Part 8.

33 2 0
                                    

Shira mendengus kesal, gadis itu melirik jam tangan yang dia kenakan. Sudah hampir setengah jam dia menunggu kedua temannya itu. Shira menyesap coklat panas yang dia pesan di cafe sebelum dia disini, duduk termenung di depan perpustakaan menunggu kedua temannya. Shira kembali mendengus kesal, dia bangun dari duduknya, membuang cup minumnya dan masuk ke dalam perpustakaan lebih dulu.

Aroma buku-buku mendominasi seluruh ruang perpustakaan. Shira berjalan menyusuri rak-rak buku yang ada di sana. Dia mengambil buku-buku pelajaran yang ingin dia pelajari, dia mencari tempat yang pas dan mulai membacanya. Tidak lupa dia mencatat beberapa kata yang menurutnya penting kedalam buku catatannya.

Sudah seminggu terakhir dia tidak datang ke perpustakaan, alasannya karena dia harus bekerja. Tinggal satu bulan lagi dia akan ujian kelulusan, Shira tentu saja ingin lulus. Walaupun dia bukan termasuk anak yang pintar dalam pelajaran, setidaknya dia sudah berusaha untuk lulus dari sekolahnya. Shira membolak-balikkan buku paket didepannya, tidak lupa mencatat kalimat yang ingin dia tulis kedalam buku catatannya.

Tiring

Seun : Shira maafkan aku, aku dan Junghwan tidak bisa datang ke sana. Kau tau, ibuku menyuruh ku untuk pergi ke butiknya. Dan Junghwan, kau tau dia tidak suka ke perpustakaan. Maafkan aku

Shira memutar bola matanya malas saat membaca pesan dari teman perempuan nya itu, tentu saja dia tau kalau itu hanya alibi agar dia tidak datang ke sini. Kedua temannya itu memang tidak pernah belajar dengan sungguh-sungguh, tapi keduanya tidak pernah tinggal kelas. Tentu saja, kedua temannya itu orang kaya. Mudah bagi mereka mengeluarkan ratusan uang. Sangat berbeda dengan dirinya yang harus mati-matian belajar dan bekerja agar bisa bertahan hidup. Walaupun begitu mereka masih ingin menjadi temannya.

Shira mengganti buku paket sastra yang dia baca tadi dengan buku paket matematika, oh astaga dia benar-benar benci matematika. Dia harus menghitung angkat dan angka, dia benar-benar tidak suka. Shira membuka buku paket didepannya dan tentu saja yang pertama kali dia lihat adalah angka. Dia mendengus, tangannya mencatat walaupun batinnya menggerutu. Shira menggaruk kepalanya, dia mencatat setiap rumus yang dia lihat walaupun dia tau untuk apa rumus rumus itu.

"Kau terlihat kesulitan, boleh aku membantumu?"

Shira menoleh kearah depannya saat mendengar suara seseorang. Pria yang ada di depannya tersenyum manis ke arah Shira. Shira mengerutkan keningnya, dia tidak mengenal pria tampan yang tersenyum didepannya. Pria itu mengulurkan tangan kanannya.

"Namaku Kanemoto Yoshinori, kau?"

"Kanemoto?" Yoshi terkekeh melihat wajah bingung gadis didepannya itu, "ya Kanemoto, aku dari Jepang"

Shira mengangguk, dia menyambut uluran tangan Yoshi. "Aku Choi Shira, kau bisa memanggilku Shira"

"Senang bisa bertemu dan berkenalan dengan mu Shira" ujarnya, Shira mengangguk membalasnya.

"Jadi kau bisa membatu ku dengan angka-angka ini tuan" Yoshi kembali terkekeh, "tentu saja"

"Kau sepertinya sangat tidak suka dengan pelajaran matematika" ujarnya sembari membaca buku paket matematika yang Shira baca tadi.

"Ya, aku bahkan sangat membenci pelajaran itu. Kepalaku ingin pecah jika mengerjakan tugas matematika" ujar Shira

"Boleh aku melihat buku catatan mu?" Shira memberi buku catatan miliknya. Yoshi membuka lembaran lembaran kertas buku milik Shira. Keningnya mengerut membaca apa yang ditulis gadis dihadapannya itu.

"Apa ada yang salah" Yoshi mengangguk menjawab pertanyaan Shira.

Yoshi menyuruh Shira agar lebih dekat dengannya. Yoshi menjelaskan untuk apa dan bagaimana penggunaan rumus rumus yang dia tulis. Shira menggaruk kan kepalanya tidak mengerti, wajar saja kalau dia tidak mengerti. Pria didepannya itu menjelaskan dengan sangat cepat, Shira jadi semakin bingung. Yoshi menjelaskan harus ditambah dan di bagi, mengalikannya dengan X lalu membaginya lagi dengan Y, astaga terlalu banyak angka.

"Apa kau mengerti?" Shira dengan polosnya menggeleng menjawab pertanyaan pria didepannya. "Kau terlalu cepat menjelaskannya, aku jadi bingung"

Yoshi terkekeh, "maaf jika terlalu cepat, aku akan jelaskan lebih pelan"

Kali ini Yoshi benar-benar menjelaskan nya dengan pelan. Shira cukup mengerti dengan apa yang Yoshi jelaskan padanya, walaupun ada beberapa soal yang tetap tidak dimengerti olehnya. Setidaknya ini cukup membantu dirinya untuk ujian kelulusan nya nanti. Shira memang bukan orang yang mudah akrab dengan orang asing, apa lagi yang belum pernah dia temui sebelumnya. Tapi Yoshi sepertinya tidak seburuk itu, dia dengan baik hati mengajarkannya dirinya pelajaran yang sama sekali tidak dia mengerti. Belum lagi wajah pria itu yang terlihat sangat tampan dan manis, dia tidak tahu bagaimana mendeskripsikan wajah pria didepannya. Yang pasti satu kata. Perfect.

"Terima kasih sudah mau membantu ku hari ini, aku berhutang banyak padamu" ujar Shira sembari menggendong tasnya.

"Sama-sama, aku senang jika bisa menolong seseorang" keduanya berjalan beriringan keluar dari perpustakaan, belajar disini membuat keduanya lupa waktu. Tapi tak apa, toh dia jadi bisa belajar dengan tenang.

"Kau tinggal sendiri di sini?" Tanya Shira, Yoshi mengangguk, "aku pindah ke sini sejak sekolah menengah atas, itu juga kerena aku dan beberapa teman ku terpilih untuk pertukaran pelajar ke Korea" Shira mengangguk mengerti. Tentu saja dia bisa terpilih, dari cara Yoshi mengajarnya tadi sudah terlihat kalau pria itu pintar dalam pelajaran.

"Setelah aku lulus dari sekolah, aku masuk ke universitas. Aku mengambil jurusan musik, kenapa tidak jurusan yang berhubungan dengan matematika? Karena aku ingin merasakan hal yang berbeda" lanjutnya.

"Lalu kenapa kau tidak kembali ke Jepang?" Tanya nya lagi. "Aku sudah betah di Korea, mungkin setelah aku lulus kuliah nanti aku akan pulang"

Keduanya kini berdiri di halte bus sembari menunggu bus yang akan mereka naiki nanti. Hari sudah mulai sore, dan tinggal sedikit orang yang ada di halte bus. Shira merasakan getaran dari dalam kantong roknya, sebuah pesan singkat dari Jihoon.

Jihoon : dimana kau?

Me : di halte bus

Shira memasukan kembali ponsel jadulnya saat melihat bus datang. Saat ingin melangkah masuk ke dalam bus, tangan nya di cekal dari belakang oleh seseorang. Shira ingin melayangkan omelan nya, lalu berhenti saat melihat siapa pelakunya.

"Nona, ayo kita pulang" Junkyu menarik tangan Shira agar sedikit mundur dan dekat dengannya. Yoshi mengangkat alisnya bingung.

"Aku akan pulang naik bus Junkyu, kau bisa pulang sendiri" Junkyu menundukkan kepalanya, "ini perintah dari Tuan Park Nona" Shira mendengus.

"Yoshi-ssi aku rasa kita harus berpisah, maaf aku tidak bisa pulang bersama mu" Shira membungkuk kan badannya. Yoshi tersenyum "tidak apa, mungkin lain kali" Shira kembali membungkuk kan badannya meminta maaf.

"Ohh iya ini kartu nama ku, jika kau butuh guru les kau bisa menelpon ku" Yoshi memberikan kartu namanya sebelum dia masuk ke dalam bus. Shira melambaikan tangan nya pada Yoshi, dia jadi tidak enak hati. Shira menatap kartu nama milik Yoshi. Jadi dia guru les.

"Mari Nona kita pulang" Shira mendengus lalu masuk ke dalam mobil milik Jihoon. Pria itu selalu saja menggangu nya.

Hai silakan vote

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai silakan vote

Jangan baca aja vote ga mau🙄

GEOJISMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang