Terkejut, bingung, senang dan rindu. Jihoon merasakan perasaan itu sekarang. Tangannya mengepal erat, wajah itu, suara itu, senyum itu. Kenapa dia kembali? Kenapa setelah dia sudah melupakan nya, dia kembali datang kehadapan nya. Napasnya memburu tidak teratur, dadanya serasa sesak mengenang kenangan itu. Kenangan dimana mereka bersama, menjalin hubungan asmara, dan berjanji akan bersama selamanya.
Tapi semuanya berubah saat gadis yang dia cintai itu pergi tanpa kabar. Menghilang dari dunianya, meninggalkan rasa sesak di dada, menggores luka yang dalam dihati nya. Sulit untuk melupakan nya, selama bertahun-tahun dia mencoba melupakan kenangan manis dan pahit bersamanya hingga dia bertemu dengan gadis yang kembali menarik perhatian nya.
Tok tok
Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Pintu terbuka saat Jihoon mengijinkan seseorang dibalik pintu itu masuk. Jihoon menahan napasnya saat melihat gadis yang dia pikirkan sedari tadi muncul dibalik pintu.
"Ada apa?" Ujar Jihoon dingin. Dicampakan dan ditinggalkan bertahun-tahun membuat dirinya harus bersikap dingin pada gadis itu. Bohong jika Jihoon tidak menyimpan rasa dendam pada gadis itu, tapi Jihoon tidak bisa menolak kalau dia juga merindukan nya.
"Ada apa Aera" tanya nya lagi saat gadis didepannya itu tidak menjawab pertanyaan nya.
"Aku minta maaf atas kelancangan ku. Tidak seharusnya aku masuk ke ruangan anda tadi" senyum merekah di wajah Aera. Senyum itu, senyum yang selalu dia lihat beberapa tahun yang lalu.
Tidak ada yang berubah dari diri Aera, mungkin dia sekarang sedikit kurus dari beberapa tahun lalu saat masih bersamanya. Tutur bahasanya yang lembut, kata-kata nya yang selalu sopan pada siapa pun, suaranya yang lembut. Tidak ada yang berbeda dari dirinya, tapi kenapa dia meninggalkan nya?
"Aku lupa kalau aku bukan lagi orang yang spesial untuk anda, aku terbiasa datang ke ruangan ini tanpa meminta ijin terlebih dahulu" tangan Jihoon semakin terkepal mendengar kata-kata yang dilontarkan Aera. Jihoon bangun dari tempat duduknya, membuka kancing jasnya lalu berjalan kearah Aera
"Aku memaafkan mu, sekarang keluar dari ruangan ku" Jihoon menunjuk pintu, menyuruh agar Aera segera keluar dari ruangannya.
Aera bangkit dan mendekatkan tubuh nya ke arah Jihoon. Aera menyentuh kedua telapak tangan Jihoon, "aku merindukan mu" keduanya manik itu betatapan sebelum Aera melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Jihoon.
"Maafkan aku, aku dan sekali tidak berniat untuk meninggalkan mu saat itu" Jihoon tidak tahu harus bagaimana, tubuhnya kaku, mulutnya tidak bisa berkata apa-apa, dan sialannya detak jantungnya berdetak kencang. Jihoon yakin, jika Aera bisa mendengar degup jantungnya.
"Aku tahu kau masih mencintaiku, aku ingin kembali bersamamu" tidak bisa, Jihoon tidak boleh kembali bersama Aera. Tapi perasaannya pada Aera belum sepenuhnya menghilang.
Jihoon mengangkat tangannya, dia membalas pelukan Aera. Mendekap erat tubuh Aera, melepas rindu pada gadis dalam dekapannya itu. Jihoon benar-benar tidak tahu ada apa dengan perasaannya, di satu sisi dia sangat menginginkan Aera kembali tapi disisi lain hatinya sudah memilih Shira. Dia kecewa pada Aera tapi dia tidak bisa membenci gadis itu.
Ceklek
"Oppa!"
--------------------------------------------------------------
Shira menatap jenuh kearah jendela mobil mewah milik Jihoon. Hari ini sedikit mendung, mungkin akan hujan sebentar lagi. Dia melihat orang-orang yang berlalu lalang di trotoar jalan dari dalam. Sepertinya menyenangkan jika berjalan jalan disana. Tapi dia tahu kalau itu tidak akan dibolehkan oleh pria yang menjabat sebagai asisten dari calon suaminya itu. Junkyu fokus menyetir mobil yang keduanya kenakan, sesekali dia melirik ke arah jam ditangannya.
Shira mengerutkan keningnya saat tahu mereka tidak pergi ke rumah.
"Eumm, Junkyu-ssi kau bilang kita akan pulang?"
Junkyu mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menjawab. "Maaf nona saya lupa memberi tahu, kita akan pergi ke tempat kerja Tuan Park. Beliau meminta saya membawa anda kesana sebelum pulang ke rumah"
Shira menghela napasnya, "kenapa kita tidak langsung pulang saja? Aku ingin pulang, aku tidak mau menunggu lama lagi" Shira mendengus kesal.
"Maaf Nona saya hanya mengikuti perintah tuan Park" Junkyu berujar formal.
"Kau tak perlu seformal itu pada ku Junkyu-ssi. Kau bisa memanggilku dengan nama ku saja, aku tidak terbiasa jika kau memanggilku dengan sebutan Nona" Junkyu menggaruk kepalanya, "baiklah, Shira?"
Shira tersenyum, "itu lebih baik"
Dan hening setelahnya, keduanya tidak lagi berbicara hingga Junkyu menghentikan mobil mewah nya di depan gedung bertulisan PJN ENTERTAINMENT didepannya. Shira mengerjakan matanya beberapa kali. Apa dia sedang berkhayal? Tidak, tidak ini tidak mungkin. Kenapa Junkyu mengajaknya kesini? Apa jangan-jangan.
Shira dengan cepat keluar dari mobil dan berlari ke depan gedung. Ingin melihat dengan jelas apa yang dia lihat bukan lah khayalan nya saja. Astaga dia benar-benar tidak bisa mengontrol rasa senangnya hingga berjalan cepat menuju pintu gedung entertainment tersebut. Baru saja ingin melangkahkan kakinya kedalam, seseorang berbaju hitam menghalangi jalannya. Shira menatap tidak suka pada pria tersebut.
"Maaf Nona, anda tidak diizinkan masuk kecuali sudah memiliki izin" ujarnya. Shira mendengus tidak suka, belum sempat membalas ucapan pria dihadapannya Junkyu menarik tangan nya.
"Tuan Park yang menyuruhnya untuk datang ke sini" pria berjas hitam itu dengan segera membungkukkan badannya setelah Junkyu berujar.
"Apa kau juga bekerja disini?" Tanyanya, Junkyu membalasnya dengan anggukan serta senyum diwajahnya.
"Ya aku bekerja disini, aku asisten CEO"
"Woah, jinjja? Lalu bagaimana dengan Jihoon Oppa?"
"Kau bisa bertanya langsung padanya nanti, lagi pula dia yang berhak memberitahu mu bukan aku"
Shira tidak berhenti menatap kagum pada seisi bangunan ini. Interior yang modern serta pajangan-panjangan LED yang menyala pada setiap dinding. Menampilkan wajah-wajah yang tidak asing dilihat, tentu saja mereka semua adalah artis. Shira terus saja berdecak kagum. Belum lagi beberapa karyawan yang membungkukkan badan nya pada Junkyu dan dirinya, -lebih tepatnya ke arah Junkyu- dengan sopan.
Hingga keduanya sampai pada lorong sepi yang berisikan satu pintu diujung ruangan. Shira menoleh ke arah Junkyu seolah mengatakan 'apa itu ruangan Jihoon?'. Junkyu yang mengerti langsung saja mengangguk. Tanpa pikir panjang Shira berjalan dengan cepat, belum lagi senyum yang terus terpatri diwajahnya. Tanpa mengetuk lebih dahulu dia membuka pintu ruangan nya.
Ceklek
"Oppa!"
Ngueng
Update juga kan, jangan lupa untuk vote ya bund. Karena vote dan komen dari kalian itu penting.
Salam sayang dari istri Jihoon
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOJISMAL
FanfictionKebohongan hanya akan membuat mu menderita. Kebohongan hanya manis diawal tapi pahit pada akhirnya. Semuanya akan berakhir jika satu kebohongan terungkap. Semua yang bahagia akan bersedih, yang tertawa akan menangis, yang tersenyum akan membisu. Hi...