Tatapannya tidak teralih sama sekali dari wajah tampan seseorang yang duduk disampingnya. Dirinya bingung apa yang sebenarnya terjadi disini. Bagaimana mungkin orang yang membantu nya tadi ada dihadapannya sekarang.
Shira terus-menerus menatap Jihoon dengan tatapan bingung. Bukankah ibu asuhnya bilang dia akan dibawa oleh keluarga barunya, tapi kenapa ada Jihoon disini. Apa dia yang mengadopsi nya. Dia menggeleng, tidak mungkin Jihoon yang mengadopsi nya, lagi pula Jihoon terlihat masih muda dan belum mempunyai istri. Tapi siapa orangtuanya sekarang.
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala nya tanpa bisa dia jawab.
"Apa ada yang aneh di wajahku?" Shira tersadar dari lamunan nya, "tidak ada"
"Lalu kenapa kau terus menatapku seperti itu" ujarnya
"Aku hanya heran, kenapa Ahjusshi bisa ada disini. Ibuku bilang aku sudah diadopsi, tapi kenapa aku malah pergi dengan mu. Lalu, kenapa kau membantuku tadi, apa kau mengenal ku. Apa kau yang mengadopsi ku? Kenapa kau mau aku menjadi anakmu" Shira mengeluarkan semua pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya
Shira mengkerut kan keningnya melihat Jihoon yang terkekeh. "Kenapa kau tertawa, memangnya ada yang aneh dengan pertanyaan ku?"
Jihoon kembali terkekeh, gadis itu sangat penasaran rupanya. "Kau benar, aku yang mengadopsi mu"
"Kenapa? Kenapa Ahjusshi mau mengadopsi ku"
"Biar aku jelaskan, nama ku Park Jihoon dan umur ku masih 21 tahun jadi jangan panggil aku Ahjusshi. Aku mengadopsi mu karena aku ingin. Aku membantu mu tadi karena rasa kemanusiaan saja"
"Ahhh, seperti itu" Shira mengerti sekarang. Jadi Jihoon adalah orang tua angkatnya sekarang.
"Apa aku harus memanggil mu Appa" Jihoon menggeleng, "Oppa"
"Oppa? Tapi kau adalah orang tua angkat ku. Mana bisa aku memanggil mu Oppa, aku bisa dimarahi istri mu"
Jihoon terkekeh, "aku belum menikah" Shira mengkerut kan keningnya.
"Kalau kau belum menikah kenapa kau mengadopsiku? Sebenarnya apa tujuan mu" Jihoon tersenyum mengacak rambut gadis nya.
"Aku akan menjelaskan nya di dalam" Jihoon keluar saat pintu mobil terbuka, Shira belum beranjak turun dari mobil. Dirinya masih berfikir
'Jadi dia punya tujuan lain'
--------------------------------------------------------------
"Ini kamar mu"
Wangi maskulin menyeruak ke dalam hidung nya saat Jihoon membuka pintu kamar didepan nya. Kamarnya sangat luas, bahkan lebih luas dari ruang tamu di panti asuhannya dulu.
"Kau bilang di sini hanya ada dua kamar" Jihoon mengangguk membenarkan.
"Kau juga bilang asisten mu tinggal disini denganmu, berarti ini kamar mu?" Jihoon lagi-lagi mengangguk
"Lalu jika aku tidur disini, kau akan tidur dimana?"
"Aku bisa tidur dengan nya"
Apa dia bermimpi sekarang? Dia tidak menyangka kalau dirinya akan jadi sekaya ini. Melihat apartemen milik Jihoon bisa dia pastikan kalau pria dihadapannya adalah orang kaya. Shira mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Bahkan ranjangnya saja sangat nyaman, dirinya benar-benar beruntung.
"Kau bisa meletakan pakaian mu dilemari"
Jihoon membuka jas dan dasi hitam miliknya hingga menyisakan kemeja putih dan celana panjang berwarna senada dengan jasnya. Membuka kancing lengan kemejanya dan menggulung hingga sikunya.
"Apa aku harus memperkenalkan diriku sendiri? Ahh kurasa tidak perlu, kau pasti sudah mengenal ku"
Jihoon mendekat ke arah Shira dan ikut membaringkan setengah tubuhnya di samping gadis itu. Dia menatap wajah Shira dari samping, dia sangat cantik.
Matanya bulat, bibirnya tipis, rahangnya tegas, rambutnya hitam dan panjang menambah kesan feminim pada gadis itu. Astaga apakah dia manusia? Dia sangat cantik.
"Kenapa kau terus menatapku seperti itu?" Shira menatap balik Jihoon hingga keduanya saling berhadapan.
"Memangnya tidak boleh kalau aku melihat wajahmu" Shira mengangguk "tentu saja boleh, wajah ku cukup cantik walaupun aku baru pulang sekolah" Jihoon terkekeh. Gadis itu punya kepercayaan diri yang tinggi.
"Aku lapar, apa kau punya makanan" Shira menepuk-nepuk perutnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Tentu saja ada"
--------------------------------------------------------------
Shira menutup mulutnya dengan tangannya, dia menatap Jihoon yang ada di sebrangnya. Pria itu tetap tersenyum walaupun gadis didepannya menatap pria itu aneh.
"Menikah?" Jihoon mengangguk, "ya, menikah"
"Aku bahkan belum lulus sekolah, dan kau ingin aku menikah dengan mu"
Shira tak habis pikir dengan pria dihadapannya itu. Bagaimana bisa dia mengajak gadis yang masih sekolah untuk menikah. Shira bahkan tidak pernah berfikir untuk menikah, yang selama ini dia pikirkan hanya bagaimana agar dirinya bisa hidup bersama adik-adiknya di panti asuhan.
"Memangnya salah kalau kita menikah"
"Tentu saja salah, bagaimana jika nanti ada mengetahui nya. Bagaimana kalau teman sekolah ku mengetahui kalau aku sudah menikah dengan pria lajang seperti mu. Bagaimana dengan orang tua mu, apa yang akan mereka pikirkan nanti"
Jihoon menyesap kopi nya lalu menatap Shira, "kau tenang saja, tidak akan ada yang mengetahui nya jika kau dan aku tidak memberi tahu mereka. Orang tua ku? Itu bisa dibicarakan baik-baik, mereka sangat pengertian"
Shira menggelengkan kepalanya, "tidak-tidak aku tidak mau menikah dengan mu" jika saja Shira tau kalau tujuan Jihoon mengadopsi nya hanya karena ingin menikah dengannya, dia tidak akan mau ikut dengan pria itu.
"Bukan kah aku sudah membantu mu tadi?" Shira mengkerut kan keningnya, dia meletakan kertas-kertas yang dia pegang diatas meja dan memasukan kedua tangannya ke dalam kantong hoodie yang dia pakai.
"Kau ingin aku mengganti uang mu?"
"Tidak, aku hanya ingin menikah dengan mu" Shira mendengus, "kau tidak bisa memaksaku"
"Tentu saja aku bisa, kau seharusnya berterima kasih padaku karena aku sudah mau mengadopsi mu dan ingin menjadikan mu istri dari Tuan Park Jihoon" Jihoon kembali menyesap kopi hitam di cangkir nya.
"Ohh, beruntung nya aku" jelas ada nada mengejek dari ucapan nya.
"Kau pasti tau kalau panti asuhan mu akan segera tutup karena kurang donasi dari pada donatur bukan? Aku bisa membantu panti asuhan mu agar rumah tua itu tidak ditutup. Kau tau aku punya banyak uang"
Shira berdecih, "kau mengancam ku eoh"
"Tidak, anggap saja itu imbalan karena aku sudah membantu panti asuhan mu. Bukan kah aku cukup tampan untuk menjadi suami mu"
"Kau terlalu percaya diri Tuan Park"
Ai ai ai
Author up nih, TOLONG TINGGAL KAN JEJAK SEMACAM VOTE ATAU COMEN HEUMM:(
Salam sayang dari istri Haruto^^
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOJISMAL
FanfictionKebohongan hanya akan membuat mu menderita. Kebohongan hanya manis diawal tapi pahit pada akhirnya. Semuanya akan berakhir jika satu kebohongan terungkap. Semua yang bahagia akan bersedih, yang tertawa akan menangis, yang tersenyum akan membisu. Hi...