"Jadi dia kekasih anda?"
Haruto menutup mulutnya dengan tangan besar miliknya. Dia menoleh ke arah Shira lalu kembali menatap wajah tuan nya itu secara bergantian. Dia menggaruk kan kepalanya, dia bingung. Bagaimana bisa seorang pria berumur 21 tahun berpacaran dengan gadis belia.
Memang tidak ada salahnya, namun sangat tidak masuk akal. Entah apa yang ada dipikiran tuannya itu.
"Ma-maaf" Ruto menundukkan wajahnya di hadapan kedua pasangan tersebut. Junkyu menepuk-nepuk pundak pria jangkung itu. "Kau bukan satu-satunya orang yang terkejut"
Shira memutar bola matanya, sungguh ini sangat membuang-buang waktu nya.
"Tapi jika dia kekasih mu, kenapa dia bekerja sebagai pelayan disini?"
Shira memasang wajah garangnya mendengar pertanyaan Ruto, "yak, memangnya kenapa jika aku bekerja sebagi pelayan disini"
"Tidak ada salahnya bekerja sebagai pelayan"
Haruto kembali menunduk, "aku hanya bertanya"
Jihoon memijit keningnya, "Haruto, kenapa ku mencari pria bernama Park Jeongwoo disini?"
Haruto kembali teringat dengan tujuannya datang ke sini. Park Jeongwoo, pria itu adalah salah satu orang yang ingin Haruto ajak menjadi trainee di PJN ENTERTAINMENT. Dia harus mendapatkan pria itu, dia memiliki suara yang bagus bahkan sangat bagus.
"Aahh, aku mencari dia karena dia bekerja paruh waktu disini"
"Kenapa kau mencarinya?" Shira bertanya, "aku ingin meminta dia untuk bergabung menjadi trainee di PJN ENTERTAINMENT"
"Kenapa begitu?" Kini Junkyu yang bertanya.
"Tentu saja karena suaranya yang bagus, dia punya ciri khas tersendiri dalam suaranya itu. Aku ingin dia bergabung, sayang jika suara sebagus itu tidak dia kembangkan"
"Dari mana kau tau?"
"Suara merdu Park Jeongwoo?" Shira mengangguk.
"Kau pekerja disini bukan? Kau pasti ingat pesta perayaan ke tujuh belas cafe ini beberapa minggu yang lalu" dia kembali mengangguk, beberapa minggu yang lalu memang pemilik cafe mengadakan pesta untuk memperingati hari jadi cafe. Hanya beberapa tamu VIP yang boleh gabung kedalam acara itu termasuk dirinya dan Park Jeongwoo.
"Aku salah satu tamu VIP disitu, aku melihat Park Jeongwoo saat pria itu dipanggil ke atas panggung untuk bernyanyi. Awalnya aku kira itu hanya ajakan biasa, tapi saat aku mendengar suaranya aku langsung terpukau"
Shira juga kaget saat mengetahui teman kerjanya itu memiliki suara bagus. Selama ini Jeongwoo tidak pernah menunjukan bakatnya itu pada dirinya atau teman-teman yang lain. Dia lebih sering melawak dari pada bernyanyi.
"Apa suaranya sangat bagus hingga membuat mu terpukau?" Haruto mengangguk mantap meyakinkan Junkyu. "Suara nya sangat bagus dan indah, kau harus mendengarkan suara merdunya itu"
"Aku jadi penasaran dengan pria bernama Park Jeongwoo itu"
Haruto menatap Shira, "apa kau punya nomor telponnya?"
"Tentu saja aku punya"
"Boleh aku memintanya?"
Shira tersenyum miring, "aku tidak bisa semudah itu memberikan nomor telpon teman ku pada orang asing"
"Aku tidak akan memberikannya" Shira bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan meja tersebut.
"Kau, berikan nomor pria itu padaku!"
Shira mengangkat tangannya dan menurunkan jempolnya tanda dia tidak akan memberikan apa yang pria jangkung itu inginkan.
_________________________________________________________________
"AKU HARAP KITA BISA BERTEMU LAGI DI KONSER BERIKUT NYA"
Teriakan-teriakan itu terdengar dipenjuru panggung. Hyunsuk melambaikan tangannya sebelum lampu yang menyorot dirinya padam menandakan konser musiknya telah berakhir. Pria itu menghela napasnya lega dan menenguk satu botol air hingga habis. Dia membuang botol bekasnya itu dan mengelap pelu yang ada di keningnya.
Hyunsuk tidak bisa lagi menahan rasa lelahnya sekarang. Dia memutuskan segera pergi ketempat penginapan nya setelah dia berganti pakaian. Dia juga harus tetap menyapa para fans yang menunggu nya di luar saat dirinya berjalan keluar dari gedung. Dia juga menerima beberapa barang yang fansnya berikan padanya, entah sebuah kado atau sekedar secarik surat.
Hyunsuk bisa bernapas lega saat mobil yang membawanya melaju menuju penginapan. Dia meletakan semua barang pemberian fans nya di bagian belakang mobil. Matanya terpejam sesaat sebelum ponselnya berdering, awalnya dirinya memilih untuk mengabaikannya, namun ponselnya tidak mau berhenti berdering hingga dia melirik ke arah ponselnya.
"Ada apa?" Hyunsuk mendengar kekehan dari sebrang sana. Oh dia benar-benar membenci pria itu.
"Kau melakukannya dengan baik nak, jangan lupakan acara reality show mu besok. Aku tidak mau dengar kau menolak untuk datang ke acara itu"
Hyunsuk menggerakkan giginya kesal, tangannya terkepal dengan kencang hingga seluruh kuku nya memutih.
"Beri aku waktu untuk sekedar beristirahat, aku harus mengumpulkan stamina ku lagi"
"Tidak ada waktu untuk beristirahat anak ku, uang tidak akan datang jika kau terus beristirahat"
"Jadilah anak yang baik dan lakukan semua yang aku inginkan, bukan kah kau ingin melihat ibumu. Maka turutilah aku"
Telepon dimatikan. Hyunsuk menatap kesal layar handphone nya. Lagi-lagi dirinya tak bisa melawan ayah kandungnya itu. Dirinya kembali dijadikan boneka tawanan untuk pria itu, dia benci ayahnya.
Tatapannya kosong sekarang, menatap keatas mencoba mencari cara lain agar terbebas dari kurungan ayahnya. Dirinya sedih jika harus melakukan semua ini dengan terpaksa. Menjadi seorang idol bukanlah keinginan nya, ini hanya ambisi ayahnya agar dia bisa memperkaya dirinya sendiri.
'Kau tau Bu? Kadang aku ingin menyerah, tapi aku terlalu menyayangi mu untuk membiarkanmu terluka kembali karena ku'
Tak ada lagi yang dia pikirkan selain ibunya hingga dirinya lama kelamaan menutup matanya dan tertidur. Dia harus bekerja lebih ekstra besok, dia harap dia bisa. Dia harus bisa demi ibunya
YEAY SAYA COMBEK JANGAN LUPA VOTE YE
OH IYA TREJO MAU COMBEK LOHHH MOGA AJA DAPET FIRST WIN AAMIIN
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOJISMAL
FanfictionKebohongan hanya akan membuat mu menderita. Kebohongan hanya manis diawal tapi pahit pada akhirnya. Semuanya akan berakhir jika satu kebohongan terungkap. Semua yang bahagia akan bersedih, yang tertawa akan menangis, yang tersenyum akan membisu. Hi...