Part 11.

31 2 0
                                    

Keadaan nya cukup baik untuk beberapa insan disana, mereka berbicya seperti pasangan pada umumnya. Keduanya sesekali tertawa dengan lelucon yang mereka keluarkan. Entah itu lucu atau tidak mereka tidak perduli. Keduanya asik dengan perbincangan mereka tanpa sadar seseorang yang berada disekitar mereka merasa tersingkir kan.

"Kau yang terlalu keterlaluan, seharusnya kau membiarkan Junkyu pergi" Shira terkekeh diakhir kalimatnya.

"Itu bukan salah ku, lagi pula seharusnya dia tidak meninggalkan ku dengan beberapa wanita tua disana. Kau tau aku bahkan harus menahan malu karena mereka memintaku untuk menyuapi mereka"

"Kenapa kau harus malu, itu hal yang terpuji bukan hal yang memalukan" Shira menyuapkan sup kimchi kedalam mulutnya.

"Aku ini CEO PJN ENTERTAINMENT bagaimana jika salah satu karyawan ku melihat ku menyuapkan seorang wanita tua yang tidak ku kenal. Bagaimana dengan reputasi ku" Jihoon mengambil tissue dan mengusap mulut Shira, menghapus noda merah disana.

"Kau sangat mementingkan reputasi mu, dasar pria serakah"

"Oh ya?" Shira mengangguk, "kau serakah, selain serakah kau suka memaksa"

"Memaksa untuk masa depan yang cerah"

"Oh ya?" Jihoon dan Shira tertawa tipis mendengar Shira mengikuti gaya bicara Jihoon.

"Ehem"

Suara itu menghentikan tawa kedua insan itu. Shira menoleh pada gadis yang duduk disampingnya, Aeri. Keduanya tidak banyak bicara, Shira terlalu kaku jika berbicara dengan orang asing. Dia menatap canggung Aeri disampingnya, dia menatap Jihoon seolah mengatakan 'apa yang harus aku lakukan'

Jihoon juga melihat ke arah Aeri, dia melihat raut ketidaksukaan pada wajah nya. Dari wajahnya dia sudah mengatakan kalau dia cemburu dengan kedekatan keduanya, belum lagi sedari tadi tidak ada dari dirinya atau Shira yang mengajaknya berbicara. Keduanya terlalu asik dengan perbincangan mereka hingga melupakan kalau ada seseorang disamping mereka.

"Aeri-ssi jika kau sudah selesai kau bisa pergi, tidak perlu menunggu kami" Shira mencubit telapak tangan Jihoon hingga sang empu meringis.

Aeri menatap Jihoon, Aeri menyadari kalau ucapan yang Jihoon ucapkan terkesan ingin mengusir dirinya. Dia menatap Shira dan Jihoon secara bergantian, keduanya terlihat sangat akrab. Aeri tidak tau hubungan apa yang Jihoon dan Shira miliki. Tapi sepertinya sangat istimewa. Memang sedari tadi Aeri hanya mendengarkan apa yang mereka katakan, tidak ada niatan dirinya untuk memotong ucapan keduanya. Tapi semakin dilihat dirinya semakin tidak suka.

Aeri tersenyum saat Shira menatapnya dengan tatapan bersalah. "Kalian sepertinya sangat dekat, apa kalian berteman"

"Ya, kami berteman"

"Tidak kami berpacaran dan sebentar lagi kami akan menikah" Jihoon menahan telapak tangan Shira mengetahui kalau dia akan mencubitnya kembali, dia menggenggam tangan gadisnya itu erat.

"Kalian akan menikah?" Ragu Aeri. Shira menggaruk kepalanya bingung.

"Apa kalian juga dekat" kini Shira bertanya pada Aeri.

"Ya kami sempat dekat" Aeri menatap Jihoon yang sibuk dengan makanannya dan juga tangan kirinya yang menggenggam telapak tangan Shira.

"Hanya beberapa tahun, sampai aku pindah keluar negeri" Shira mengangguk.

"Kami juga sempat berpa-"

"Shira ayo kita pergi, aku masih harus mengerjakan pekerjaan ku" tanpa menunggu jawaban Shira dia menarik tangan gadis itu meninggalkan Aeri sendiri.

Aeri tersenyum kecut melihat keduanya berjalan menjauh, "sepertinya kau ingin menyembunyikan yang sebenarnya"

"Tenang saja, aku harap aku tidak membocorkan tentang rahasia kita"

--------------------------------------------------------------

Matanya merah menahan kantuk, tubuhnya kaku kerena duduk sedari tadi. Hyunsuk menubruk kan punggung nya pada kursi kerjanya, menghela napas lelah. Dia melirik jam di dinding, sudah pukul 05.42 pagi. Seharian penuh dia tidak beristirahat, comeback nya kali ini benar-benar membuatnya lelah. Terlalu banyak siaran televisi yang mengundang nya untuk sekadar menghadiri reality show.

Hyunsuk menutup kedua matanya, mencoba menetralisir rasa kantuk yang menyerangnya. Kepalanya pening memikirkan masalah-masalah yang dihadapi nya. Tentang keadaan ibunya tengah sakit, ayahnya yang selalu memaksanya untuk mengikuti perintahnya ataupun karirnya.

Hyunsuk seperti boneka bagi ayahnya, dia harus terus mengikuti apa yang ayahnya suruh tanpa boleh menolak. Karir yang dijalaninya hanya semata-mata untuk menutupi sifat bejat ayahnya yang selalu bermain wanita dan mengalihkan semua pada Hyunsuk. Jika ingin Hyunsuk bisa saja melaporkan ayahnya pada polisi akibat tindakan tidak bermoral yang dia lakukan padanya dan ibunya. Tapi lagi-lagi Hyunsuk tidak bisa, dia tidak ingin ibunya Harris menerima hukuman dari ayahnya.

Ayahnya orang yang sangat licik, dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa perduli cara yang dia gunakan benar atau salah. Sejak kecil Hyunsuk selalu dipukul oleh ayahnya, begitu juga ibunya. Ibunya selalu menerima pukulan dari ayahnya setiap ibunya membela Hyunsuk. Tangannya terkepal mengingat itu, dia selalu saja berdoa agar si tua bejat itu mati dengan cepat agar dirinya dan ibunya bisa bebas dari tangan menjijikkan nya itu.

Hyunsuk membuka matanya saat pintu ruangannya terbuka. Seorang wanita muncul dari balik pintu dengan beberapa berkas kerja miliknya. Seo-jin managernya mendekat dan mendudukan dirinya pada kursi di sebrang Hyunsuk.

"Ada apa? Apa orang itu meminta sesuatu lagi?" Ujar Hyunsuk. Seo-jin menghela nafas nya, ada rasa iba melihat Hyunsuk sekarang. Dia tau kalau, comeback nya sekarang sangat meletihkan. Tentu saja itu semua atas kemauan Choi Hyung Lim ayah Hyunsuk.

"Pak Choi meminta mu untuk menerima acara di Daegu, aku sudah mengatakan padanya kalau kau tidak bisa datang tapi ayah mu meminta ku untuk memaksa mu mengikuti nya"

Sudah dia duga, ayahnya yang serakah itu akan selalu memaksanya melakukan apapun yang dia mau. Hyunsuk memang menolak acara reality show yang mengundangnya di daerah Daegu karena menurut nya itu membuat Hyunsuk tidak bisa memantau ibunya dari dekat. Dia tau kalau ini salah satu cara agar Hyunsuk menjauh dari ibunya itu. Dasar gila, setelah pergi dengan wanita lain dia juga ingin memisahkannya dengan sang ibu.

"Apa kau mau aku menolaknya?" Hyunsuk menggeleng, "tidak, aku akan datang"

"Kau yakin?"

"Ya, aku bisa beristirahat dalam perjalanan nanti"

"Baiklah, aku akan mengurus nya" Seo-jin banngkit dari duduknya. Melangkah keluar dari ruangannya.

Hyunsuk mendengus kesal, mengusap wajahnya kasar lalu mengambil ponsel nya.

"Panggil bodyguard tambahan dan suruh mereka untuk menjaga ibuku. Aku harus pergi, jangan sampai orang gila itu masuk atau bahkan menyentuh ibuku" dia segera mematikan ponselnya tanpa peduli orang disebrang sana membalas ucapannya.

Dia melihat foto keluarga nya dimeja kerja. Dia meraihnya, mengusap pelan dan meletakkannya kembali.

'Aku lelah'

'Aku lelah'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GEOJISMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang