Part 6.

27 3 0
                                    

Derap langkah kaki itu terdengar disepanjang lorong panjang nan sepi, rumah dengan dua tingkatan itu lebih terlihat seperti istana dari pada rumah. Pria dengan rambut berwana biru itu melangkahkan kakinya dengan cepat, semakin cepat saat melihat pria dengan jas berwarna putih baru saja keluar dari kamar sang ibu.

"EOMMA" pria itu mendekat ke arah ranjang sang ibu yang terbaring lemah disana. Dia menggenggam telapak tangan ibunya yang tidak di infus, mengusap pelan disana.

"Ada apa dengan mu? Penyakit mu kambuh lagi?" Wanita yang baru saja menginjak kepala empat itu tersenyum kepada anak laki-laki nya.

"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan lagu barumu Hyunsuk" Hyunsuk menghela napasnya, wanita yang telah mengandungnya itu terlalu memikirkan dirinya. Padahal kondisinya sendiri sedang tidak baik.

"Jangan terlalu memperdulikan aku Bu, kondisi mu lebih penting" Nahyeon--ibu nya mengelus kepala putra sulung nya itu, walaupun usianya sudah empat puluh tahunan wajahnya sama sekali tidak terlihat tua. Mungkin jika orang lain melihatnya, mereka akan berfikir bahwa mereka itu seumuran.

"Aku hanya ingin tahu, lagipula aku baik-baik saja" Hyunsuk membalas senyum ibunya.

Ibunya adalah sosok yang selalu menjadi panutan Hyunsuk. Dia selalu ada kapanpun dan dimanapun Hyunsuk memerlukannya. Sejak umurnya menginjak sepuluh tahun, ibunya sering sakit-sakitan dan keluar masuk rumah sakit. Hyunsuk tidak pernah diberitahu apa penyakit sebenar ibunya, tapi dia tahu kalau Nahyeon tidak ingin dia khawatir tentang keadaan nya.

Drttt-- drttt--

Ponsel milik Hyunsuk berdering tanda ada yang menelponnya. 'michin salamdeul' itulah yang terpampang di layar ponselnya.

"Aku angkat telpon dulu Bu" Hyunsuk menyuruh pelayan yang ada dikamar ibunya agar menjaga nya sebelum pergi keluar kamarnya, menutup pintu agar ibunya tidak mendengar percakapan nya

"Ada apa?"

"Kau bertanya ada apa? Apa kau gila, meninggal kan studio saat kau harusnya tampil"

Bisa Hyunsuk dengar mada marah dari sebrang sana. Hyunsuk tau apa yang dia lakukan akan membuat marah ayahnya, tapi ibunya lebih penting daripada karirnya dia akui itu.

"Apa kau tidak punya hati nurani eoh, ibuku sedang sakit dan kau memaksaku untuk tampil. Aku lebih memikirkan ibuku dari pada reputasi agensi sialan mu Choi Hyung Lim"

"Cihh, ibu penyakitan mu itu akan segera mati. Untuk apa kau memperdulikan nya"

Hyunsuk menggetarkan giginya mendengar ucapan dari ayahnya, tangannya terkepal kesal. Dia berusaha agar tidak berteriak, jika dia melakukannya ibunya pasti akan mengetahui kalau ia kembali bertengkar dengan ayahnya.

"Kembali dan selesaikan penampilan mu, atau ibu sialan mu itu akan menerima akibatnya"

Panggilan dimatikan secara sepihak, Hyunsuk menendang dinding rumahnya dengan kesal. Ayahnya itu selalu saja memaksa dan mengancam, dia benar-benar ayah dan suami yang buruk. Dia bahkan tidak pernah pulang kerumahnya dan memilih membangun rumah baru untuk dia tinggal bersama para jalangnya itu.

Hyunsuk masuk kembali kedalam kamar ibunya dan melihat ibunya yang sudah tertidur di ranjangnya. Dia mendekat dan mengecup kening Nahyeon sebelum pergi dari rumah besarnya. Dia harus meneruskan pekerjaannya.

--------------------------------------------------------------

Shira menatap kesal pada pria dihadapannya. Bagaimana bisa pria dihadapannya itu berfikir dia baru saja pergi berkencan dengan pria lain, hanya karena dia diantar oleh Park Jeongwoo.

GEOJISMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang