya. Dirinya sangat lelah sekarang.
______________________________________________________
Shira menggerutu kesal saat ada sesuatu yang berhembus dilehernya. Belum lagi bunyi alarm di ponselnya, sangat menggangu tidur nya. Tangannya mencoba mencari letak ponselnya berniat ingin mematikan alarm pagi nya, matanya sama sekali tidak ingin terbuka karena masih ingin melanjutkan tidurnya yang terganggu. Dengan segera Shira mematikan alarm ponselnya dan kembali mencari posisi yang nyaman untuk kembali tidur.
Tapi lagi-lagi dia mendengus kesal saat hembusan napas itu kembali menerpa lehernya. Dan dirinya terpaksa membuka matanya perlahan. Rambut?
Shira kembali mengerjakan matanya, Shira menahan napasnya sejenak saat mengetahui Jihoon yang tertidur sambil memeluknya. Sekarang dia tau dari mana asal hembusan itu berasal.
Shira sedikit menjauhkan tubuh nya dari Jihoon. Tapi tangan Jihoon menahannya, bukannya terlepas malah semakin mengerat. Shira menguap, dirinya masih mengantuk jadi dia memutuskan untuk kembali menutup matanya. Tanpa sadar tangannya memeluk balik tubuh Jihoon yang ada di dekapannya.
"Aku tidak bisa bernapas"
Shira dengan segera melepas pelukannya saat mendengar suara dari dalam dekapannya. Jihoon menyengit tak suka. "Kau mau membunuhku?"
Jihoon mengangkat kepalanya membenarkan posisi baring nya, "aku tau kau tidak ingin menikah dengan ku, tapi bukan seperti ini caranya"
"Aku tidak berniat membuat mu kehabisan napas, lagi pula salah sendiri kenapa kau tidur diranjang ku kemarin" Jihoon berdecih, "ranjang ku" ralat Jihoon.
"Terserah, sudahlah aku ingin tidur jangan ganggu aku" Shira kembali menutup matanya. Tapi baru saja beberapa detik dia menutup matanya, Jihoon mencubit hidungnya hingga dirinya tidak bisa bernapas.
"Ini sudah pagi ayo bangun dan sarapan"
Shira menepuk-nepuk tubuh Jihoon meminta untuk melepaskan cubitan nya pada hidup kecil nya, astaga dia tidak bisa bernapas. Shira mencakar lengan Jihoon hingga meninggalkan bekas kemerahan disana.
"Akhh"
Shira menarik napasnya rakus saat Jihoon melepas cubitannya. Shira mengubah posisi tidur nya menjadi duduk dengan memegang dadanya mengatur napas. Shira menatap marah Jihoon.
"Kau!"
Shira menerjang tubuh Jihoon hingga tubuhnya menimpa perut pria itu. Dia menarik bantal tidurnya dan memukul wajah pria tampan itu dengan kencang. Jihoon terkekeh sembari menutupi wajahnya agar tidak terkena pukulan gadis kecil itu.
"Dasar pria menyebalkan" Jihoon menahan tangan Shira agar gadis itu berhenti memukulinya dengan bantal, napas Shira memburu dengan wajah yang kesal. Berbeda dengan Jihoon yang tampak santai dengan senyum menyebalkan nya.
Jihoon menarik bantal dari tangan Shira dan membuangnya ke lantai. Jihoon menahan tubuh Shira dan bangkit untuk duduk hingga membuat posisi keduanya saling berhadapan dengan Shira dipangkuan nya.
"Aigoo apa gadis ini marah hmm"
Shira memutar bola matanya kesal, dia baru menyadari sekarang kalau dirinya berada di pangkuan pria itu. Shira berniat bangun sebelum tangan Jihoon menahan pinggang nya.
"Mau kemana hmm, bukan kah kau ingin kembali tidur?" Shira berdecak, "tidak jadi, sekarang lepaskan aku sialan" Shira meberontak dari pangkuan Jihoon.
"Jika kau memberontak seperti itu, aku tidak akan melepaskan mu"
"Baiklah sekarang lepaskan aku" kini Shira diam menatap Jihoon yang masih setia dengan senyum gelinya.
"Kau mau mandi bersama ku?" Shira membulatkan mata nya mendengar penuturan Jihoon.
"Dasar pria gila mesum!"
Hai hai hai balik lagi nih yu komen sama vote
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOJISMAL
FanfictionKebohongan hanya akan membuat mu menderita. Kebohongan hanya manis diawal tapi pahit pada akhirnya. Semuanya akan berakhir jika satu kebohongan terungkap. Semua yang bahagia akan bersedih, yang tertawa akan menangis, yang tersenyum akan membisu. Hi...