• 🔮 slmt mmbca 🔮 •
___
🍦🍦🍦
Nindya mengerjapkan matanya beberapa kali, ia mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Setelah dapat melihat dengan jelas, Nindya langsung membaca doa bangun tidur. Ia baru bangun dari tidur lelapnya.
"Selamat pagi dunia tipu-tipu." Gumam Nindya sambil merentangkan tangannya guna meregangkan otot-otot tubuhnya. Kini ia sudah diposisi duduk bersandar pada kepala ranjang.
Nindya bangun tidur subuh, tepat pukul 04.00 WIB. Nindya bangun dari rebahannya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mandi pagi. Terlalu pagi memang jika untuk mandi. Tapi itulah kebiasaan sosok Anindya Mahiera, meski dia tipe cewek mageran tapi dia tidak pernah mandi satu kali dalam sehari.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Nindya segera bergegas melaksanakan sholat subuh kemudian mengaji hingga pukul setengah 6 pagi.
Niatnya hari ini Nindya akan lari pagi disekitar komplek rumahnya. Waktu berlalu begitu cepat, hari ini sudah hari Minggu lagi.
Sholat dan mengaji sudah ia laksanakan, sekarang Nindya sedang bersiap-siap untuk lari pagi. Jika diingat-ingat lagi, sudah lama Nindya tidak berolahraga, mungkin karena jiwa magernya yang kian semakin menjadi di dalam dirinya.
**
"Kamu mau kemana, Kak?"
Suara yang lebih menuju ke pertanyaan itu menghentikan langkah Nindya yang akan menuju pintu keluar rumah.
Nindya membalikkan badannya mendapati sang Bunda yang sedang menggendong Alqiya --adiknya.
"Eh bunda," Nindya berjalan menghampiri Bundanya. "Kakak mau lari disekitaran komplek rumah, bun." Ucapnya setelah berhadapan langsung dengan bundanya.
Adinda menganggukkan kepalanya, "Ohh mau lari toh. Ya sudah kak, hati-hati nanti larinya."
"Siap bu komanadan!" Seru Nindya sambil memberikan hormat, Adinda terkekeh melihat tingkah putri pertamanya itu.
"Ya sudah, Bunda mau pindahin Qiya ke kamarnya dulu. Dia ketiduran dimeja makan."
Nindya mengangguk, setelah itu Adinda bergegas menuju kamar Alqiya yang letaknya di lantai 2. Lebih tepatnya bersampingan dengan Kamar Nindya, kebetulan kamar Nindya di hampit oleh kamar Alqiya dan kamar yang dulu ditempati Miko.
Kini, Nindya sudah berada di depan rumahnya, sebelum berlari ia harus pemanasan dulu agar saat lari kakinya tidak keram.
"Pagi non, Anin. Mau kemana non?" Sapa Mang Jaja, beliau adalah tukang kebun dirumah Nindya.
"Eh Mang Jaja. Anin mau lari pagi, mang." Jawab Nindya dengan senyum manis khasnya.
"Ohh iya atuh, non. Mari amang kebelakang dulu."
Nindya hanya mengangguk, setelahnya Mang Jaja pergi kebelakang karena taman mini yang di belakang rumah belum di bersihkan.
Selesai dengan pemanansannya, Nindya langsung berlari memutari komplek perumahannya. Sesekali gadis dengan hijab hitam itu bersenandung kecil dengan earphone yang menempel di telinganya.
Lari pagi yang sudah Nindya niatkan dari jauh-jauh hari kini sudah terlaksana, dia sudah cukup lama berlari. Karena telah lelah dan keringat yang mulai bercucuran, Nindya menghentikan larinya lalu berjalan santai mencari tempat yang bisa ia jadikan untuk istirahat.
Bibir Nindya membentuk lengkungan senyum saat melihat bangku panjang yang kosong tak ada yang menduduki.
"Akhirnya," Monolog Nindya setelah mendudukkan bokongnya dikursi panjang berwarna putih tulang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex-Boyfriend is My Husband (END)
Romance|| SELESAI || "Gue lebih baik balikan sama mantan dari pada kenal sama orang baru dan harus ngulang semuanya dari awal, itu melelahkan." -Nindya. *** 'Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya' Semakin diamati, Nindya paham betul maksud...