Rasanya badannya tak bisa lagi digerakkan. Matanya berkejap pelan, sepertinya sudah tidak ada lagi harapan dirinya untuk kembali menjalani hidupnya. Jika saja dia tidak mengingat anaknya yang sangat ia sayangi itu, mungkin dirinya lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya.
Hidup dengan pria yang suka berlaku kasar padanya membuat seluruh hidupnya hancur. Fisiknya yang lemah serta batinnya yang selalu tertekan bagai hiburan untuk pria bermarga Choi itu. Tidak ada yang lebih menyenangkan baginya selain penyiksaan yang dia lakukan pada dirinya dan anaknya.
"Kau yakin ingin memberitahu Hyunsuk tentang ini?"
Mata sayu itu menatap pria disamping ranjangnya yang menggenggam berkas yang selama ini dia rahasiakan dari orang lain termasuk anaknya sendiri. Tangannya terangkat menyentuh tangan yang lebih muda darinya itu. Matanya mengisyaratkan bahwa dia bersungguh-sungguh dengan tindakan nya itu.
"Sudah tidak ada lagi yang bisa aku sembunyikan dari Hyunsuk" wanita paruh baya itu mengambil napasnya sulit, "dia sudah besar, aku percaya padanya"
Setelah itu dia tak lagi berbicara, sepertinya napasnya sudah tidak kuat lagi. Dia memilih untuk menutup matanya dan tertidur. Pria berperawakan tinggi itu menggenggam erat berkas ditangannya, dia mengambil ponselnya dan menghubungi bawahannya untuk bergatian berjaga dengannya.
____________________________________________________________________"Ayolah, hanya sekali saja"
Shira merengek pada Jihoon saat pria bermata monolid itu tak mengijinkan nya untuk pergi bersama teman-teman untuk pergi menonton film.
Jihoon tentu saja tidak mengijinkan gadis itu pergi. Belum lagi saat gadis itu mengajak teman laki-laki nya, So Junghwa. Tidak, dia tidak akan mengizinkan Shira untuk pergi.
Shira berdecak kesal, dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar pria itu mengizinkan nya untuk pergi. Dia sudah rapih dengan kemeja dan rok pendeknya, tapi dirinya malah tidak diperbolehkan pergi oleh pria Park itu.
"Aku hanya pergi menonton, setelah itu aku janji akan pulang" bujuk Shira sekali lagi. Dan tetap gelengan yang pria itu tunjukkan.
Shira menghentakkan kakinya kesal, dia menatap Junkyu yang ada disampingnya seperti meminta bantuan pada pria itu. Tapi sama saja, Junkyu mengangkat bahunya tidak tahu. Jihoon menyesap kopi hitamnya tanpa menolehkan pandangannya pada layar laptop.
"Ini akhir pekan, kau lebih baik belajar di rumah. Bukankah satu bulan lagi kau akan ada ujian kelulusan?" Shira menatap tidak suka ke arah Jihoon.
"Aku tau, aku hanya ingin menghibur diri ku sebelum ujian dimulai"
"Aku janji akan belajar giat untuk itu"
"Aku tau kau tidak segiat itu Choi— ahh maksudku Park Shira" Shira berdecak kesal.
Keduanya menghentikan adu argumen mereka saat mendengar bel rumah mereka berbunyi. Jihoon menyuruh Junkyu untuk membuka pintu dan menyuruh seseorang itu masuk. Jihoon menatap Shira yang memasang wajah kesalnya itu. Lucu, itu yang dia lihat dari wajah gadisnya itu.
"Belajarlah, aku memanggil guru les untuk mu" ucap Jihoon, dia menyederkan punggungnya pada kursi kerjanya.
"Kau tidak perlu melakukan itu padaku, aku bukan orang bodoh"
Jihoon menaikkan sebelah alisnya, "benarkah?" Shira mengangguk semangat. "Aku bisa tetap naik kelas tanpa guru les"
"Itu karena aku rajin belajar"
"Itu karena uang bayaran, kau salah dengan itu. Jika saja kau tidak membayar uang sekolah tepat waktu atau sebelum kau naik kelas, kau mungkin saja tidak akan sampai dikelas akhir"
Shira memutar otaknya, benar juga. Bahkan teman-temannya seperti sudah tidak perduli dengan nilai mereka. Shira pikir itu wajah karena kedua temannya itu pintar, tapi sepertinya bukan itu yang membuat mereka naik ke kelas akhir.
"Lagipula aku yakin, kau akan menyukai guru yang aku panggil untuk mengajar mu" Shira menyegitkan keningnya, "aku tidak mudah akrab dengan orang asing"
"Aku tahu"
Suara knop pintu terbuka dan menampakan Junkyu dengan seorang pria disamping nya. Shira membulat kan matanya melihat siapa yang berada di sini.
"Annyeonghaseo" Yoshi tersenyum sembari membungkuk pada Jihoon dan Shira.
Shira menatap Jihoon, "bagaimana kau tau?"
"Aku tahu semuanya"
Jihoon menyuruh Yoshi dan Shira untuk belajar di kamar nya. Tentu saja keduanya menurut, Shira menutup pintu kamar setelah keduanya berada di kamar. Yoshi menelisik kesegala arah dikamar Jihoon. Yoshi menyentuh foto Jihoon yang terletak di nakas kamarnya.
Shira mendekat dan menarik Yoshi untuk duduk di kursi belajar nya. "Bagaimana caranya kau bisa sampai dipanggil kesini"
"Seseorang menelpon ku dan menyuruh mereka untuk datang ke sini, awalnya aku tidak ingin datang karena aku kira itu hanya telon iseng. Tapi saat mereka mengatakan nama mu aku langsung saja mengiyakan permintaan nya"
Shira berdecak, tentu saja pria itu menemukan kartu nama yang Yoshi berikan pada Shira.
"Sepertinya kau habis pergi"
"Aku bahkan belum pergi" Yoshi menatap bingung, "kenapa?"
"Tentu saja karena pria tua itu melarang ku" Yoshi tersenyum melihat wajah kesal gadis didepannya.
"Kau seharusnya berterima kasih padanya. Bukankah ujian sudah didepan mata, sudah saatnya untuk fokus belajar"
"Ahh kau sama saja seperti pria itu, sama-sama menyebalkan" Shira bangkit dari duduknya, "aku akan ganti baju kau tunggu disini"
Disisi lain Jihoon mengawasi kedua insan itu dari cctv yang ada di kamarnya. Tentu saja dia tidak akan meninggalkan gadisnya tanpa pengawasan.
"Pak Choi ingin mengadakan pertemuan pribadi dengan mu"
Jihoon menyesap esapan terakhir kopi hitamnya. "Apa yang ingin dia bicarakan"
Junkyu diam, Jihoon sudah mengetahui apa yang akan pria tua itu bicarakan padanya. Dia meletakan gelas berisi ampas kopi itu.
"Atur jadwal untuk bertemu dengannya besok"
"Kau yakin?" Jihoon menatap Junkyu, "kau sudah mendapatkan nya, sudah terikat didalam perjanjian nya"
"Aku tau, mungkin pria itu ingin mempertimbangkan hal lain. Jangan terlalu berfikir negatif tentang"
'walaupun sebenarnya harus' ucap Jihoon dalam hatinya
"Baiklah" setelah itu Junkyu keluar dari ruangan kerja Jihoon.
Jihoon menatap kembali pada layar komputer nya, melihat gadis nya itu belajar dengan pria Jepang bernama Yoshi. Pikirannya juga berkelana pada ucapan Junkyu. Apa yang ingin pria itu bicarakan padanya, pria itu benar-benar ingin membebani pikiran nya. Dia harap besok pikiran jelek itu pergi dari kepalanya.
Hai aku back AHAHAHHAHHA yuk bintangi
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOJISMAL
FanfictionKebohongan hanya akan membuat mu menderita. Kebohongan hanya manis diawal tapi pahit pada akhirnya. Semuanya akan berakhir jika satu kebohongan terungkap. Semua yang bahagia akan bersedih, yang tertawa akan menangis, yang tersenyum akan membisu. Hi...