- 17 -

246 88 31
                                    

Malas, malas, malas!

Malas sekali rasanya datang ke sekolah hari ini. Gara-gara gak sengaja lihat kejadian kemarin, bawaannya jadi kesel. Ditambah saat ini Kinan sedang datang bulan, makin makin, deh.

Tapi, kenapa?

Apa dia sedang cemburu? Ah, bikin emosi saja. Sudahlah, masih pagi, gak usah mikirin hal yang gak penting.

"Mah, hari ini aku mau ke sekolah pake sepeda, boleh, kan?"

"Kok, tumben?"

"Hehe, mau sekalian olahraga."

"Yaudah, bawa aja, tapi jangan lewat jalan raya, ya."

"Sip, Mah. Aku berangkat sekarang ya. Assalamu'alaikum. Dadah Monti, dadah kamu." Kinan mengelus kedua kucingnya sebelum berangkat.

***

"Udah dua hari gak ngeliat, tuh, cewek. Kemana ya dia? Apa ngerem aja di kelasnya?" guman Fajri di atas motor.

Apa ini yang dinamakan perasaan rindu? Selalu kepikiran orang itu dan
sangat ingin bertemu. Entah perasaan apa, itulah yang dirasakannya sekarang.

"Semoga hari ini ketemu --Aw!" seseorang mencubit pinggang Fajri, membuatnya terkekeh geli.

"Mau ketemu siapa, sih?" tanya cowok yang baru datang itu.

"Bukan siapa-siapa."

Dari kejauhan terdengar suara kerincingan bel sepeda, seorang cewek berambut panjang kuncir kuda turun dari sepedanya.

"Eh, gue kesana dulu, ya."

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Kinan menuntun sepedanya ke arah parkiran khusus sepeda. Terlihat, hanya sedikit sepeda yang terparkir.

Kalau dihitung dari jumlah seluruh siswa, kurang lebih hanya 5% yang membawa sepeda. Kebanyakan dari mereka berkendara dengan motor. Tau lah, anak jaman sekarang kemana-mana sudah memakai motor, jarang sekali yang memakai sepeda.

"Heh, kemana aja sih lo?"

Suara Fajri yang tepat di telinga mengagetkan Kinan, hingga membuatnya melepaskan tangan dari stang sepeda. Seketika sepedanya jatuh dan tidak sengaja menyenggol sepeda di sebelahnya, begitu seterusnya hingga ambruklah seluruh sepeda-sepeda yang terparkir disana.

"Akh, Aji!? Jadi jatoh semua, kan!"

"Sori, sori."

"Yaudah cepetan bantuin diriin lagi, ntar yang punya marah." Cewek itu mendengus emosi.

"Iya, sabar, gak usah nge gas."

Jadilah mereka ngeberesin sepeda-sepeda yang jatuh tadi. Lagian si Fajri ada aja tingkahnya, mana masih pagi.

"Udah beres, yaudah sana ke kelas lo, ngapain diem disitu?" Kinan risih karena Fajri berdiri di depannya sambil melihatnya membenarkan posisi sepeda terakhir.

"Barenglah!" jawabnya sewot.

"Jalan tinggal jalan, kenapa harus bareng?"

"Ya, biar gak jomblo-jomblo banget."

"Kasian, gue cuma pelarian." Kinan bergumam pelan.

Kucing | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang