Part 10.

26 2 0
                                    

Jihoon mendorong tubuh Aera saat pintu terbuka secara tiba-tiba. Shira menatap kedua insan didepannya kaget. Dia tidak mengetahui kalau ada orang lain di dalam ruangan Jihoon. Astaga dia benar-benar malu sekarang. Seharusnya dia mengetuk pintu dulu sebelum masuk ke dalam ruangan, sekarang dia benar-benar menyesal.

"Maaf, maafkan aku. Aku tidak tau kalau kalian sedang rapat" Shira membungkuk kan badannya meminta maaf, "sekali lagi maafkan aku, aku akan menunggu diluar"

Shira hendak pergi ke luar sebelum Jihoon menahan nya. "Kau tidak perlu keluar, tidak ada lagi yang kami bicarakan. Aera kau boleh pergi" Aera menatap Shira lebih dulu sebelum dia pergi keluar dari ruang kerja Jihoon.

Jihoon menghela napasnya, apa Shira melihatnya. Apa dia melihat kalau dirinya dan Aera berpelukan. Shira menatap menyesal pada Jihoon, dia tidak tau kalau Jihoon sedang ada tamu. Dia terlalu senang mengetahui kalau Jihoon bekerja di perusahaan entertainment. Jihoon memberikan senyum saat melihat tatapan menyesal yang Shira keluarkan.

"Aku tidak tau kalau ada orang lain, Junkyu juga tidak melarang ku. Maafkan aku" ujar Shira menyesal. Jihoon lagi-lagi hanya tersenyum.

Jihoon menarik tubuh Shira kedalam pelukannya. Seperti nya Shira tidak mengetahui apa yang mereka lakukan tadi. Dia lega jika gadis kecilnya itu berfikir kalau Aera hanya rekan kerja nya saja. Dia sedikit khawatir jika Shira melihatnya itu akan merusak kedekatan mereka, padahal baru beberapa hari Shira dan Jihoon bersama. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman lagi.

"Apa kau ada masalah, seperti kau sedang tertekan" Shira mendongak menatap wajah Jihoon. "Tidak ada apa-apa, aku hanya butuh pelukan"

Jujur Jihoon masih sedikit kesal pada dirinya sendiri yang malah membalas pelukan dari mantan kekasihnya itu. Tidak seharusnya dia melakukan itu, apalagi saat dirinya sudah memutuskan untuk melupakan Aera dan memilih membuka hatinya untuk Shira. Dia tidak ingin hubungan yang dia jalin dengan Shira menjadi berantakan lagu seperti hubungannya dengan Aera. Astaga dia jadi pening memikirkan nya.

"Oh iya" seruan senang dari Shira terdengar. "Oppa, Junkyu bilang kau bekerja disini. Apa kau asisten CEO sama seperti Junkyu" Jihoon melihat ekspresi senang dari wajah gadis mungilnya itu.

"Tentu aku bekerja disini, tapi aku bukan asisten sama seperti Junkyu. Posisiku lebih tinggi dari Junkyu" Shira menatap binar Jihoon, "apa?"

Jihoon melepaskan pelukannya, dia mendudukkan dirinya pada kursi kerjanya. Senyum nya mengembang saat melihat wajah tidak sabar dari Shira. Jihoon berdehem sebelum menjawab.

"Aku pemilik gedung ini"

"Jangan berbohong pada ku Oppa" Jihoon mengerutkan keningnya. "Aku tidak berbohong" Jihoon menunjukan papan nama yang terpampang di meja kerja miliknya. Shira menutup mulutnya.

"Kau CEO di sini!!" Seru Shira tidak percaya. "Oh astaga, jadi kau yang selama ini ada di balik perusahaan PJN ENTERTAINMENT!?" Jihoon mengangguk

Shira tidak bisa mengehentikan ekspresi terkejutnya. Dia tentu tau tentang PJN ENTERTAINMENT, perusahan entertainment terbesar di Korea. PJN ENTERTAINMENT selalu tertutup tentang siapa CEO yang berada di balik perusahaan tersebut. Tidak pernah ada yang tau tentang CEO PJN ENTERTAINMENT termasuk dirinya, sangat mengejutkan mengetahui pria yang ingin menikahinya adalah pemilik sekaligus CEO disini.

Jihoon tertawa tipis melihat wajah kagum yang dia berikan pada Jihoon. Dia bahkan terus menutup mulutnya yang terbuka. Dia sudah mengira kalau Shira pasti akan terkejut dengan pekerjaan nya. Maka dari itu dia menyuruh Junkyu untuk membawanya ke sini.

"Jadi dari mana saja kau hm?" 

"Aku?" Shira menunjuk dirinya sendiri.

"Aku habis dari perpustakaan, bukan kah aku sudah memberitahu mu tadi pagi" lanjut Shira, dia mendudukkan dirinya pada kursi yang ada di sebrang meja Jihoon.

"Apa saja yang kau lakukan, hingga menjelang malam seperti ini" Shira memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Jihoon. Apa pria itu bodoh menanyakan pertanyaan itu padanya.

"Menurutmu jika aku pergi ke perpustakaan apa yang aku lakukan"

"Berbicara dengan pria yang tidak kau kenal, dan mencoba mengajari mu pelajaran matematika?" Shira mengerutkan keningnya. "Bagaimana kau tau?"

"Aku selalu tau apa kau lakukan, apa yang kau makan, apa yang kau bicara dengan siapapun itu"

"Kau memasang penyadap ditubuhku?" Jihoon terkekeh. "Tentu saja tidak, aku ini pria kaya yang punya banyak anak buah. Aku selalu memperhatikan mu Shira."

"Kau menguntit ku"

"Menjaga mu lebih tepatnya" Shira menatap tidak suka pada Jihoon.

"Kau tidak perlu menguntit ku jika kau ingin tau kegiatan ku" ujar Shira tidak suka

"Aku lapar" Shira menepuk nepuk perutnya. Jihoon tersenyum dengan kelakuan Shira. "Kau mau aku antarkan ke kantin kantor?" Shira mengangguk semangat. Ini menjadi peluang untuk Shira melihat lebih dalam perusaan milik Jihoon.

"Baiklah ayo"

Keduanya berjalan berdampingan dengan Jihoon menggenggam tangannya. Dia menyuruh Junkyu untuk tetap di ruangannya dan menghandle pekerjaannya sebentar. Jihoon menekan angka 1 untuk menuju kantin perusahaan nya. Mereka keluar dengan banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.

Mereka yang ada di perusahaan terkejut melihat CEO mereka menggandeng seorang gadis berseragam sekolah yang menatap binar pada sekelilingnya. Mereka tau kalau CEO mereka sangat tertutup tentang hubungan asmaranya termasuk pada pegawai perusahaan sekalipun. Tidak sekali pun Jihoon membawa bahkan menggandeng wanita didepan para pegawainya, tapi sekarang berbeda. Tidak ada yang harus Jihoon sembunyikan dari pegawainya.

Kedua mendudukkan diri mereka pada meja dengan nampan makanan mereka masing-masing. Shira terlihat sangat senang, bahkan saat makan pun dia tidak berhenti untuk tersenyum ataupun berhenti untuk melirik ke sekitarnya.

"Wahh, apa aku boleh mengunjungi mu lagi besok?"

"Tidak"

"Kenapa?" Raut wajah kecewa terpampang jelas di wajah gadis nya itu.

"Akan ada banyak wartawan yang berada di sekeliling kita Shira. Belum saatnya mereka tau yang sebenarnya"

"Tapi"

"Ini demi kebaikan kita Shira, aku tidak ingin kau terekspos publik. Aku tidak mau kau terus dikepung wartawan jika mereka tau yang sebenarnya"

"Baiklah" Jihoon mengelus pucuk kepala Shira. Dia senang jika Shira yang kerah kepala menurut ucapannya.

"Apa aku boleh bergabung"

"Apa aku boleh bergabung"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuyuyy

Jangan lupa vote, komen, dan follow author ya

Salam sayang dari pacar Jeongwoo

GEOJISMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang